Nama
: Tegar Chandra Surya Perdana
Nim
: 22310410028
Dosen
Pengampu : Dr., Dra. Arudanti Shinta, M.A
Persepsi
dan Perilaku dalam Pengelolaan Sampah
PENDAHULUAN
SAMPAH
Besarnya penduduk dan keragaman aktivitas di
kota-kota metropolitan di Indonesia seperti Jakarta, mengakibatkan munculnya
persoalan dalam pelayanan prasarana perkotaan, seperti masalah sampah.
Diperkirakan hanya sekitar 60 % sampah di kota-kota besar di Indonesia yang
dapat terangkut ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA), yang operasi utamanya adalah
pengurugan (landfilling). Banyaknya sampah yang tidak terangkut kemungkinan
besar tidak terdata secara sistematis, karena biasanya dihitung berdasarkan
ritasi truk menuju TPA. Jarang diperhitungkan sampah yang ditangani masyarakat
secara swadaya, ataupun sampah yang tercecer dan secara sistematis dibuang ke
badan air.
Sampai saat ini paradigma pengelolaan sampah yang
digunakan adalah: KUMPUL – ANGKUT dan BUANG, dan andalan utama sebuah kota
dalam menyelesaikan masalah sampahnya adalah pemusnahan dengan landfilling pada
sebuah TPA. Pengelola kota cenderung kurang memberikan perhatian yang serius
pada TPA tersebut, sehingga muncullah kasus-kasus kegagalan TPA. Pengelola kota
tampaknya beranggapan bahwa TPA yang dipunyainya dapat menyelesaikan semua persoalan
sampah, tanpa harus memberikan perhatian yang proporsional terhadap sarana
tersebut. TPA dapat menjadi bom waktu bagi pengelola kota.
PERSEPSI
Stephen
P. Robbins (2005) mendefinisikan persepsi ; A process by which
individualsorganize and interpret their sensory impressions in order to give
meaning to theirenvironment, Persepsi sebagai suatu proses yang ditempuh
individu untuk mengorganisasikandan menafsirkan atau menginterpretasikan
kesan-kesan indera mereka agar memberikanmakna bagi lingkungan mereka
Kinichi
dan Kreitner (2003: 67) pengertian persepsi sebagai berikut '. Perception is
acognitive process that enables us to interpret and understand our
suruoundings. Persepsi padahakekatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh
setiap orang dalam memahami informasi tentang lingkungannya. baik lewat
penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan danpenciuman. Kunci untuk
memahami persepsi terletak pada pengenalan, bahwa persepsimerupakan suatu
penafsiran yang unik terhadap situasi, dan bukannya suatu pencatatan yang benar
terhadap situasi.
PERMASALAHAN
Persepsi
yang kurang baik terhadap masalah sampah dapat menyebabkan perilaku yang kurang
baik dalam pengelolaan sampah. Misalnya, masyarakat yang merasa bahwa
pengelolaan sampah bukan tanggung jawab mereka cenderung tidak peduli dengan
sampah dan membuangnya sembarangan.
PEMBAHASAN
Di
Indonesia, penggolongan sampah yang sering digunakan adalah sebagai (a) sampah
organik, atau sampah basah, yang terdiri atas daun-daunan, kayu, kertas,
karton, tulang, sisa-sisa makanan ternak, sayur, buah, dan lain-lain, dan
sebagai (b) sampah anorganik, atau sampah kering yang terdiri atas kaleng,
plastik, besi dan logam-logam lainnya, gelas dan mika. Kadang kertas dimasukkan
dalam kelompok ini. Sedangkan bila dilihat dari sumbernya, sampah perkotaan
yang dikelola oleh Pemerintah Kota di Indonesia sering dikategorikan dalam
beberapa kelompok, yaitu;
Sampah dari rumah tinggal: merupakan sampah yang dihasilkan dari kegiatan atau
lingkungan rumah tangga atau sering disebut dengan istilah sampah domestik.
Sampah dari daerah komersial: sumber sampah dari kelompok ini berasal dari
pertokoan, pusat perdagangan, pasar, hotel, perkantoran, dll.
Sampah dari perkantoran / institusi: sumber sampah dari kelompok ini meliputi perkantoran,
sekolah, rumah sakit, lembaga pemasyarakatan, dll.
Sampah dari jalan / taman dan tempat
umum: sumber sampah dari
kelompok ini dapat berupa jalan kota, taman, tempat parkir, tempat rekreasi,
saluran darinase kota, dll.
Sampah dari industri dan rumah sakit
yang sejenis sampah kota: kegiatan umum
dalam lingkungan industri dan rumah sakit tetap menghasilkan sampah sejenis
sampah domestik, seperti sisa makanan, kertas, plastik, dll.
Konsep Mengelola Sampah
Urutan
prioritas penanganan limbah secara umum, yaitu:
Langkah
1 Reduce (pembatasan): mengupayakan agar limbah yang dihasilkan sesedikit
mungkin
Langkah
2 Reuse (guna-ulang): bila limbah akhirnya terbentuk, maka upayakan
memanfaatkan limbah tersebut secara langsung
Langkah
3 Recycle (daur-ulang): residu atau limbah yang tersisa atau tidak dapat
dimanfaatkan secara langsung, kemudian diproses atau diolah untuk dapat
dimanfaatkan, baik sebagai bahan baku maupun sebagai sumber energi.
DAFTAR PUSTAKA
Damanhuri,
E., & Padmi, T. (2010). Pengelolaan sampah. Diktat kuliah TL, 3104,
5-10.
Simbolon,
M. (2007). Persepsi dan kepribadian. Jurnal ekonomis, 1(1),
52-66.







0 komentar:
Posting Komentar