Persepsi
dan Perilaku Terhadap Lingkungan
UTS Psikologi Lingkungan
Dosen
Pengampu : Dr., Dra. Arundati Shinta MA
Rosita
22310410108
Fakultas
Psikologi
Universitas
Proklamasi 45
Yogyakarta
Perilaku manusia terhadap lingkungan memiliki
kontribusi yang besar terhadap kerusakan lingkungan. kurangnya kepedulian
manusia terhadap kerusakan alam menimbulkan kerusakan lingkungan yang parah.
Beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku masyarakat tersebut adalah
pendidikan, pendapatan, pengetahuan, kesadaran, dan faktor sosial masyarakat (
Kospa & Rahmadi, 2019).
Upaya mengubah kebiasaan dan
kemandirian masyarakat mengelola sampah memerlukan dukungan banyak pihak. Baik
melalui penguatan kelembagaan, pemerintah, pengadaan fasilitas kebersihan dan
pengolahan sampah/limbah hingga dukungan kebijakan pemerintah (UU No.18 Tahun
2008 tentang Pengelolaan Sampah).
Perbedaan persepsi tentang kegawatan
kondisi lingkungan hidup inilah yang sering menjadi persoalan dalam masyarakat.
Persepsi merupakan salah satu aspek psikologis yang penting bagi manusia dalam
merespon kehadiran berbagai aspek dan gejala di sekitarnya. Persepsi mengandung
pengertian yang sangat luas. Berbagai ahli telah memberikan definisi yang
beragam tentang persepsi, walaupun pada prinsipnya mengandung makna yang sama.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005), persepsi adalah tanggapan (penerimaan)
langsung dari sesuatu dan merupakan proses seseorang mengetahui beberapa hal
melalui panca inderanya.
Persepsi terhadap lingkungan hidup
adalah cara-cara individu memahami dan menerima stimulus lingkungan yang
dihadapinya. Proses pemahaman tersebut menjadi lebih mudah karena individu
mengaitkan objek yang diamatinya dengan pengalaman tertentu, dengan fungsi
objek, dan dengan menciptakan makna-makna yang terkandung dalam objek itu.
Dalam pembahasan tentang persepsi terhadap lingkungan hidup, hal yang paling
penting adalah coping behavior atau usaha-usaha individu untuk mengatasi stress
akibat situasi lingkungan hidup tidak nyaman. Pengetahuan tentang perilaku
pengatasan stress ini penting untuk berbagi pengalaman, sehingga kita semua
mampu berfikir alternatif ketika menghadapi kesuntukan akibat situasi
lingkungan hidup di sekeliling tidak nyaman.
Diantara karakteristik pribadi yang
lebih relevan yang mempengaruhi persepsi adalah sikap, motif, kepentingan atau
minat , pengalaman masa lalu, dan penghargaan (ekspektasi).
Untuk mencapai pengelolaan sampah
yang optimal, sudah saatnya paradigma pengelolaan sampah yang bertumpu pada
pendekatan akhir ditinggalkan dan diganti dengan paradigma baru dalam
pengelolaan sampah. Pengelolaan sampah dengan
paradigma baru tersebut dilakukan dengan kegiatan pengurangan dan
penanganan sampah. Pengurangan sampah meliputi kegiatan pembatasan, penggunaan
kembali, dan pendauran ulang, sedangkan kegiatan penanganan sampah meliputi pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, dan
pemrosesan akhir yang kesemuanya saling berinteraksi dan mendukung untuk
mencapai tujuan (Dept. Pekerjaan Umum, SNI 19-2454-2002).
Pengelolaan sampah dengan sistem 3R
(Reduce, Reuse, dan Recycle) mampu dilakukan oleh hampir semua orang serta
tidak jarang hal-hal yang diproduksi mampu menghasilkan nilai ekonomis.
Sebuah perilaku terbentuk melalui
beberapa tahapan. Tahapan
pembentukan perilaku dikemukakan
oleh Prochaska & DiClemente
(Zubaedi, 2012:28) yang mengemukakan bahwa dalam perubahan perilaku terdapat
lima tahap hingga perilaku tersebut
benar-benar terjadi, yaitu tahap
satu precontemplation,
adalah kondisi awal
seseorang yang pada dasarnya manusia tidak ingin
mengubah perilaku, tahap dua contemplation,
yaitu tahapan mempertimbangkan untuk
berubah, tahap tiga preparation,
yaitu tahapan membuat sedikit perubahan, tahap empat action, yaitu tahapan dimana seseorang mulai terikat pada perilaku
baru, dan tahap lima maintenance,
yaitu tahapan mempertahankan perilaku baru.
Tahapan tersebut menunjukkan bahwa
untuk mengubah perilaku seseorang maka diperlukan proses sehingga pendidikan
karakter yang mengusahakan perubahan perilaku memerlukan waktu yang cukup lama,
memerlukan kesabaran, ketelatenan dan kerja sama dari berbagai pihak.
nilai-nilai lingkungan dalam perilaku konsumsi yang telah berhasil
diaktualisasikan oleh seseorang , sebisa mungkin dipertahankan dengan cara
melakukan pembiasaan yang dilakukan di rumah, di lingkungan tempat tinggal, di
sekolah maupun diluar sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Asmara, Bunga H., and Andri Kurniawan. (2015). Persepsi Masyarakat terhadap Sampah dan Pengelolaan Sampah di Kabupaten Karanganyar (Kasus di Kecamatan Karanganyar dan Tawangmangu). Jurnal Bumi Indonesia, vol. 4, no. 3, 2015.
Eprianti, Nanik, et al. (2021). Analisis Implementasi 3R pada Pengelolaan Sampah. Jurnal Ecoment Global, vol. 6, no. 2, 21 Aug. 2021, pp. 179-184, doi:10.35908/jeg.v6i2.1437.
Nugraha, Aditya, et al. (2018). Analisis Persepsi Dan Partisipasi Masyarakat Terhadap Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Jakarta Selatan. Journal of Natural Resources and Environmental Management, vol. 8, no. 1, 2018, pp. 7-14, doi:10.29244/jpsl.8.1.7-14.
Suandana, I. N., et al. (2011). Persepsi Masyarakat terhadap Pengelolaan Sampah di Kota Singaraja, Kabupaten Buleleng , Provinsi Bali. Ecotrophic, vol. 6, no. 1, 2011.
Puspitasari, Amelia I., et al. (2021). Identifikasi Perilaku Dan Persepsi Masyarakat Terhadap Pencemaran Air Sungai Bedadung Di Jember, Jawa Timur (Identification of Communities Behavior and Perception on Water Pollution at Bedadung River in Jember, East Java). Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan, vol. 5, no. 1, 2021, pp. 89-104, doi:10.20886/jppdas.2021.5.1.89-104.
Yudhistirani, Sri A., et al. (2015).
Desain Sistem Pengelolaan Sampah Melalui Pemilahan Sampah Organik Dan Anorganik
Berdasarkan Persepsi Ibu - Ibu Rumah Tangga. Jurnal Konversi Universitas Muhammadiyah Jakarta, vol. 4, no. 2,
2015, doi:10.24853/konversi.4.2.29-42.
0 komentar:
Posting Komentar