FRONT OF THE CLASS
ADI SETIYANTO
(22310410004)
Dosen Pengampu: Dr.,
Dra. ARUNDATI SHINTA MA
Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Topik |
Keadilan
Sosial |
Sumber |
Youtube
: Movies Hub. 27 Maret 2023. Front Of The Class. 01:23:54 https://www.youtube.com/watch?v=O3jcnDE3J2k |
Ringkasan |
Front of the Class adalah film Amerika yang
disutradarai oleh Peter Werner. Film ini berdurasi 1 jam 38 menit dan dirilis
pada tanggal 7 Desember 2008. Film ini merupakan adaptasi dari kisah nyata
seorang Brad Cohenn yang merupakan penderita Tourette Syndrome. Sindrom
Tourette adalah kelainan yang menyebabkan penderita tiba-tiba melakukan
gerakan atau ucapan berulang yang tidak disengaja dan tidak terkendali.
Cerita ini bermula ketika Brad Cohen kecil sering diperlakukan tidak
baik oleh teman-temannya karena penyakitnya dan selain itu Brad juga tidak
memiliki teman. Bahkan gurunya sering memarahi Brad karena menganggap Brad
telah mengganggu kegiatan belajar mengajar di kelas. Ini karena Brad membuat
suara-suara aneh dengan gerakan kepala dan kaki yang mengganggu. Guru dan
teman menganggap Brad sengaja melakukannya, padahal perilaku yang
dilakukannya di luar akal sehatnya seperti bersin atau gatal yang tak
tertahankan. Perilaku ini membuat guru Brad melapor ke kepala sekolah dan
pihak sekolah menelepon orang tuanya tentang perilaku Brad selama di sekolah.
Awalnya kepala sekolah menganggap Brad aneh dan setelah ibu Brad menjelaskan
bahwa kepala sekolah memahami penyakit Brad.
Selain itu, ibu Brad memiliki pengaruh besar dalam kehidupan Brad. Sebelum
mengetahui penyakit yang diderita anaknya, ibu Brad selalu bekerja keras
untuk meneliti penyakit apa yang diderita anaknya. Namun selain itu, ayah
Brad tidak tahan dengan perilaku putranya dan memutuskan untuk bercerai dan
meninggalkan anak-anaknya.
Selama orkestra di sekolahnya, kepala sekolah mengundang Brad untuk
datang. Namun Brad menolak karena takut mengganggu acara tersebut. Dengan
tatapan tajam kepala sekolah menyuruh Brad untuk datang ke acara tersebut dan
akhirnya Brad pun datang. Dan benar saja di acara tersebut Brad mengeluarkan
suara dan melakukan gerakan-gerakan aneh yang membuat kesal semua orang di
acara itu. Ketika menginjak usia dewasa, Brad memutuskan untuk menjadi
seorang guru. Brad mulai mengirimkan lamaran ke beberapa sekolah. Namun tidak
semudah itu bagi Brad untuk diterima sebagai guru. Brad selalu gagal melamar
pekerjaan karena Sindrom Tourette-nya bisa membuat siswa dan guru lain tidak
menyukainya. Dengan tekad yang kuat Brad tidak menyerah dan terus mengajukan
lamaran kerja ke hampir semua sekolah di wilayah tempat tinggal Brad. Hal ini pun mendorong Brad untuk lebih dulu
membuka sekolah yang akan ia usulkan terkait Tourette Syndrome yang ia
derita. Dengan dorongan dari ibunya, adiknya Jeffrey, dan pacarnya Nancy,
akhirnya sebuah sekolah bersedia menerima Brad sebagai guru dan bersedia
mewawancarainya. Pihak sekolah bersedia mewawancarai Brad dengan melibatkan
seluruh staf guru di sekolah tersebut. Menurut Brad, ini adalah sesi
wawancara terbaik baginya karena baginya pihak sekolah sangat menghargai sesi
wawancara dengan mendengarkan penjelasan Brad dengan kagum dan antusias. Dan
akhirnya Brad diterima menjadi guru di sekolah tersebut. Brad sangat
totalitas dalam mengajar, metode unik yang dia ajarkan kepada muridnya
membuat dia disukai oleh muridnya.
