Kamis, 02 November 2023

Esai UTS Psikologi Lingkungan Puji Astutik 21310410164 Psikologi SP

 

Hubungan Antara Persepsi Individu  

Dengan  Perilaku Pengelolaan Sampah

 di Yogyakarta

Psikologi Lingkungan

Esai - UTS

Puji  Astutik

21310410164

Dosen Pengampu : Dr., Dra. Arundati Shinta MA

(sumber gambar : Tirto.ID)

 

Permasalahan pengelolaan sampah di Yogyakarta kian serius. Pada 2024 nanti TPA Piyungan secara resmi akan ditutup. Kabar buruk ini entah akan ditanggapi serius oleh masyarakat Jogja dengan perubahan perilaku terkait pengelolaan sampah atau hanya dianggap peristiwa biasa semata. Yang jelas permasalahan lingkungan terkait pengelolaan sampah ini akan berdampak besar pada citra jogja sebagai kota pariwisata. Kota wisata yang asri, nyaman, dan indah pelan-pelan  akan berubah menjadi kota dengan berbagai permasalahan sampah. Kondisi kota yang berubah  tentu saja juga akan berdampak pada keengganan turis lokal ataupun mancanegara untuk berkunjung ke Jogja, yang artinya pendapatan dari sektor pariwisata akan menurun drastis. Belum lagi permasalahan lain pada sektor-sektor lainnya, seperti sektor kesehatan.

Kaitannya dengan sampah, persepsi individu punya peranan penting. Persepsi adalah kemampuan otak dalam menerjemahkan stimulus yang masuk ke dalam alat indera manusia (Sugihartono et al, 2007). Persepsi ini berkaitan erat dengan tindakan dan partisipasi masyarakat dalam perilaku menjaga  kelestarian lingkungan hidup di sekitarnya. Pelestarian lingkungan hidup merupakan suatu upaya yang tidak akan mungkin berhasil jika tidak melibatkan peran dan partisipasi masyarakat banyak. Semua lapisan masyarakat harus berperan. Persepsi yang telah terbentuk pada individu akan menentukan bagaimana individu tersebut bertindak (Muchtar, 1998). Meskipun ada juga penelitian yang menunjukkan bahwa persepsi ini tidak berkorelasi pada perilaku namun tetap saja persepsi ini  penting dalam membentuk perilaku individu dalam pengelolaan sampah.

Di Yogyakarta sendiri, masih banyak masyarakat yang berperilaku kurang peduli terhadap kondisi lingkungan seperti  perilaku membuang sampah sembarangan, bahkan pada fasilitas umum ataupun sungai. Hal ini berhubungan erat dengan persepsi masyarakat yang sudah mereka adaptasi sedari lama yang akhirnya membentuk perilaku salah dalam mengelola sampah. Beberapa persepsi yang salah terkait sampah diantaranya adalah persepsi  bahwa memilah sampah itu merepotkan  dan tidak ada manfaat ekonominya. Kegiatan sosialisasi dan pelatihan bisa diterapkan untuk mengubah persepsi masyarakat ini. Di sisi lain mulai banyak juga masyarakat yang semakin  menyadari bahwa perilakunya berdampak pada kelestarian lingkungan sehingga punya perilaku pengelolaan sampah yang baik. Mereka adalah bagian dari masyarakat yang pro lingkungan. Perbedaan persepsi ini terjadi karena ada lima faktor yang berpengaruh terhadap pembentukannya yaitu budaya, status sosial ekonomi, usia, agama, dan interaksi antara peran gender, desa/kota, dan suku (Sarwono, 1995). Persepsi ini bisa berubah tergantung dari pengalaman yang individu lalui.

Disamping persepsi, berbagai permasalahan sampah yang terjadi sejatinya juga akan membuat masyarakat belajar untuk beradaptasi. Menurut Bell yang dikutip oleh Altman (1980) menyatakan bahwa penyesuaian antara individu dengan lingkungannya dikenal dengan istilah adaptasi. Individu mengubah perilaku agar sesuai dengan kondisi lingkungannya, sedangkan penyesuaian keadaan lingkungan pada diri individu dikenal dengan istilah adjustment.

Salah satu bentuk adaptasi dari permasalahan sampah adalah lewat program perilaku 3R (reduce, reuse, recycle). Dinas Pekerjaan Umum (2007) menguraikan prinsip 3R ini adalah  (1) Reduce atau reduksi sampah, merupakan upaya untuk mengurangi timbulan sampah di lingkungan sumber dan bahkan dapat dilakukan sejak sebelum sampah dihasilkan. Contohnya menggunakan produk yang bisa diisi ulang dan menghindari penggunaan barang sekali pakai. (2) Reuse, berarti menggunakan kembali bahan atau material agar tidak menjadi sampah (tanpa melalui proses pengolahan). Contohnya : Menggunakan wadah kosong untuk fungsi lainnya semisal menggunakan wadah cat untuk pot. (3) Recycle, yang artinya mendaur ulang suatu bahan yang sudah tidak berguna menjadi bahan lain atau barang yang baru setelah melaui proses pengolahan. Contohnya mengolah sampah organik menjadi kompos.

Persepsi terhadap lingkungan hidup penting, sebagai salah satu dasar bagi munculnya perilaku yang lebih pro terhadap pelestarian lingkungan hidup (Shinta, 2013). Mari menjadi bagian dari masyarakat yang pro lingkungan melalui gerakan 3R (reduce, reuse, dan recycle).

 

Daftar Pustaka :

Altman, I., Rapoport, A., Joachim, F. 1980. Human Behavior and Environment, Advances in Theory and Research, 4. Environment an Culture. New York: Plenum Press.

Dinas Pekerjaan Umum. 2007. Pedoman Umum 3R Berbasis Masyarakat di Kawasan Pemukiman. Jakarta (ID): Dinas PU.

Muchtar T. 1998. Hubungan karakteristik elit formal dan elit informal desa dengan persepsi dan tingkat partisipasi mereka dalam program P3DT di Kabupaten Sukabumi (tesis). Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Sarwono, S. W. (1995). Psikologi lingkungan. Jakarta: Grasindo & Program Pascasarjana Prodi Psikologi UI.

Shinta, A. (2013). Environmental perception (Persepsi terhadap lingkungan). Kup45iana. Published online on April 9, 2013 at http://lintaskampusup45.blogspot.com/2013/04/persepsi-terhadap-lingkungan.html  

Sugihartono, Fathiyah KN, Harahap F, Setiawati FA, Nurhayati SR. 2007. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta (ID): UNY Press


 

 

0 komentar:

Posting Komentar