Kamis, 10 Oktober 2024

Esai 2- Wawancara tentang Disonansi Kognitif_Shofia Salsabila Suswoyo_22310410062

 

MEROKOK: MEMAHAMI KONFLIK BATIN ANTARA KESENANGAN DAN RISIKO KESEHATAN

PSIKOLOGI INOVASI

ESAI 2- WAWANCARA TENTANG DISONANSI KOGNITI

DOSEN PENGAMPU: Dr., Dra. ARUNDATI SHINTA, MA.

 



 

SHOFIA SALSABILA SUSWOYO

22310410062

 

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS PROKLAMASI 45

YOGYAKARTA

OKTOBER 2024

 

Dunia merokok seringkali dipandang sebagai jalan keluar dari stress dan tekanan sehari-hari. Namun, banyak pula perokok yang tidak dapat mengemukakan alasannya dalam merokok. Walau nikotin terbilang lezat bagi para perokok, ada bahaya yang terpampang untuk kesehatan kita dan sangat sering diindahkan oleh para perokok.

 

Dalam beberapa sumber, rokok diartikan sebagai produk tembakau yang dihisap dan dihirup oleh seseorang, yang menghasilkan asap dari pembakaran tembakau. Saat ini, terdapat berbagai jenis rokok yang beredar di pasaran, mulai dari rokok sigaret kretek, sigaret putih, rokok elektrik, rokok kretek filter, dan rokok beraroma. Setiap rokok pun memiliki karakteristik dan komposisi yang berbeda, yang dapat memengaruhi pengalaman merokok dan dampak kesehatan yang ditimbulkannya.

 

Pada 10 Oktober 2024, saya berhasil mewawancarai salah seorang perokok dengan inisial H yang berusia 42 tahun. Dalam wawancara ini beliau menyampaikan bahwa saat ini bekerja serabutan, namun saat saya melakukan wawancara, beliau sedang menjadi satpam di salah satu sekolah dasar swasta di daerah bantul. Ada beberapa pertanyaan yang saya ajukan dan dijawab dengan cukup singkat nan penuh senyuman. Pada awalnya, beliau bercerita bahwa sudah mulai mencoba merokok sejak tahun 2003 karena iseng. Saat ditanyai akan bahaya merokok, beliau pun dapat menjawabnya dengan dengan lancar. Saya pun bertanya alasan beliau masih tetap memilih merokok walau tau bahayanya. Sambil tersenyum pun beliau menjawab “Wong seng sehat aja bisa meninggal to, apalagi yang merokok”. Dari jawaban beliau ini, saya mengartikan bahwa orang yang sehat saja bisa meninggal, jadi tidak ada salahnya untuk merokok (bersenang-senang) karena ujungnya juga akan sama. Setelahnya beliau kembali bercerita bahwa dulu pernah mencoba berhenti merokok ketika covid-19, sebelum itu pun juga pernah berhenti selama 5 tahun. Namun, sayangnya beliau kembali lagi untuk menjadi perokok karena merasa ada yang kurang dan hilang kalau tidak dilakukan. Diakhir wawancara, beliau kembali menyanggah atas bahaya dari tindakan merokok yang beliau lakukan dan berpendapat bahwa “anak SMP saja sudah pada merokok,mba..”.

 

Di berbagai iklan rokok, baik di kemasan maupun di baliho-baliho, produsen sudah memberikan peringatan keras kepada konsumen akan bahaya rokok, seperti gambar perokok yang sudah parah sakitnya, dsb. Dampak dari perilaku merokok pun tidak hanya terbatas pada kesehatan fisik saja, tetapi juga berdampak pada kondisi psikologis seseorang. Pada faktanya, perilaku merokok dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan fisik seperti gangguan pernapasan, penyakit jantung, kanker, dan gangguan sistem kekebalan tubuh. Selain itu, dampak negatif pada kesehatan psikologis seseorang pun juga dapat terganggu, seperti meningkatkan risiko depresi, kecemasan, dan masalah mental lainnya. Maka dari itu, penting sekali untung meningkatkan pemahaman akan bahaya merokok dan upaya pencegahannya, terutama pada kelompok remaja yang rentan terpengaruh oleh kebiasaan merokok. Seperti halnya H yang sulit untuk lepas dari rokok walau beliau tahu dampak negatifnya.

 

Sumber Referensi :

Andrayani, S., Sarah, S, A., Khairunnisa, H., Cahya, N, N., Rahmatillah, M., Pratama, M, F, J., Anastasya, Y, A., Amalia, Ika. (2024). Psikoedukasi pencegahan perilaku merokok; Kenali resiko dan dampaknya bagi kesehatan fisik dan psikologis pada remaja akhir di SMA N 2 Dewantara. Jurnal Pengabdian Kolaborasi dan Inovasi IPTEKS, 2 (3), 939-944. https://doi.org/10.59407/jpki2.v2i3.862

Saptono, S. (2022). Evaluasi penurunan prevalensi merokok dalam upaya inovasi penghematan alokasi APBN ditjen P2P kementrian kesehatan. Media Kesehatan Masyarakat Indonesia, 21(4), 217-224. DOI : 10.14710/mkmi.21.4.271-278

0 komentar:

Posting Komentar