UJIAN TENGAH SEMESTER – PSIKOLOGI LINGKUNGAN
Presepsi Terhadap Lingkungan
Psikologi Lingkungan UTS
Membuat Tulisan Untuk Ujian MID
Dosen Pengampu : Dr., Dra. Arundati
Shinta MA
Nama : Yosy Tri Aprian
NIM: 21310410188
Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Sampah merupakan masalah global dan Indonesia adalah salah satu negera
yang paling terkena dampaknya. Sampah sendiri merupakan limbah padat yang tidak
pada tempatnya (Geller, 1980). Benda-benda tersebut bisa berupa apa saja, mulai
dari benda kecil seperti bungkus permen atau puntung rokok, hingga mobil,
peralatan, dan bahkan pesawat luar angkasa yang ditinggalkan. Sampah biasanya
mengacu pada barang-barang pribadi yang dibuang seseorang, namun bisa juga
mengacu pada benda apa pun, tidak peduli dari mana asalnya, yang berada di
tempat yang tidak pantas. Hal ini mungkin berlaku untuk koran yang tertiup
keluar dari tempat sampah dan bungkus permen yang terjatuh ke tanah. Di sini
yang membedakan adalah antara membuang sampah sembarangan (tindakan) dan
membuang sampah sembarangan (objek) (Schultz et al, 2013). Intensitas sampah
yang terus meningkat bersamaan dengan pertumbuhan penduduk adalah yang harus
dipecahkan. Maka dari itu, pengelolaan sampah harus di jalankan dengan tepat
hal ini sejalan dengan Peraturan Perundang-undangan No. 18 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sampah (UUPS). UUPS tersebut berisi pengelolaan sampah dengan cara
pengurangan sampah dan penanganan sampah. Pengurangan sampah (reduce)
dapat dilakukan dengan cara pembatasan timbulan sampah, pendauran ulang sampah
(recycling), dan pemanfaatan kembali sampah (reuse). Sedangan
penanganan sampah dapat dilakukan dengan pemilahan, pengumpulan pengangkutan,
pengolahan, dan pemrosesan akhir sampah. Dalam Konteks pengelolahan sampah
berdasarkan konsep 3R hubungan antara presepsi dan prilaku individu sangat
relevan
Reduce (Mengurangi):
Persepsi individu tentang sejauh mana mereka merasa terlibat dalam masalah
sampah dan dampaknya bisa memengaruhi perilaku mereka dalam mengurangi sampah.
Jika seseorang memiliki persepsi yang kuat tentang betapa pentingnya mengurangi
sampah dengan menghindari pemborosan atau penggunaan berlebihan, mereka
cenderung mengurangi konsumsi dan menciptakan lebih sedikit sampah.
Reuse (Menggunakan
Ulang): Persepsi tentang nilai ulang barang-barang yang sudah tidak
terpakai dapat mendorong perilaku penggunaan kembali. Jika seseorang percaya
bahwa menggunakembali barang yang masih bisa digunakan adalah cara yang baik
untuk mengurangi sampah, mereka lebih mungkin untuk melakukannya.
Recycle (Mendaur Ulang):
Persepsi individu tentang manfaat mendaur ulang dapat memengaruhi apakah mereka
akan mendukung dan berpartisipasi dalam program daur ulang. Jika seseorang
memahami manfaat lingkungan dari mendaur ulang dan memiliki persepsi positif
tentang program-program daur ulang, mereka akan lebih cenderung untuk mengikuti
praktik ini
Dalam kajian lingkungan hidup, persepsi adalah suatu proses di mana
individu mengatur dan menafsirkan kesan sensoriknya untuk memberi makna pada
lingkungannya. Dengan adanya kesadaran maka akan terbentuk suatu sikap, yaitu
kecenderungan yang stabil untuk bertindak dengan cara tertentu dalam situasi
tertentu (Robbins dalam Wangke, 2010). Penelitian terhadap persepsi masyarakat
menjadi penting karena dengan mengetahui persepsi tersebut akan membantu
mencegah bahkan mengatasi dampak lingkungan. Terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi persepsi, salah satunya adalah lingkungan. Penelitian yang
dilakukan oleh Tehan et al. disimpulkan bahwa lingkungan mempengaruhi persepsi
dan menghasilkan perilaku. Masyarakat cenderung membuang sampah sembarangan
jika ada sampah disekitarnya. Oleh karena itu, kehadiran sampah dapat berperan
baik isyarat lingkungan (menunjukkan kebersihan suatu tempat) dan isyarat
sosial (menyiratkan tingkat penerimaan sosial terhadap membuang sampah
sembarangan di lokasi). Maka dari itu perlunya penguatan dan fasilitasi
masyarakat melalui sosialisasi dan penembangan program 3R (reuse, reduce, dan
recycling) guna meningkatkan persepsi masyarakat terhadap pengolahan
sampah.
Untuk melakukan perubahan, tidak hanya faktor penentu kognitif
individu tetapi variabel-variabel yang berhubungan dengan sosial dan alam, atau
lingkungan juga harus dipertimbangkan (Zhang et al, 2022). Hal ini sangat
relevan dengan adanya penutupan TPA Piyungan diharapkan masyarakat khususnya
kota Yogyakarta untuk menerapkan 3R Behavior. Dengan penutupan TPA itu
sendiri seharusnya masyarakat lebih aware akan lingkungan sekitarnya
Pemerintah dapat mendidik dan menanamkan pola pikir masyarakat tentang perilaku
3R dalam pengelolaan sampah melalui media social seperti Facebook, Twitter,
Instagram, dan sebagainya. Sebagai individu, banyak hal dapat dilakukan untuk
mengurangi atau mengantisipasi membludaknya sampah. Usaha lain pemerintah
dengan pelatihan kepada masyarakat tentang pengomposan dan daur ulang sampah
lebih ditingkatkan agar persepsi masyarakat terhadap penyediaan sarana dan
prasarana penunjang program adalah positif. Sehingga sebagian besar masyarakat
memiliki persepsi positif terhadap program pengelolaan sampah secara 3R.
Daftar
Pustaka
Geller, E.S., Brasted,
W.W. and Mann, M. (1980) Waste Receptacle Designs and Interventions for Litter
Control. Journal of Environmental Systems, 9, 145-160.
http://dx.doi.org/10.2190/5P46-8H2N-41JR-C2EJ
Schultz, P, W., Bator,
R. T., Large, L. B., Bruni, C.M and Tabanico, J. J. (2013). Littering in
Context: Personal and Environmental Predictors of Littering Behavior. Vol. 45,
Issue 1. https://doi.org/10.1177/0013916511412179
Tehan,
R., Jackson, L., Jeffers, H., and Burns, T. (2017). Beacons of litter: A social
experiment to understand how the presence of certain littered items influences
rates of littering. Journal of Litter and Environmental Quality. Vol. 1, No. 1.
Wangke,
W. (2010). Persepsi Masyarakat Terhadap Kegiatan Pengembangan Lapangan UAP Dan
PLTP Unit 5 Dan 6 PT Pertamina Geothermal Energy. Jurnal Agri-Sosioekonomi.
Vol. 6, No. 3:39-44.
Zhang,
A., Pang, B., Kim, J., Nguyen, T. M., and Nham, P.T. (2022). An explorative
study of psychological and social factors impacting littering behavior in
Vietnam. doi: 10.3389/fpsyg.2022.1025062
0 komentar:
Posting Komentar