“Disonansi Kognitif antara Kesadaran Kesehatan dan Kebiasaan Merokok pada Pengurus Bank Sampah”
PSIKOLOGI INOVASI
ESAI 2- WAWANCARA TENTANG DISONANSI KOGNITI
DOSEN PENGAMPU: Dt., Dra. ARUNDATI SHINTA, MA.
Nurul Khasanah
22310410033
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS PROKLAMASI 45
YOGYAKARTA
OKTOBER 2024
Disonansi kognitif adalah konsep psikologis yang menjelaskan ketidaknyamanan mental yang dialami seseorang ketika keyakinan atau tindakan yang mereka ambil bertentangan satu sama lain (Hanum, et all 2022). Fenomena ini sering terlihat pada kebiasaan merokok, di mana seorang individu menyadari bahaya merokok bagi kesehatan namun tetap melanjutkan kebiasaannya. Perokok biasanya tahu bahwa rokok berbahaya dan dapat menyebabkan berbagai penyakit seperti kanker paru-paru, penyakit jantung, dan gangguan pernapasan, tetapi tetap merokok meskipun ada kesadaran tersebut. Keadaan ini menciptakan konflik batin antara pengetahuan rasional dan tindakan yang diambil, yang kemudian memunculkan disonansi kognitif (Fitri, 2013).
Dalam hasil wawancara saya dengan ibu IN, beliau ini sudah lama berkecimpung sebagai pengurus di bank sampah. Beliau ini sosok yang sangat peduli dengan lingkungan, dan aktif mendorong orang-orang di desa untuk mengelola sampah dengan bijak terutama dengan adanya darurat sampah yang saat ini terjadi di Yogyakarta. Namun di sisi lain beliau ini juga memiliki konflik batin, yaitu ibu IN merupakan seorang perokok.
Sebagai seseorang yang peduli terhadap pengelolaan sampah, ibu IN paham betul bahwa rokok tidak hanya merusak kesehatan, tetapi puntung rokok juga menyumbang polusi yang susah terurai. Meski begitu, ibu IN merasa kesulitan untuk berhenti merokok. Beliau mencoba menenangkan diri dengan berpikir bahwa kontribusinya di bidang lain, seperti pengurangan sampah plastik dan pengelolaan lingkungan, dapat mengimbangi kebiasaan buruknya. Namun, perasaan bersalah tetap muncul setiap kali ibu IN merokok. Beliau mengakui bahwa ada ketidaknyamanan yang dirasakannya, tetapi untuk saat ini, ibu IN belum siap sepenuhnya untuk berhenti.
Fenomena yang dialami oleh ibu IN menggambarkan dengan jelas bagaimana disonansi kognitif bekerja dalam kehidupan sehari-hari seseorang. Ketika ada ketidaksesuaian antara keyakinan dan perilaku, individu sering kali mengalami ketidaknyamanan mental yang mendorong mereka untuk mencari cara agar dapat mengurangi konflik tersebut. Salah satu cara yang digunakan adalah rasionalisasi, di mana seseorang mencari alasan atau pembenaran untuk tindakan yang bertentangan dengan keyakinan mereka.
Dalam kasus ibu IN, rasionalisasi ini muncul dalam bentuk pemikiran bahwa kontribusinya di bidang lingkungan dapat menutupi dampak negatif dari kebiasaan merokoknya. Namun, seperti yang beliau akui, strategi ini tidak sepenuhnya menghilangkan perasaan tidak nyaman yang muncul. Pada akhirnya, konflik antara prinsip dan tindakan tetap ada, dan ia harus menghadapi kenyataan bahwa kebiasaan merokoknya tidak sejalan dengan nilai-nilai yang beliau perjuangkan.
Referensi:
Fitri, R. A. (2013). Gambaran disonansi kognitif pada wanita perokok dewasa muda berpendidikan tinggi. Humaniora, 4(1), 547-555.
Hanum, A. N. A., Utami, D., & Suwarso, W. A. (2022). Disonansi Kognitif Masyarakat Kalimantan Barat Akibat Banjir Informasi Covid-19. Ekspresi Dan Persepsi: Jurnal Ilmu Komunikasi, 5(1), 39-57.
0 komentar:
Posting Komentar