TRANSFORMASI BISNIS DIGITAL PADA USAHA SKALA MIKRO DI YOGYAKARTA:
ANALISIS SWOT
Esai-1 Psikologi Inovasi (Meringkas Jurnal Motivasi)
Dosen Pengampu: Dr., Dra. Arundati Shinta, MA.
Septi Iing Hijjriyah
(22310410132)
Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
November - 2024
Topik |
Digital
Bisnis Transformation, Retail and E-Commerce, SWOT Analysis, Entrepreneurship |
Sumber |
Maisaroh, Rr.
Siti Muslikhah. (2024). Transformasi Bisnis Digital pada Usaha Skala Mikro di
Yogyakarta: Analisis Swot. Jurnal Riset Entrepreneurship. 7(1). 46-57. |
Permasalahan |
Terdapat tantangan
dan peluang bagi pelaku usaha ritel mikro dalam melakukan transformasi usahanya
menjadi bisnis digital. Pelaku usaha skala ritel mikro di Yogyakarta
menghadapi tantangan dalam hal peningkatan kompetensi, kapabilitas, dan
sumber daya, serta peluang pasar yang baik sebagai modal awal untuk memasuki
bisnis digital. |
Tujuan
Penelitian |
Untuk mengetahui
kesiapan pelaku usaha skala mikro dalam transformasi digital bisnis dengan
menggunakan Analisis SWOT. Melalui Analisis SWOT dapat digambarkan tantangan
dan peluang bagi pelaku usaha ritel mikro dalam melakukan transformasi
usahanya menjadi bisnis digital. |
Isi |
· Sampai saat ini, usaha ritel mikro
di Yogyakarta masih menemui banyak kendala dan kesulitan masuk ke bisnis
digital. Mereka secara umum belum menjalankan usahanya berbasis
online/digital, tetapi mereka beroperasi dengan berbasis pada bisnis offline
dan online. · Transformasi bisnis
digital dapat diartikan
sebagai integrasi teknologi
dan proses bisnis pada
ekonomi berbasis digital (Ismail et al.,
2017;Schwertner, 2017). · Penggunaan teknologi pada
transformasi bisnis digital akan membawa dampak pada organisasi dalam tiga
dimensi (Muzyka et al., 1995;
Schuchmann & Seufert,
2015). Pertama, secara eksternal, organisasi harus fokus merubah
kebiasaan konsumen secara digital dan siklus hidup secara keseluruhan. Kedua,
secara internal akan
berdampak pada proses
operasi, pengambilan
keputusan, dan struktur
organisasi. Setiap organisasi
akan melakukan transformasi bisnis digital dalam
bentuk yang berbeda-beda dan
sulit untuk menilai bentuk mana yang paling valid di antara bentuk-bentuk
transformasi yang digunakan. · Ada sembilan elemen atau area
perubahan yang mungkin terjadi, ketika
satu perusahaan memutuskan untuk melakukan transformasi digital. Berikut adalah
elemen-elemen atau area perubahan tersebut: 1. Transformasi pengalaman konsumen,
dari pembelian secara
langsung menjadi pembelian
secara online. 2.
Transformasi proses operasional
dari pelayanan secara manual berubah
menjadi pelayanan digital. 3.
Digitalisasi proses dengan menggunakan automasi di seluruh proses operasi. 4.
Pemberdayaan karyawan, mengingat dengan digitalisasi karyawan harus
menguasai keterampilan baru
di bidang digital,
sehingga perusahaan harus
melakukan pemberdayaan karyawan baik dengan pelatihan dan pembelajaran
lainnya. 5.
Transformasi model bisnis, dari konvensional offline menjadi bisnis online. 6.
Modifikasi bisnis secara digital, yaitu memodifikasi bisnis yang ada selama
ini menjadi bisnis digital, dengan tetap mempertahankan bisnis yang lama. 7.
Globalisasi digital. 8.
