Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Topik mengenai sampah
telah menjadi subjek utama yang banyak
diperbincangkan dalam masyarakat era modern. Era dimana isu-isu mengenai sampah
telah banyak merebak jauh yang menjadikan cerminan fakta bahwa perhatian
mengenai problematika lingkungan telah meningkat secara signifikan dalam
beberapa dekade terakhir. Seiring dengan meningkatnya populasi penduduk yang
mendominasi pola konsumsi yang
berpotensi terhadap darurat sampah apabila sampah tersebut tidak dikelola
dengan baik atau dibiarkan menumpuk dan tercemar begitu saja kini menjadi saksi
dari tantangan global yang semakin meresahkan.
Darurat sampah saat ini mungkin terjadi di beberapa kota di
Indonesia, salah satunya di Kota Yogyakarta. Kota Yogyakarta yang dikenal
sebagai kota pelajar dan kota yang memiliki beragam penyajian tempat wisata
menjadi peluang yang cukup besar terhadap peningkatan jumlah sampah karena
peningkatan populasi pelajar dan wisatawan dari berbagai penjuru yang tak lepas
dari bagaimana pola konsumsinya. Selain itu sampah yang dihasilkan masyarakat
Kota Yogyakarta saat ini ditangani dengan cara diangkut dan di buang ke Tempat
Pemrosesan Terpadu (TPST) yang berada di Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul.
TPST Piyungan tidak hanya melayani sampah dari Kota Yogyakarta saja, melainkan
juga Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul. Hal ini dapat menyebabkan sampah
yang ada di TPST Piyungan kelebihan kapasitas karena semakin banyaknya sampah
yang di bawa ke TPST tersebut. Lantas, apa hubungan antara persepsi dengan
perilaku orang-orang yang berkaitan dengan sampah?
Persepsi
merupakan salah satu aspek psikologis yang penting bagi manusia dalam merespon
kehadiran berbagai aspek dan gejala di sekitarnya. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, persepsi adalah tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu. Proses
seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya. Sugihartono, dkk
(2007: 8) mengemukakan bahwa persepsi adalah kemampuan otak dalam menerjemahkan
stimulus atau proses untuk menerjemahkan stimulus yang masuk ke dalam alat
Indera manusia. Persepsi manusia terdapat perbedaan sudut pandang dalam
penginderaan. Ada yang mempersepsikan sesuatu itu baik atau persepsi positif, tetapi ada juga yang berpersepsi
negatif yang akan mempengaruhi tindakan manusia secara nyata. Hasil persepsi antara individu dengan
individu lainnya berbeda-beda . Hal itu dipengaruhi beberapa faktor,
diantaranya pengetahuan, pengalaman, dan sudut pandang. Persepsi bertautan
dengan cara pandang seseorang terhadap suatu objek tertentu dengan cara yang
berbeda-beda dengan menggunakan alat Indera yang dimiliki, kemudian berusaha
untuk menafsirkannya.
Rakhmat (2007: 51) menyatakan
persepsi adalah pengamatan tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang
diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Sedangkan, Suharman
(2006: 23) menyatakan: “persepsi merupakan suatu proses menginterprestasikan
atau menafsirkan informasi yang diperoleh melalui sistem alat Indera manusia”.
Menurutnya ada tiga aspek dalam persepsi yang dianggap relevan dengan kognisi
manusia, yaitu pencatatan indera, pengenalan pola, dan perhatian. Dari
penjelasan tersebut dapat ditarik kesamaan
pendapat bahwa persepsi merupakan suatu proses yang dimulai dari
penglihatan hingga terbentuk tanggapan
yang terjadi dalam diri individu sehingga individu sadar akan sesuatu dalam
lingkungannya melalui indera-indera yang di milikinya.
Dari beberapa pengertian tersebut
konteks persepsi memainkan peran penting dalam perilaku orang yang berkaitan
dengan sampah. Hal ini karena persepsi orang mengenai sampah dapat mempengaruhi
kesadaran dan bagaimana keputusan
mereka sehari-hari terkait dengan penggunaan, pembuangan dan pengelolaan
sampah. Persepsi orang terhadap isu sampah, pemahaman tentang dampak lingkungan
yang akan terjadi serta tindakan mereka terhadap sampah mempengaruhi bagaimana
keputusan yang diambil. Persepsi positif yang dilakukan dengan berbagai macam
praktek-praktek lingkungan yang berkelanjutan seperti penggunaan praktek dengan
metode pendekatan perilaku 3R behaviors, yaitu reduce (mengurangi), reuse
(menggunakan kembali), dan recycle (daur ulang/diproses kembali). Tindakan ini
sangat efektif untuk meminimalisir penumpukan sampah sehingga dapat
berkontribusi untuk pemeliharaan lingkungan agar lebih baik. Dan sampah hasil
recycle atau daur ulang bisa menjadi inspirasi
dan contoh kreatif nyata dalam
upaya menangani problematika sampah di bumi tercinta.
Jayanti,
Fitri., Arista, T.A., (2018), Persepsi Mahasiswa Terhadap Pelayanan
Perpustakaan Universitas Trunojoyo Madura, Kompetensi, vol: 12 (1)
0 komentar:
Posting Komentar