Psikologi
Lingkungan
"Menggali
Hubungan Antara Pengetahuan, Persepsi, dan Partisipasi Masyarakat dalam
Pengelolaan Sampah: Sampah Kota Yogyakarta"
ADIP NORMAN FATKURI
21310410176
Dosen Pengampu: Dr., Dra. Arundati
Shinta MA
Sampah di Yogyakarta sekarang ini menjadi
persoalan besar yang mengancam dan
membahayakan. Apakah benar adanya bahwa faktor persepsi masyarakat terhadap
sampah memainkan peran penting dalam hal ini?
Persepsi adalah proses terintegrasi individu terhadap
stimulus yang diterimanya, sehingga menjadi sesuatu yang bermakna dan merupakan
aktivitas yang terintegrasi dalam diri individu (Moskowitz dan Orgel 1969) yang
dikutip oleh Walgito (1994). Individu mengartikan persepsi sebagai proses
pengorganisasian dan menafsirkan stimulus yang diberikan oleh lingkungan
(Atkinson, Rita, L., dkk 1983). Proses ini akan melahirkan pendefisian dan
tindakan terhadap presepsi dimana lingkungan hadir sebagaimana fungsinya, sedangkan
individu dengan sifat individunya, pengalaman masa lalunya, bakat, minat,
sikap, dan kepribadiannya masing-masing (Paul A. Bell oleh Sarwono W, 1992).
Presepsi masyarakat tehadap pengelolaan sampah mempengarui
perilaku, pemahaman dan konsep moral terhadap sampah. Menurut Fisher dkk (1984)
Persepsi lingkungan merupakan proses di mana individu memahami, menerima
stimulus dan menciptakan makna-makna dengan pengamatan dan mempertimbangkan
pengalaman masa lalu. Dalam konteks ini persepsi lingkungan adalah tentang
seting individu, dilandasi pada latar belakang budaya dan pengalaman. Setiap
individu memiliki persepsi lingkungan yang berbeda karena perbedaan latar
belakang budaya, meskipun kemungkinan ada persepsi lingkungan yang mirip karena
kesamaan latar belakang budaya dan pengalaman (Setiawan B, 1995).
Penelitian Riswan dkk (2011) menyimpulkan bahwa
pengetahuan masyarakat tentang pengelolaan sampah akan menentukan tingkat
partisipasi masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan. Selain itu,
penelitian Manurung (2008) menunjukkan bahwa persepsi masyarakat terhadap
lingkungan yang sehat dan bersih memiliki pengaruh terhadap partisipasi masyarakat
dalam menjaga kebersihan lingkungan. Dewi dan Hapsari (2012) juga menemukan
bahwa persepsi memiliki hubungan langsung dengan tingkat partisipasi
masyarakat.
Dengan meningkatkan pemahaman dengan adanya
sosialisasi kepada masyarakat tentang bahaya sampah dan pengelolaanya akan
memberikan presepsi baru yang memungkinkan menjadikan solusi bersama untuk
mengatasi permasalahan sampah di Yogyakarta. Salah satunya dengan memberikan
sosialisasi tentang prinsip-prinsip 3R (Reuse, Reduce, Recycle) dapat digunakan
untuk mengurangi dampak negatif sampah terhadap lingkungan. Memahami dan
melakukan prinsip ini akan memberikan insight baru individu dalam memahami dan
menerima stimulus lingkungan terkait dengan sampah. Berikut adalah penjelasan
bagaimana 3R dapat merubah presepsi masyarakat tentang sampah:
Reduce (Mengurangi): Proses ini melibatkan pengurangan
produksi sampah dengan mengurangi konsumsi barang-barang yang tidak diperlukan.
Persepsi masyarakat terhadap pentingnya pengurangan sampah (Reduce) akan
mempengaruhi mayarakat untuk mengurangi penggunaan produk yang menghasilkan
sampah berlebih. Kesadaran akan dampak negatif karena jumlah sampah yang tidak
terkelola secara ramah lingkungan dapat mendorong individu untuk mengurangi
menggunakan produk tertentu.
Reuse (Menggunakan Kembali): Prinsip ini menekankan
pada penggunaan kembali barang-barang yang masih bisa digunakan Pemahaman
individu terhadap pentingnya penggunaan kembali (Reuse) dapat mendorong
individu untuk memanfaatkan kembali barang yang masih dapat digunakan atau
didaur ulang, sehingga mengurangi pembuangan sampah yang tidak perlu. Dengan
memahami hal ini dapat mengurangi dampak negatif sampah terhadap lingkungan.
Recycle (Mendaur Ulang): Langkah ini melibatkan
pengolahan kembali bahan-bahan yang bisa didaur ulang menjadi bahan baku untuk
produk baru. Persepsi individu terhadap pentingnya mendaur ulang (Recycle) akan
mendorong partisipasi individu dalam proses daur ulang sampah untuk mengurangi
dampak negatif terhadap lingkungan. Pemahaman akan manfaat dari daur ulang
sampah, seperti mengurangi pembakaran sampah yang menghasilkan polusi udara,
akan mendorong individu untuk secara aktif terlibat dalam kegiatan daur ulang.
Persepsi individu sering dipengaruhi oleh persepsi
kelompok dan budaya mereka. Jika dalam kelompok atau budaya tertentu menganggap
perilaku 3R dipandang sebagai norma khususnya masyarakat Yogyakarta, maka
individu cenderung mengikuti norma tersebut. Sebaliknya, jika praktik-praktik
yang merusak lingkungan diterima dalam budaya tertentu, individu mungkin akan
mengikuti perilaku tersebut. Peningkatan kesadaran dan pemahaman individu
tentang pentingnya pengelolaan sampah yang baik dan ramah lingkungan, melalui
penerapan prinsip-prinsip 3R, dapat mempengaruhi perilaku individu dalam
mengurangi jumlah sampah dan dampak negatifnya terhadap lingkungan. Ini dapat
menjadi kunci utama dalam mengatasi persoalan besar terkait dengan pengelolaan
sampah di Yogyakarta,
DAFTAR
PUSTAKA
Arundati Shinta. (2013). Persepsi Terhadap Lingkungan. Fakultas Psikologi, Universitas
Proklamasi 45, Yogyakarta. http://kupasiana.psikologiup45.com/2013/04/persepsi-terhadap-lingkungan.html
Prima, G., & Putra, H. P. (2018). Studi Timbulan Sampah Dan Persepsi
Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah, Di Kecamatan Depok Dan Ngaglik Kabupaten
Sleman Yogyakarta. Sleman, Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia.
Sarwono, S. W. (1995). Psikologi lingkungan. Jakarta: Grasindo & Program Pascasarjana
Prodi Psikologi UI
Setiady, I., Putra, H. P., & Yuriandala, Y.
(2018). Analisis Sikap Dan Persepsi
Wisatawan Dalam Mengelola Sampah Di Kawasan Pariwisata Kota Yogyakarta (Studi
Kasus Di Tugu Yogyakarta dan Malioboro). Sleman, Yogyakarta: Universitas
Islam Indonesia.
0 komentar:
Posting Komentar