Kamis, 02 November 2023

Essay UTS. Psikologi Lingkungan. Thoriq Safrizal. 22310410084. SP


MEMBUAT KOMPOS DARI SAMPAH DAPUR: MENGGUNAKAN GALON TANPA EM4

Essay Demi Memenuhi Ujian Tengah Semester

Psikologi Lingkungan

Thoriq Safrizal

22310410084

Dosen Pengampu: Dr., Dra. Arundati Shinta, MA.

Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

Kompos merupakan salah satu jenis pupuk organik yang sudah ada sejak lama. Pengertian kompos adalah bahan-bahan organik yang sudah mengalami proses pelapukan karena terjadi interaksi antara mikroorganisme atau bakteri pembusuk yang bekerja di dalam bahan organik tersebut.

Bahan organik yang dimaksud pada pengertian kompos adalah rumput, jerami, sisa ranting dan dahan, kotoran hewan, bunga yang rontok, air kencing hewan ternak, serta bahan organik lainnya. Semua bahan organik tersebut akan mengalami pelapukan yang diakibatkan oleh mikroorganisme yang tumbuh subur pada lingkungan lembap dan basah.

Pada dasarnya, proses pelapukan ini merupakan proses alamiah yang biasa terjadi di alam.  Namun, proses pelapukan secara alami ini berlangsung dalam jangka waktu yang sangat lama, bahkan bisa mencapai puluhan tahun. Untuk mempersingkat proses pelapukan, diperlukan adanya bantuan dari manusia. Jika proses pengomposan dilakukan dengan benar, proses hanya berlangsung selama 1—3 bulan saja, tidak sampai bertahun-tahun.

Penggunaan kompos sangat baik untuk tanah dan tanaman. Kompos dapat menyediakan unsur hara mikro bagi tanaman. Penggunaannya bisa sekaligus menggemburkan tanah yang tandus, meningkatkan porositas, aerasi, dan komposisi mikroorganisme di dalam tanah.

Kompos juga berguna untuk meningkatkan daya ikat tanah terhadap air sehingga dapat menyimpan air tanah lebih lama. Ketersediaan air di dalam tanah dapat mencegah lapisan kering pada tanah. Penggunaan kompos bermanfaat untuk menjaga kesehatan akar serta membuat akar tanaman mudah tumbuh.

Kandungan hara pada kompos memang terbilang lebih sedikit dibandingkan pupuk anorganik. Oleh karena itu, penggunaannya harus dilakukan dengan volume yang sangat banyak untuk memenuhi kebutuhan hara tanaman. Namun, dilihat dari keuntungan yang bisa diberikan kompos untuk tanah dan tanaman, rasanya tidak rugi harus menggunakannya meskipun harus dalam volume yang besar.

Keuntungan yang diberikan kompos tidak hanya untuk saat ini, tetapi untuk jangka panjang hingga berpuluh-puluh tahun kemudian. Saat ini sudah banyak masyarakat yang mulai beralih untuk menggunakan pupuk organik, salah satunya adalah kompos. Karena menggunakan bahan organik yang sudah dianggap sampah, harga pupuk kompos pun relatif murah.

Membuat Kompos dari Sampah Dapur Menggunakan Galon Tanpa EM4

Kompos merupakan salah satu cara yang ramah lingkungan untuk mengurangi jumlah sampah dapur dan menciptakan pupuk organik yang berguna untuk tanaman. Meskipun biasanya digunakan EM4 (Effective Microorganisms 4), kita juga bisa membuat kompos dengan cara sederhana menggunakan galon. Dalam essay ini, kita akan membahas langkah-langkahnya.

Langkah 1: Persiapan Alat dan Bahan

Untuk memulai, kita memerlukan beberapa alat dan bahan, termasuk:

1.     Galon plastik yang bersih dan berukuran cukup besar.

2.     Sampah dapur, seperti sisa sayur, buah, sisa makanan, daun teh, dll.

3.     Serpihan kecil ranting atau kayu kecil.

4.     Lumpur atau tanah dari kebun (sebaiknya organik).

5.     Air.

Langkah 2: Pengumpulan Sampah Dapur

Mulailah dengan mengumpulkan sampah dapur sehari-hari, seperti sisa sayuran, kulit buah, dan sisa makanan yang tidak terkontaminasi plastik atau bahan berbahaya lainnya. Jangan termasuk daging atau produk susu, karena mereka cenderung membusuk dengan lambat dan dapat menimbulkan bau.

Langkah 3: Persiapan Galon

Buatlah beberapa lubang kecil pada bagian bawah galon untuk memungkinkan drainase. Ini akan mencegah tergenangnya air dalam kompos.

Langkah 4: Pembuatan Lapisan

Buat lapisan pertama di dalam galon dengan meletakkan serpihan kayu atau ranting di bagian bawah untuk meningkatkan sirkulasi udara. Kemudian, tambahkan lapisan sampah dapur di atasnya.

Langkah 5: Penyusunan Lapisan

Selanjutnya, susun lapisan sampah dapur secara bergantian dengan lapisan tanah atau lumpur organik. Ini membantu menciptakan keseimbangan karbon (dari sampah) dan nitrogen (dari tanah) yang dibutuhkan untuk dekomposisi.

Langkah 6: Penyiraman dan Pemeliharaan

Pastikan kompos tetap lembab, tetapi tidak terlalu basah. Ini dapat dicapai dengan menyiram sedikit air jika diperlukan. Selain itu, se afit agar kompos terkena sinar matahari sebagian waktu.

