Rabu, 01 November 2023

 

ESSAY UTS

PSIKOLOGI LINGKUNGAN

“PERSEPSI DAN PENYESUAIAN DIRI TERHADAP

PROBLEMATIKA SAMPAH DI YOGYAKARTA”

DIANA WIDIASTUTI

NIM 22310410034

Dosen Pengampu : Dr., Dra. ARUNDATI SHINTA MA

Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

 

TPA Piyungan
Sumber : Rejogja-Republika


Persepsi adalah suatu proses kognitif yang dialami oleh setiap individu dalam pemilihan, pengorganisasian, penginterprestasian dan penafsiran masukan-masukan informasi dan sensasi yang diterima melalui penglihatan, pendengaran, penciuman, sentuhan, perasaan dan penghayatan sehingga menghasilkan suatu gambaran yang bermakna tentang dunia. Persepsi merupakan kesan yang diperoleh oleh individu melalui panca indera kemudian dianalisa (diorganisir), diintepretasi dan kemudian dievaluasi, sehingga individu tersebut memperoleh makna. Persepsi sesungguhnya memerlukan proses belajar dan pengalaman. Persepsi dipelajari melalui interaksi dengan lingkungan sekitar. Persepsi seseorang timbul sejak kecil melalui interaksi dengan manusia lain (Riadi, 2020).Hampir semua orang mempunyai persepsi untuk merusak lingkungan hidup demi mencukupi kebutuhan ekonomi. Hanya segelintir orang saja yang mempunyai persepsi untuk merawat lingkungan hidupnya. Perbedaan persepsi tentang kegawatan kondisi lingkungan hidup inilah yang sering menjadi persoalan dalam masyarakat. Psikologi lingkungan dituntut untuk membantu menumbuhkan persepsi pro lingkungan hidup di masyarakat (Shinta, 2013).

Persepsi terhadap lingkungan hidup adalah cara-cara individu memahami dan menerima stimulus lingkungan yang dihadapinya. Proses pemahaman tersebut menjadi lebih mudah karena individu mengaitkan objek yang diamatinya dengan pengalaman tertentu. dengan fungsi objek dan dengan menciptakan makna-makna yang terkandung dalam objek itu. Penciptaan makna-makna itu terkadang meluas, sesuai dengan kebutuhan individu (Fisher, Bell, & Baum dalam Shinta, 2013).

Persepsi orang terhadap sampah bisa beragam. Ada persepsi bahwa sampah itu kotor, bau, merusak pemandangan, menimbulkan penyakit, mengundang serangga menjijikkan. Namun adakah yang mempersepsikan bahwa sampah itu bisa dimanfaatkan kembali dan bisa menghasilkan uang.

Beberapa bulan terakhir ini Yogyakarta dilanda dengan permasalahan sampah. Dimana tempat pembuangan akhir (TPA) Piyungan akan ditutup secara resmi pada tahun 2024 dikarenakan kapasitasnya sudah melebihi batas. Tentu saja hal ini membuat panik masyarakatnya. Lalu mau dibuang kemana lagi sampah kita ? Walhasil marak pembuangan sampah di pinggir-pinggir jalan oleh warga yang tidak bertanggung jawab dan ‘mau enaknya saja’. Problem lainnya adalah pembakaran sampah yang dapat menimbulkan berbagai macam gangguan pernafasan. Jika hal ini terjadi terus-menerus tentu saja akan merembet pada sektor lainnya. Seperti sektor wisata yang selama ini menjadi andalan Yogyakarta. Wisatawan mana yang mau bertandang ke tempat yang kotor dan bau?. Contoh dampak lainnya pada sektor kesehatan, akan semakin banyak terutama anak-anak yang akan terkena infenksi saluran pernafasan atas (ISPA).

Permasalahan sampah bukanlah karena TPA Piyungan overloaded, tetapi lebih kepada permasalahan perilaku masyarakat Yogyakarta. Seandainya saja 3R Behaviors (Reuse, Reduce, Recycle) bukan hanya sekedar tagline, namun benar-benar dilakukan oleh semua warga, tentu permasalahan tumpukan sampah ini tidak akan terjadi. Ditutupnya TPA Piyungan perlu dihadapi dengan kepala dingin dan sebagai warga Yogyakarta, kita harus melakukan penyesuaian diri.

Bentuk penyesuaian diri bisa diklasifikasikan dalam dua kelompok, yaitu (a) yang adaptive dan (b) yang adjustive (Gunarsa dalam Sobur, 2003). Bentuk penyesuaian adaptive sering dikenal dengan adaptasi. Bentuk penyesuaian ini lebih bersifat badani. Artinya, perubahan-perubahan dalam proses badani untuk menyesuaikan diri terhadap keadaan lingkungan. Jika terjadi penumpukan sampah dimana-mana yang tentu saja lingkungan menjadi kotor dan bau, penyesuaian adaptive-nya adalah membiasakan diri dalam lingkungan yang kotor dan bau tersebut. Indera penciuman menjadi ’kebal’ terhadap bau sampah atau indera penglihatan menjadi ‘terbiasa’ melihat sampah menumpuk dimana-mana. Bentuk penyesuaian diri yang adjustive berkaitan dengan psikis kita. Karena berkaitan dengan kehidupan psikis, penyesuaian ini berhubungan langsung dengan tingkah laku terhadap lingkungannya. Misalnya dengan melakukan 3R Behaviors terhadap sampah. Kita bisa menggunakan kembali barang-barang bekas pakai atau sampah yang ada (reuse). Tunjukkan kepedulian kita dengan mengurangi sampah (reduce). Ada kalimat menarik yang saya dapatkan dari dosen Psikologi Lingkungan saya, yaitu Ibu Arundati Shinta “semakin banyak yang kamu konsumsi, semakin banyak sampah yang kamu hasilkan”. Sehingga dengan hidup hemat, sesuai kebutuhan saja, kita bisa turut andil dalam mengurangi sampah yang kita hasilkan. R lainnya adalah mengolah kembali sampah menjadi barang yang berguna, misalnya kulit buah jeruk diolah menjadi sabun, sampah dapur diolah menjadi pupuk, sampah kertas diolah menjadi paper bag, dan sampah kardus diolah menjadi hampers box.

Gambar Paper bag
Foto : koleksi pribadi



Jika ditanya mulai kapan ? Lakukan sekarang juga, mulailah dari diri sendiri, lalu tularkan perilaku ini kepada orang lain. Sudah sejauh mana kamu melakukan 3R Behaviors ?

 


Daftar Pustaka

Riadi, Muchlisin (2020). Persepsi (Pengertian, Proses, Jenis dan Faktor yang Mempengaruhinya). Diakses pada 1 November 2023 dari https://www.kajianpustaka.com/2020/05/persepsi-pengertian-proses-jenis-dan-faktor-yang-mempengaruhi.html

Shinta, Arundati (2013). Persepsi Terhadap Lingkungan. Diakses pada 1 November 2023 dari http://kupasiana.psikologiup45.com/2013/04/persepsi-terhadap-lingkungan.html

Sobur, Alex (2003). Psikologi Umum. Pustaka Setia. Bandung


0 komentar:

Posting Komentar