SUKAMTO: ANGKA STUNTING MASIH TINGGI
Tugas 1
Psikologi Sosial
Septi Iing Hijjriyah
22310410132
Dosen Pengampu: Dr., Dra. Arundati Shinta, MA
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
|
Topik |
Upaya
pencegahan kasus stunting lebih dini pada anak melalui program Sosialisasi
dan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) |
|
Sumber |
Ria. (2023).
Sukamto: Angka Stunting Masih Tinggi. Kedaulatan Rakyat. 9 April, hal.
2. |
|
Ringkasan |
· Pengertian stunting itu sendiri
merupakan gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi
serta infeksi berulang. · Berangkat dari catatan kasus
stunting pada anak yang masih terbilang cukup tinggi di Indonesia yaitu
mencapai 21,6 persen per tahun 2022 lalu (berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia
(SS-GI) Kementerian Kesehatan (Kemenkes)), Sukamto selaku Anggota Komisi IX
DPR RI itu tergerak untuk melakukan Sosialisasi dan Komunikasi, Informasi dan
Edukasi (KIE) Program Bangga Kencana bersama Mitra Kerja. Kegiatan
sosialisasi yang digelar pada Sabtu, 8 April 2023 di Balai Aspirasi Rakyat,
Sinduadi, Mlati, Sleman tersebut dilakukan demi mengedukasi masyarakat agar
lebih mawas terkait betapa pentingnya jeli terhadap kasus stunting pada anak.
Belum lagi menurutnya, anak yang terlahir stunting cenderung terkesan akan
memberatkan keluarga dan orang sekitarnya karena mengingat kemampuan fisiknya
yang mudah sakit karena kurangnya gizi dan infeksi berulang serta jiwanya
yang cenderung kesulitan menjalin relasi dengan sekitar. · Ada beberapa problematika yang
menjadikan kasus stunting di Indonesia terus meningkat, di antaranya (1)
Kurangnya edukasi dan kesadaran masyarakat terkait bagaimana cara bijak
mencegah stunting lebih dini. (2) Masyarakat cenderung menyepelekan proses
cek kesehatan pranikah yang notabenenya hal tersebut dapat menjadi
penentu bagaimana kualitas keturunan atau generasi berikutnya. (3) Jangan
terpaku hanya dengan satu gejala seperti stagnasi pada tinggi badan anak,
karena hal tersebut tidak melulu menjadi penanda anak mengalami stunting, mengingat
ada beberapa tanda klinis lainnya yang patut diperhatikan. · Hasil dari sosialisasi tersebut
berharap dapat melahirkan sebuah habit yang baru, seperti (1)
Masyarakat bisa lebih jeli dengan tanda-tanda yang kiranya mengarah pada
kasus stunting pada anak, sehingga proses pencegahan bisa dilakukan sedini mungkin.
(2) Tidak lagi menyepelekan proses cek kesehatan pranikah. |
|
Permasalahan |
Masyarakat
terbilang masih kurang edukasi, menyepelekan, mengesampingkan kasus atau
gejala stunting pada anak, terbukti dengan peningkatan angka dalam catatan
survei di Indonesia. |
|
Opini saya |
· Dengan adanya kegiatan sosialisasi
seperti di atas, tentu terbilang efektif untuk membantu masyarakat agar lebih
bijak menyikapi kasus stunting di Indonesia, berangkat dari lingkungan, dan
orang-orang terdekatnya terlebih dahulu. · Tidak hanya melalui sosialisasi
secara tatap muka, mengingat era sudah serba digital seperti sekarang, tentu
gencatan edukasi terkait pentingnya pencegahan stunting lebih dini bisa
dilakukan dengan cara yang lebih unik dan menarik. Seperti melalui iklan,
banner atau neon box yang diletakkan di titik tententu yang ramai massa,
poster-poster di laman media sosial, dan masih banyak cara lagi untuk menyita
perhatian masyarakat supaya lebih mawas dengan dewasa ini. · Upaya yang sudah saya dan orang
terdekat saya lakukan terkait pencegahan kasus stunting ini lebih kepada
menjaga pola hidup yang baik. Seperti lebih memperhatikan pola makan beserta
gizi yang dibutuhkan oleh tubuh, terutama orang-orang terdekat yang masih
berusia di bawah umur, setidaknya mulai mengurangi makanan-makanan yang
kiranya bersifat toxic, memperhatikan pola rehat, dan memperbanyak membaca
literasi terkait pencegahan stunting lebih dini, serta lebih terbuka jika ada
forum diskusi atau program kemasyarakatan terkait edukasi pencegahan
stunting. |






0 komentar:
Posting Komentar