Minggu, 16 April 2023

Essay 2. Review Film Youtube Topik Psikologi sosial Dan Opini Saya Tentang Film All Quiet On The Western Front (1979)

 

All Quiet On The Western Front (1979)

Tugas 2

Psikologi Sosial

Alfiyan Hidayat

22310410030

Dosen Pengampu : Dr., Dra. ARUNDATI SHINTA, MA

Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta









Topik

All Quiet on the Western Front mengambil latar waktu di tahun 1917. Ketika seorang prajurit muda Jerman berusaha untuk menghindar dari peperangan. Dia bernama Paul Bäumer yang diperankan Richard Thomas , terdaftar menjadi anggota prajurit perang Kekaisaran Jerman pada usia 17 tahun.

Sumber

All Quiet on the Western Front (1979) .Durasi : 2.30.07.Pemeran utama Paul (Richard Thomas).link : https://youtu.be/p0t3IvJwdMo

Ringkasan

All Quiet on the Western Front diriwayatkan oleh Paul Bäumer, seorang pemuda berusia sembilan belas tahun yang bertempur sebagai tentara Jerman di front Prancis dalam Perang Dunia I. Paul dan beberapa temannya dari sekolah bergabung dengan tentara secara sukarela setelah mendengarkan semangat patriotik pidato guru mereka, Kantorek namanya. Tetapi setelah mengalami sepuluh minggu pelatihan brutal di tangan Kopral Himmelstoss yang picik dan kejam serta kebrutalan hidup yang tak terbayangkan di garis depan, Paul dan teman-temannya menyadari bahwa cita-cita nasionalisme dan patriotisme yang mereka daftarkan hanyalah klise omong kosong belaka . Mereka tidak lagi percaya bahwa perang itu mulia atau terhormat, dan mereka terus hidup dalam teror fisik dan mental.

Ketika kompi Paul menerima penangguhan hukuman singkat setelah dua minggu pertempuran, hanya delapan puluh orang dari 150 orang anggota kompi yang dapat  kembali dari garis depan.Setelah pertempuran itu  si juru masak tidak ingin memberikan jatah yang dimaksudkan untuk orang mati kepada orang yang selamat tetapi akhirnya setuju untuk melakukannya; para pria dengan demikian menikmati makanan besar. Paul dan teman-temannya mengunjungi Kemmerich, mantan teman sekelasnya yang kakinya baru saja diamputasi setelah tertular gangren. Kemmerich perlahan-lahan sekarat, dan Müller, mantan teman sekelas lainnya, menginginkan sepatu bot Kemmerich untuk dirinya sendiri. Paul tidak menganggap Müller tidak peka; seperti tentara lainnya, Müller menyadari secara pragmatis bahwa Kemerich tidak lagi membutuhkan sepatu botnya. Bertahan dari penderitaan perang, Paul mengamati, memaksa seseorang untuk belajar melepaskan diri dari emosi seperti kesedihan, simpati, dan ketakutan. Tidak lama setelah pertemuan ini, Paul kembali ke samping tempat tidur Kemmerich saat pemuda itu meninggal. Atas permintaan Kemmerich, Paul membawa sepatu botnya ke Müller.

Sekelompok rekrutan baru datang untuk memperkuat pasukan, dan teman Paul, Kat, membuat sup daging sapi dan kacang yang membuat mereka terkesan. Kat berkata bahwa jika semua orang dalam pasukan, termasuk para perwira, dibayar dengan upah yang sama dan diberi makanan yang sama, perang akan segera berakhir. Kropp, mantan teman sekelas Paul lainnya, mengatakan bahwa tidak boleh ada tentara; dia berpendapat bahwa para pemimpin negara seharusnya melawan perbedaan pendapat mereka dengan partai. Mereka membahas fakta bahwa orang-orang kecil dan tidak penting menjadi kuat dan sombong selama perang, dan Tjaden, seorang anggota kompi Paul, mengumumkan bahwa Kopral Himmelstoss yang kejam telah datang untuk bertempur di garis depan.

Pada malam hari, para pria melakukan misi mengerikan untuk meletakkan kawat berduri di depan. Dihantam oleh artileri, mereka bersembunyi di kuburan, di mana rentetan tembakan menyebabkan mayat yang terkubur terburai dari kuburan mereka, sementara sekelompok orang yang masih hidup tewas seketika di sekitar mereka. Setelah peristiwa mengerikan ini, para prajurit yang selamat kembali ke kamp mereka, di mana mereka membersihkan kutu dan memikirkan apa yang akan mereka lakukan di akhir perang. Beberapa pria memiliki rencana tentatif, tetapi semuanya tampaknya merasa bahwa perang tidak akan pernah berakhir. Paul khawatir jika perang benar-benar berakhir, dia tidak tahu harus berbuat apa dengan dirinya sendiri. Himmelstoss tiba di depan; ketika para pria melihatnya, Tjaden menghinanya. Letnan memberi mereka hukuman ringan tetapi juga menguliahi Himmelstoss tentang kesia-siaan memberi hormat di depan. Paul dan Kat menemukan rumah dengan angsa dan memanggang angsa untuk makan malam, menikmati makanan enak yang langka.