Membuat bisnis digital baru. 9.
Perubahan struktur dan sistem organisasi bisnis. · Analisis SWOT digunakan
untuk menilai aspek bisnis dalam hal kekuatan, kelemahan, peluang, dan
ancaman. Analisis SWOT merupakan metode analisis sederhana yang dapat memberikan
gambaran yang realistis interpretasi kekuatan dan kelemahan bisnis. · Analisis SWOT adalah
proses dengan (1)
mengidentifikasi faktor internal
dan eksternal, serta peningkat kinerja, (2) menganalisis faktor-faktor
tersebut berdasarkan perkiraan kontribusinya dan perkiraan kemampuan
pengendalian, dan (3) memutuskan tindakan apa yang akan
diambil di masa
yang akan datang
sehubungan dengan faktor-faktor tersebut (Leigh, 2010). |
Metode |
· Penelitian ini
merupakan penelitian kualitatif deskriptif, untuk
memaparkan tantangan dan peluang yang dihadapi pelaku usaha ritel
mikro bertransformasi menuju bisnis digital. · Sampel dalam
penelitian ini adalah
30 usaha ritel
skala mikro yang
tersebar di Yogyakarta. · Responden penelitian adalah pelaku
ritel skala mikro yang ada di Yogyakarta, dengan karyawan kurang
dari 4 orang.
Penghasilan rata-rata per
bulan Rp. 5.000.000.
Lama usaha rata-rata 1 –5
tahun. · Teknik pengumpulan data dilakukan
melalui observasi dan
wawancara mendalam yang dilakukan kepada seluruh responden, terkait
semua aspek manajemen, baik pemasaran, SDM, operasional, dan keuangan, dan
persaingan. · Pengamatan dilakukan terkait
proses transformasi digital di ritel dampingan, apa saja transformasi yang
sudah dilakukan, permasalahan-permasalahan yang dihadapi, serta kendala,
peluang, dan tantangan. · Proses pengambilan data dimulai
melalui beberapa tahap sebagai berikut: 1. Mahasiswa
memilih UMKM untuk melakukan praktek pembelajaran dengan metode project
based learning. 2. Mahasiswa melakukan orientasi lapangan untuk mengenali kondisi awal UMKM, dan merencanakan program pendampingan bagi UMKM 3. Mahasiswa melakukan observasi untuk mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi UMKM terkait dengan proses transformasi digital. Proses ini dilalui dengan melakukan observasi serta wawancara pendahuluan. 4. Mahasiswa melakukan wawancara mendalam untuk mengkonfirmasi fenomena temuan-temuan observasi di lapangan. 5. Analisis Data menggunakan analisis SWOT. Penerapan Analisis SWOT akan membantu pengambilan keputusan organisasi, memahami bagaimana kekuatan dapat dimanfaatkan untuk mewujudkan peluang baru dan kelemahan dapat memperlambat kemajuan atau memperbesar ancaman organisasi, termasuk menganalisis bagaimana cara mengatasi ancaman dan kelemahan (Helms & Nixon, 2010). |
Hasil |
· Sampai saat ini usaha ritel mikro
di Yogyakarta masih menemui banyak kendala dan kesulitan masuk ke bisnis
digital. Mereka secara umum belum menjalankan usahanya berbasis
online/digital, tetapi mereka beroperasi dengan berbasis pada bisnis offline
dan online. Bahkan, beberapa responden diketahui sama sekali belum
masuk ke bisnis online. · Saat tren
pasar dan konsumen
online meningkat, dan pelaku
usaha kecil menengah mulai eksis di bisnis online, usaha ritel mikro justru
baru mulai mempersiapkan diri untuk masuk ke bisnis online. Kondisi ini
berdampak pada sulitnya mereka bersaing di pasar industri sejenis. · Salah satu faktor
yang mempengaruhi keterlambatan usaha ritel mikro masuk