Brad bertemu Nancy di situs kencan online. Setelah berkencan dengannya
selama beberapa waktu, Brad mengundangnya untuk Thanksgiving kembali ke rumah
Ellen, di mana Brad memberi tahu Nancy bahwa dia mencintainya, dan perasaan
itu dibalas. Brad menceritakan kepada Ellen kekhawatirannya bahwa Nancy akan
muak dengan tics-nya, tetapi dia meyakinkannya bahwa Brad tidak boleh
membiarkan Sindrom Tourette-nya menghalangi.
Di hari pertamanya, Brad menjelaskan Sindrom Tourette-nya kepada para
siswa. Brad membantu Thomas membaca dan memberi kesan pada Heather, seorang
gadis penderita kanker stadium akhir. Brad juga berhasil mengajar
murid-muridnya pelajaran Geografi dengan cara yang disukainya. Bahkan para
siswa tidak sabar menunggu hari esok, belajar, bermain dan bersenang-senang
dengan guru yang sangat mereka cintai ini. Tapi ayah siswa lain menariknya
keluar dari kelas Brad karena dia takut Brad akan mengalihkan perhatiannya.
Karena berhasil menjadi guru yang sangat luar biasa, Brad dinobatkan sebagai
guru terbaik. Pada penyerahan penghargaan tersebut Brad menceritakan
bagaimana dirinya berjuang melawan Sindrom Tourette yang dideritanya. Bagi
orang lain Sindrom Tourette mungkin merupakan nasib buruk untuk diterima,
tetapi bagi Brad Cohen penyakit itulah yang dapat menjadikannya guru terbaik.
Film “Front of the Class” sangat menginspirasi, layak ditonton, khususnya
bagi para guru dan siswa. Menurut saya topik yang terkandung dalam film
tersebut adalah keadilan sosial. Sejak kecil Brad tidak mendapatkan keadilan
dari orang-orang disekitarnya karena Tourette Syndrome, sehingga ia tidak
memiliki teman. Bahkan gurunya sering mengira bahwa Brad melakukannya dengan
sengaja, padahal itu dari Sindrom Tourette-nya. Brad juga pernah dimarahi
oleh ayahnya sendiri karena menurutnya Brad juga sengaja melakukan itu. Dan
pada akhirnya ayahnya muak dan memilih untuk bercerai dan meninggalkan
anak-anaknya. Saat di sekolah, Brad sering ditelepon kepala sekolah karena
sering mendapat keluhan dari guru tentang kelakuan aneh Brad. Tapi, pada
akhirnya, kepala sekolah, guru, dan teman-temannya bisa mentolerir penyakit
Brad.
Tidak hanya di sekolah, ketika Brad melamar menjadi guru di beberapa
sekolah ia sering ditolak pihak sekolah karena bisa menimbulkan masalah saat
mengajar, padahal Brad adalah orang yang cerdas. Namun tetap saja karena
penyakitnya, Brad berkali-kali gagal saat melamar pekerjaan. Brad selalu
mendapat dukungan dari ibu, adik, dan pacarnya, yang membuatnya tetap
semangat untuk mengejar cita-citanya menjadi seorang guru. Hingga suatu saat
Brad melamar ke hampir semua sekolah di daerah tempat tinggalnya, dan awalnya
ia akan memberitahukan penyakitnya agar pihak sekolah bisa mengerti dan
ternyata hasilnya masih karena saat sesi wawancara Brad tidak bisa mengontrol
penyakitnya . Padahal dia hanya ingin dianggap sama oleh orang normal
lainnya, tapi karena penyakitnya membuat Brad sulit mendapatkan pekerjaan.
Dan akhirnya dia mendapatkan pekerjaannya di sebuah sekolah yang membuat
semua pihak sekolah kagum dan antusias dengan penjelasan Brad saat wawancara.. |
Permasalahan |
Tidak
adanya keadilan untuk seseorang yang mempunyai penyakit syndrom dan kurangnya
apresiasi masyarakat kepada seorang pengidap syndrom. |
Opini Saya |
-
Saya berpendapat untuk memberikan hak yang sama bagi pengidap syndrom,
dan orang normal. -
Adanya fasilitas khusus atau pelatihan khusus bagi pengidap syndrom. -
Perlunya Apresiasi masyarakat kepada pengidap syndrom untuk tetap semangat
dalam menjalani hidupnya |
0 komentar:
Posting Komentar