Kompi terjebak dalam pertempuran berdarah dengan sekelompok pasukan infanteri Sekutu. Laki-laki hancur berkeping-keping, anggota badan terpotong-potong dan tikus raksasa memakan yang mati dan yang terluka. Paul merasa bahwa dia harus menjadi binatang dalam pertempuran, hanya mempercayai instingnya untuk membuatnya tetap hidup. Setelah pertempuran, hanya tiga puluh dua dari delapan puluh orang yang masih hidup. Orang-orang itu diberi penangguhan hukuman singkat di depot lapangan. Paul dan beberapa temannya pergi berenang, yang berakhir dengan pertemuan dengan sekelompok gadis Prancis. Paul sangat ingin mendapatkan kembali masa mudanya dengan seorang gadis, tetapi dia merasa itu tidak mungkin terjadi.

Paul menerima cuti tujuh belas hari dan pulang untuk melihat keluarganya. Dia merasa canggung dan tertindas di kampung halamannya, tidak bisa membicarakan pengalaman traumatisnya dengan siapa pun. Dia mengetahui bahwa ibunya sedang sekarat karena kanker dan bahwa Kantorek telah wajib militer sebagai tentara, dari mana dia mendapatkan kepuasan. Dia mengunjungi ibu Kemmerich dan memberitahunya, dengan tidak jujur, bahwa kematian putranya terjadi seketika dan tanpa rasa sakit. Di akhir masa cutinya, Paul menghabiskan beberapa waktu di kamp pelatihan di dekat sekelompok tawanan perang Rusia. Paul merasa bahwa orang Rusia adalah orang-orang seperti dia, bukan musuh yang tidak manusiawi, dan bertanya-tanya bagaimana perang dapat membuat orang-orang yang tidak memiliki dendam terhadap satu sama lain menjadi musuh.

Paul dikirim kembali ke kesatuanya dan dipertemukan kembali dengan teman-temannya. Kaiser, kaisar Jerman, berkunjung ke depan, dan orang-orang itu kecewa melihat bahwa dia hanyalah seorang pria pendek dengan suara lemah. Dalam pertempuran, Paul dipisahkan dari kesatuanya dan dipaksa bersembunyi di lubang peluru. Seorang tentara Prancis melompat ke lubang peluru bersamanya, dan Paul secara naluriah menikamnya. Saat pria itu meninggal dengan lambat, kematian yang menyakitkan, Paul diliputi penyesalan karena telah menyakitinya. Dia merasa bahwa prajurit musuh ini bukanlah musuh sama sekali melainkan korban perang seperti dirinya. Paul memeriksa barang-barang prajurit itu dan menemukan bahwa namanya adalah Gérard Duval dan mengetahui bahwa Duval memiliki seorang istri dan anak di rumah. Saat kembali ke kesatuanya, Paul menceritakan kejadian tersebut kepada teman-temannya, yang mencoba menghiburnya.

Paul dan teman-temannya diberi tugas yang mudah: selama tiga minggu, mereka harus menjaga depot perbekalan dari pertempuran. Saat pertempuran berikutnya terjadi, Paul dan Kropp terluka dan dipaksa menyuap sersan mayor dengan cerutu agar bisa ditempatkan di kereta rumah sakit bersama. Di rumah sakit, Paul menjalani operasi. Kaki Kropp diamputasi, dan dia menjadi sangat tertekan. Setelah operasinya, Paul mendapat cuti singkat di rumah sebelum dia kembali ke kesatuannya.

Saat tentara Jerman mulai menyerah pada tekanan tak henti-hentinya dari pasukan Sekutu, teman-teman Paul terbunuh dalam pertempuran satu per satu. Detering, salah satu teman dekat Paul, mencoba untuk meninggalkan tetapi tertangkap dan diadili. Kat terbunuh ketika pecahan peluru membelah kepalanya saat Paul membawanya ke tempat aman. Pada musim gugur tahun 1918, Paul adalah satu-satunya dari lingkaran pertemanannya yang masih hidup. Tentara di mana-mana membisikkan bahwa Jerman akan segera menyerah dan perdamaian akan datang. Paul diracuni dalam serangan gas dan diberi cuti singkat. Dia merenungkan bahwa, ketika perang berakhir, dia akan dihancurkan pada masa damai; yang dia tahu hanyalah perang. Pada bulan Oktober 1918, pada hari dengan sedikit pertempuran, Paul terbunuh. Laporan tentara untuk hari itu hanya berbunyi: "Semua tenang di Front Barat." Mayat Paul menunjukkan ekspresi tenang, seolah lega bahwa akhirnya telah tiba.