ke bisnis digital adalah pengetahuan dan
kesadaran yang rendah
terkait penting dan
manfaatnya bertransformasi ke bisnis digital di era teknologi saat
ini. · Chouaibi et al.,(2022) dan Guo
& Xu, (2021) membuktikan
bahwa transformasi bisnis
digital akan memberikan
kemanfaatan dan keuntungan bagi perusahaan, baik jangka pendek maupun
jangka panjang. · Hasil analisis
SWOT menunjukkan
bahwa secara internal,
sebenarnya sebagian besar usaha ritel mikro sudah mampu
menghasilkan produk yang bervariatif, dengan kualitas dan harga yang
mampu bersaing di
pasar. Begitu juga dengan
motivasi pelaku tinggi
untuk memajukan usahanya. Hanya
saja karena kurang
nya pengetahuan dan
infrastruktur yang mendukung
untuk bertransformasi ke bisnis digital, sehingga berdampak pada usaha yang
kurang berkembang. · Hasil penelitian
ini sejalan dengan
ian (Kergroach& Bianchini,
2021;Rupeika-Apoga et al.,
2022; Telukdarieet al.,2022) yang menyatakan
bahwa ada beberapa faktor yang
menjadi tantangan pada
proses transformasi digital
di level UMKM,
yaitu kurangnya dukungan infrastruktur terutama internet dengan
kecepatan tinggi, kesenjangan pengetahuan
teknologi, dan tingkat
kesadaran tentang pengetahuan, penggunaan,
dan manfaat dari bisnis digital, serta integrasi yang efektif teknologi
digital dalam proses bisnis. · Ada fenomena
yang menarik, karena
minimnya pengetahuan dan
penggunaan teknologi,
sehingga pada tahap
awal sebagian pelaku
bisnis online usaha ritel mikro justru konsen untuk
penguasaan ketrampilan penggunaan teknologi, sehingga mereka tidak fokus 5754
pada produk dan
pelayanan pelanggan, seperti contoh mereka tidak
memikirkan untuk inovasi
produk, program promosi, dan lain-lain. · Persaingan bisnis ritel online sangat
ketat, pesaing berlomba-lomba untuk menawarkan program-program pemasaran yang
menarik, untuk memberikan pelayanan
memuaskan pada pelanggan. · Namun demikian, berdasarkan
analisis SWOT dapat dijelaskan bahwa dengan segala keterbatasan dan
kendala yang dihadapi oleh usaha ritel mikro masih punya banyak peluang untuk
ditangkap, mengingat tren bisnis online dan konsumen
online semakin meningkat. Sehingga peluang
pasar masih terbuka
lebar untuk bisnis
ritel online. |
Diskusi |
· Transformasi bisnis digital dapat
memberikan banyak peluang inovasi salah satunya pada bisnis ritel khususnya UMKM. Untuk mengetahui kesiapan
UMKM dalam transformasi bisnis
digital dapat menggunakan
analisis SWOT. · Ritel skala
mikro di Yogyakarta untuk bertransformasi ke
bisnis digital harus meningkatkan kompetensi, kapabilitas,
dan sumberdaya yang
dimiliki sebagai modal
awal untuk masuk ke bisnis digital. · Modal sumberdaya manusia tersebut
nantinya akan berguna dalam
menghadapi permasalahan di
bisnis digital, berkreasi
dan berinovasi dalam memberikan pelayanan
pada pelanggan, serta
memenangkan persaingan di
industri ritel digital. · Rekomendasi penelitian yang akan
datang perlu menggali sukses praktik transformasi bisnis online bagi ritel
mikro, kecil dan menengah untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang
secara dominan mempengaruhi
suksesnya ritel mikro masuk ke dunia bisnis digital. · Ke depan perlu menggali lebih
dalam pula strategi yang tepat untuk bertransformasi ke bisnis online sesuai
dengan kondisi usaha ritel mikro saat ini. |
0 komentar:
Posting Komentar