Kamis, 02 November 2023

ESSAY UTS PSI LINGKUNGAN ROSITA 22310410108

Persepsi dan Perilaku Terhadap Lingkungan

UTS Psikologi Lingkungan

Dosen Pengampu : Dr., Dra. Arundati Shinta MA

 

Rosita

22310410108

 

Fakultas Psikologi

Universitas Proklamasi 45

Yogyakarta

 

 Perilaku manusia terhadap lingkungan memiliki kontribusi yang besar terhadap kerusakan lingkungan. kurangnya kepedulian manusia terhadap kerusakan alam menimbulkan kerusakan lingkungan yang parah. Beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku masyarakat tersebut adalah pendidikan, pendapatan, pengetahuan, kesadaran, dan faktor sosial masyarakat ( Kospa & Rahmadi, 2019).

Upaya mengubah kebiasaan dan kemandirian masyarakat mengelola sampah memerlukan dukungan banyak pihak. Baik melalui penguatan kelembagaan, pemerintah, pengadaan fasilitas kebersihan dan pengolahan sampah/limbah hingga dukungan kebijakan pemerintah (UU No.18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah).

Perbedaan persepsi tentang kegawatan kondisi lingkungan hidup inilah yang sering menjadi persoalan dalam masyarakat. Persepsi merupakan salah satu aspek psikologis yang penting bagi manusia dalam merespon kehadiran berbagai aspek dan gejala di sekitarnya. Persepsi mengandung pengertian yang sangat luas. Berbagai ahli telah memberikan definisi yang beragam tentang persepsi, walaupun pada prinsipnya mengandung makna yang sama. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005), persepsi adalah tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu dan merupakan proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya.

Persepsi terhadap lingkungan hidup adalah cara-cara individu memahami dan menerima stimulus lingkungan yang dihadapinya. Proses pemahaman tersebut menjadi lebih mudah karena individu mengaitkan objek yang diamatinya dengan pengalaman tertentu, dengan fungsi objek, dan dengan menciptakan makna-makna yang terkandung dalam objek itu. Dalam pembahasan tentang persepsi terhadap lingkungan hidup, hal yang paling penting adalah coping behavior atau usaha-usaha individu untuk mengatasi stress akibat situasi lingkungan hidup tidak nyaman. Pengetahuan tentang perilaku pengatasan stress ini penting untuk berbagi pengalaman, sehingga kita semua mampu berfikir alternatif ketika menghadapi kesuntukan akibat situasi lingkungan hidup di sekeliling tidak nyaman.

Diantara karakteristik pribadi yang lebih relevan yang mempengaruhi persepsi adalah sikap, motif, kepentingan atau minat , pengalaman masa lalu, dan penghargaan (ekspektasi).

Untuk mencapai pengelolaan sampah yang optimal, sudah saatnya paradigma pengelolaan sampah yang bertumpu pada pendekatan akhir ditinggalkan dan diganti dengan paradigma baru dalam pengelolaan sampah. Pengelolaan sampah dengan  paradigma baru tersebut dilakukan dengan kegiatan pengurangan dan penanganan sampah. Pengurangan sampah meliputi kegiatan pembatasan, penggunaan kembali, dan pendauran ulang, sedangkan kegiatan penanganan sampah            meliputi            pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, dan pemrosesan akhir yang kesemuanya saling berinteraksi dan mendukung untuk mencapai tujuan (Dept. Pekerjaan Umum, SNI 19-2454-2002).

Pengelolaan sampah dengan sistem 3R (Reduce, Reuse, dan Recycle) mampu dilakukan oleh hampir semua orang serta tidak jarang hal-hal yang diproduksi mampu menghasilkan nilai ekonomis.

Sebuah perilaku terbentuk melalui beberapa tahapan. Tahapan  pembentukan  perilaku  dikemukakan  oleh  Prochaska & DiClemente (Zubaedi, 2012:28) yang mengemukakan bahwa dalam perubahan perilaku terdapat lima tahap hingga  perilaku  tersebut  benar-benar terjadi, yaitu tahap  satu  precontemplation,  adalah  kondisi   awal   seseorang yang pada dasarnya manusia tidak  ingin  mengubah perilaku, tahap dua contemplation, yaitu tahapan mempertimbangkan  untuk berubah, tahap tiga preparation, yaitu tahapan membuat sedikit perubahan, tahap empat action, yaitu tahapan dimana seseorang mulai terikat pada perilaku baru, dan tahap lima maintenance, yaitu tahapan mempertahankan perilaku baru.

Tahapan tersebut menunjukkan bahwa untuk mengubah perilaku seseorang maka diperlukan proses sehingga pendidikan karakter yang mengusahakan perubahan perilaku memerlukan waktu yang cukup lama, memerlukan kesabaran, ketelatenan dan kerja sama dari berbagai pihak. nilai-nilai lingkungan dalam perilaku konsumsi yang telah berhasil diaktualisasikan oleh seseorang , sebisa mungkin dipertahankan dengan cara melakukan pembiasaan yang dilakukan di rumah, di lingkungan tempat tinggal, di sekolah maupun diluar sekolah.

 

 DAFTAR PUSTAKA

 Asmara, Bunga H., and Andri Kurniawan. (2015). Persepsi Masyarakat terhadap Sampah dan Pengelolaan Sampah di Kabupaten Karanganyar (Kasus di Kecamatan Karanganyar dan Tawangmangu). Jurnal Bumi Indonesia, vol. 4, no. 3, 2015. 

Eprianti, Nanik, et al. (2021). Analisis Implementasi 3R pada Pengelolaan Sampah. Jurnal Ecoment Global, vol. 6, no. 2, 21 Aug. 2021, pp. 179-184, doi:10.35908/jeg.v6i2.1437. 

Nugraha, Aditya, et al. (2018). Analisis Persepsi Dan Partisipasi Masyarakat Terhadap Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Jakarta Selatan. Journal of Natural Resources and Environmental Management, vol. 8, no. 1, 2018, pp. 7-14, doi:10.29244/jpsl.8.1.7-14. 

Suandana, I. N., et al. (2011). Persepsi Masyarakat terhadap Pengelolaan Sampah di Kota Singaraja, Kabupaten Buleleng , Provinsi Bali. Ecotrophic, vol. 6, no. 1, 2011. 

Puspitasari, Amelia I., et al. (2021). Identifikasi Perilaku Dan Persepsi Masyarakat Terhadap Pencemaran Air Sungai Bedadung Di Jember, Jawa Timur (Identification of Communities Behavior and Perception on Water Pollution at Bedadung River in Jember, East Java). Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan, vol. 5, no. 1, 2021, pp. 89-104, doi:10.20886/jppdas.2021.5.1.89-104. 

Yudhistirani, Sri A., et al. (2015). Desain Sistem Pengelolaan Sampah Melalui Pemilahan Sampah Organik Dan Anorganik Berdasarkan Persepsi Ibu - Ibu Rumah Tangga. Jurnal Konversi Universitas Muhammadiyah Jakarta, vol. 4, no. 2, 2015, doi:10.24853/konversi.4.2.29-42.

 

 

Related Posts:

0 komentar:

Posting Komentar