 

Permasalahan

Dalam film All Quiet on the Western Front (1979) menceritakan pemuda remaja Jerman yang banyak terproganda untuk ikut perang ,mereka dijanjikan kehormatan ,penghargaan dan kebanggan oleh para guru ,pejabat tinggi partai dengan dijanjikan akan dijadikan sebagai pahlawan bangsa dan diberikan gelar patriotik namun ketika mereka tahu bahwa peperangan begitu menyedihkan karena mereka harus melihat setiap detik di depan mereka teman ,kawan bahkan saudara mereka mati terbunuh tak berdaya dan desingan mortir ,peluru dan ledakan menghujani mereka setiap hari ,serta mereka harus saling membunuh atau dibunuh ,mereka yang berusaha mundur untuk pulang pun akan di hukum dan di eksekusi ,sehingga tidak ada pilihan untuk mundur sama sekali.

 

 

Opini Saya

A.    Film ini memperlihatkan sisi lain dan  dampak buruk dari sebuah propaganda perang yang digaungkan massive oleh para pemimpin.Paul dan teman-temannya terpengaruh oleh propaganda-proganda dari Kekaisaran Jerman bahwa mereka semua akan menyambut kemenangan di Paris Perancis. Mereka tertipu oleh slogan patriotisme dan kehormatan, ketika mereka ikut serta  Perang Dunia I tanpa mengetahui realita yang sebenarnya terjadi.

B.     Aspek penting yang ditampilkan di film ini adalah betapa brutalnya Perang Dunia I. All Quiet on the Western Front bertujuan untuk menggambarkan perang seperti yang sebenarnya dialami dan dirasakan sebagian besar prajurit yang turun di medan perang, menggantikan gambaran romantisasi perang seperti kejayaan,kehormatan,kepahlawanan dengan ketakutan, ketidakberartian hidup, pembantaian, dan brutalnya Perang Dunia I. Paul melihat sendiri brutalnya medan perang, ladang parit yang dipenuhi oleh tentara yang telah mati, melihat teman-temannya mati satu per satu, sadisnya dan horornya Perang Dunia I, dan berusaha untuk mempertahankan hidup dari keadaan seperti itu.

C.     Trauma

Salah satu pesan dari film ini adalah dampak perang terhadap mental psikologis dari seorang tentara atau biasa disebut dengan post-traumatic stress disorder (PTSD). Paul yang tadi awalnya antusias untuk ikut serta dalam Perang Dunia I menjadi tidak semangat, begitu takutnya, dan pasrah akan keadaan dirinya setelah melihat kebrutalan Perang Dunia I dan mempengaruhi kesehatan mentalnya dia sudah tidak dapat berpikir jernih dan selalu murung setiap hari makna untuk bertahan hidupnya semakin memudar hari waktu ke waktu dan berusaha pasrah untuk menghadapi waktu giliranya mati di medan perang.

D.    Kesmipulan

Hal yang dapat dapat kita ambil dari film All Quiet on the Western Front menjadi sebuah pengingat bagi kita semua mengenai besarnya  dampak buruk dan brutalnya dari perang kerugian dari material dan non material. Tentara yang berperang juga menjadi korban. Rasa patriotisme dan kehormatan tidak sebanding dengan jutaan nyawa yang melayang. Mereka hanya mengikuti perintah dari pemimpin mereka yang sama sekali tidak peduli dengan korban jiwa ,mereka hanya di perintah untuk saling membunuh menghilangkan sisi kemanusiaan tentaranya ,dan pada akhirnya para tentara yang berjatuhan dan mati dengan sia-sia.

Film ini tidak hanya berhasil menampilkan kekejian dan juga brutalnya perang, namun juga berhasil menampilkan perspektif para pemuda yang dikirim untuk berperang oleh pemimpin mereka yang sama sekali tidak peduli dengan nasib mereka.

 

 


Footage pertempuran front tepi barat pada tahun 1917  : 

                                   1.Gambar Seorang tentara yang berada dalam parit.

                                 2.    Gambar para tentara yang bersiap dengan pertempuran di malam hari.

                                            

                                     3. Gambar para tentara yang sedang mengggunakan masker gas untuk menghadapi serangan gas beracun.

Related Posts:

0 komentar:

Posting Komentar