Langkah 7: Tunggu dan Pantau

Biarkan kompos dalam galon tersebut selama beberapa bulan. Anda perlu membalik dan memantau kompos secara berkala untuk memastikan dekomposisi berlangsung dengan baik. Kompos akan siap digunakan ketika berubah menjadi bahan berwarna coklat gelap yang berbau seperti tanah humus.

Kesimpulan

Membuat kompos dari sampah dapur menggunakan galon tanpa EM4 adalah cara yang sederhana dan efektif untuk mendaur ulang sampah organik. Ini tidak hanya membantu mengurangi limbah dapur, tetapi juga menghasilkan pupuk organik berkualitas tinggi yang dapat digunakan untuk meningkatkan kesuburan tanah dan mendukung pertumbuhan tanaman. Dengan sedikit usaha, kita dapat berkontribusi pada upaya pelestarian lingkungan dan memanfaatkan sumber daya alam secara berkelanjutan.

Daftar Pustaka

https://www.youtube.com/watch?v=_hAv9wrPAvc&pp=ygUXdmlkaW8gZWtzcGVyaW1lbiBrb21wb3M%3D


Jumlah sampah yang tidak terkelola secara ramah lingkungan di Yogyakarta sekarang ini menjadi persoalan besar dan merembet ke persoalan-persoalan lainnya. Misalnya, sektor pariwisata yang selama ini menjadi andalan Yogyakarta, akan terancam. Turis-turis akan enggan ke Yogyakarta. Sektor kesehatan juga terancam, banyak penduduk yang terserang ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Atas), karena pembakaran sampah yang masif. Sektor-sektor lainnya juga terimbas. Pada tahun 2024, TPA Piyungan akan ditutup secara resmi, dan Pemda Kabupaten juga kebingungan menenangkan masyarakat. Persoalan-persoalan di atas muncul karena faktor persepsi orang terhadap sampah. Anda sebagai calon sarjana Psikologi dari UP45 tentu bisa menjelaskan tentang:

Apa hubungan antara persepsi dengan perilaku orang-orang yang berkenaan dengan sampah?

Syarat pengerjaan soal ujian, hendaknya menggunakan 3R behaviors (perilaku yang sangat terkenal dalam bidang sampah) dan juga tulisan dosen berjudul: Persepsi Terhadap Lingkungan.

Jawaban :

Persepsi berperan penting dalam membentuk perilaku orang-orang terkait dengan sampah. Persepsi adalah cara individu melihat, memahami, dan memahami dunia di sekitarnya. Dalam konteks manajemen sampah, persepsi individu terhadap sampah dan lingkungan akan mempengaruhi perilaku mereka terkait dengan pengelolaan sampah. Berikut adalah beberapa hubungan antara persepsi dan perilaku terkait sampah:

Kesadaran terhadap Masalah Lingkungan: Persepsi individu tentang masalah lingkungan, termasuk masalah sampah, akan mempengaruhi tingkat kesadaran mereka terhadap pentingnya mengelola sampah dengan baik. Jika seseorang percaya bahwa masalah sampah adalah masalah serius yang mempengaruhi kualitas lingkungan, mereka lebih cenderung mengambil tindakan yang ramah lingkungan, seperti mengurangi, mendaur ulang, dan mengelola sampah dengan benar.

Pengetahuan tentang Dampak Sampah: Persepsi individu tentang dampak negatif sampah terhadap lingkungan dan kesehatan manusia akan mempengaruhi perilaku mereka. Jika seseorang memiliki pengetahuan yang kuat tentang dampak sampah, seperti polusi udara dan udara, penyebaran penyakit, dan kerusakan lingkungan, mereka lebih mungkin untuk melakukan perilaku yang mendukung pengelolaan sampah yang baik.

Norma Sosial: Persepsi tentang norma sosial juga dapat mempengaruhi perilaku terkait sampah. Jika seseorang percaya bahwa norma sosial mendukung tindakan seperti pengurangan sampah dan daur ulang, mereka lebih cenderung mengikuti norma tersebut untuk memenuhi ekspektasi sosial.

Motivasi dan Sikap: Persepsi individu tentang manfaat pribadi dan kepuasan dari perilaku pengelolaan sampah yang baik akan mempengaruhi motivasi mereka untuk mengadopsi perilaku tersebut. Jika seseorang percaya bahwa tindakan 3R (Reduce, Reuse, Recycle) akan menguntungkan diri mereka sendiri dan lingkungan, mereka lebih cenderung untuk menerapkan perilaku tersebut.

Aksesibilitas dan Kemudahan: Persepsi tentang ketersediaan fasilitas dan infrastruktur yang mendukung pengelolaan sampah, seperti tempat sampah, fasilitas daur ulang, dan sistem transportasi sampah, juga akan mempengaruhi perilaku. Jika seseorang merasa bahwa fasilitas tersebut mudah diakses, mereka akan lebih mungkin menggunakannya.

Dalam konteks penelitian dan upaya perubahan perilaku terkait sampah, penting untuk memahami bagaimana persepsi individu mempengaruhi tindakan mereka. Dalam tulisan dosen berjudul “Persepsi Terhadap Lingkungan,” mungkin Anda akan menemukan wawasan yang lebih mendalam tentang bagaimana persepsi lingkungan mempengaruhi perilaku individu dan bagaimana hal ini dapat diterapkan dalam konteks pengelolaan sampah. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang hubungan antara persepsi dan perilaku terkait sampah, kita dapat mengembangkan strategi yang lebih efektif untuk mengatasi masalah sampah di Yogyakarta dan wilayah lainnya.

Related Posts:

0 komentar:

Posting Komentar