MEMBUAT KOMPOS DARI SAMPAH DAPUR: MENGGUNAKAN GALON TANPA
EM4
Essay Demi Memenuhi Ujian Tengah Semester
Psikologi Lingkungan
Thoriq Safrizal
22310410084
Dosen Pengampu: Dr., Dra. Arundati Shinta, MA.
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Kompos
merupakan salah satu jenis pupuk organik yang sudah ada sejak lama. Pengertian
kompos adalah bahan-bahan organik yang sudah mengalami proses pelapukan karena
terjadi interaksi antara mikroorganisme atau bakteri pembusuk yang bekerja di
dalam bahan organik tersebut.
Bahan
organik yang dimaksud pada pengertian kompos adalah rumput, jerami, sisa
ranting dan dahan, kotoran hewan, bunga yang rontok, air kencing hewan ternak,
serta bahan organik lainnya. Semua bahan organik tersebut akan mengalami
pelapukan yang diakibatkan oleh mikroorganisme yang tumbuh subur pada
lingkungan lembap dan basah.
Pada
dasarnya, proses pelapukan ini merupakan proses alamiah yang biasa terjadi di
alam. Namun, proses pelapukan secara
alami ini berlangsung dalam jangka waktu yang sangat lama, bahkan bisa mencapai
puluhan tahun. Untuk mempersingkat proses pelapukan, diperlukan adanya bantuan
dari manusia. Jika proses pengomposan dilakukan dengan benar, proses hanya
berlangsung selama 1—3 bulan saja, tidak sampai bertahun-tahun.
Penggunaan
kompos sangat baik untuk tanah dan tanaman. Kompos dapat menyediakan unsur hara
mikro bagi tanaman. Penggunaannya bisa sekaligus menggemburkan tanah yang
tandus, meningkatkan porositas, aerasi, dan komposisi mikroorganisme di dalam
tanah.
Kompos
juga berguna untuk meningkatkan daya ikat tanah terhadap air sehingga dapat
menyimpan air tanah lebih lama. Ketersediaan air di dalam tanah dapat mencegah
lapisan kering pada tanah. Penggunaan kompos bermanfaat untuk menjaga kesehatan
akar serta membuat akar tanaman mudah tumbuh.
Kandungan
hara pada kompos memang terbilang lebih sedikit dibandingkan pupuk anorganik.
Oleh karena itu, penggunaannya harus dilakukan dengan volume yang sangat banyak
untuk memenuhi kebutuhan hara tanaman. Namun, dilihat dari keuntungan yang bisa
diberikan kompos untuk tanah dan tanaman, rasanya tidak rugi harus
menggunakannya meskipun harus dalam volume yang besar.
Keuntungan
yang diberikan kompos tidak hanya untuk saat ini, tetapi untuk jangka panjang
hingga berpuluh-puluh tahun kemudian. Saat ini sudah banyak masyarakat yang
mulai beralih untuk menggunakan pupuk organik, salah satunya adalah kompos.
Karena menggunakan bahan organik yang sudah dianggap sampah, harga pupuk kompos
pun relatif murah.
Membuat Kompos dari Sampah Dapur Menggunakan Galon
Tanpa EM4
Kompos
merupakan salah satu cara yang ramah lingkungan untuk mengurangi jumlah sampah
dapur dan menciptakan pupuk organik yang berguna untuk tanaman. Meskipun
biasanya digunakan EM4 (Effective Microorganisms 4), kita juga bisa membuat
kompos dengan cara sederhana menggunakan galon. Dalam essay ini, kita akan
membahas langkah-langkahnya.
Langkah 1: Persiapan Alat dan Bahan
Untuk
memulai, kita memerlukan beberapa alat dan bahan, termasuk:
1.
Galon plastik yang bersih
dan berukuran cukup besar.
2.
Sampah dapur, seperti sisa
sayur, buah, sisa makanan, daun teh, dll.
3.
Serpihan kecil ranting atau
kayu kecil.
4.
Lumpur atau tanah dari kebun
(sebaiknya organik).
5.
Air.
Langkah 2: Pengumpulan Sampah Dapur
Mulailah
dengan mengumpulkan sampah dapur sehari-hari, seperti sisa sayuran, kulit buah,
dan sisa makanan yang tidak terkontaminasi plastik atau bahan berbahaya
lainnya. Jangan termasuk daging atau produk susu, karena mereka cenderung
membusuk dengan lambat dan dapat menimbulkan bau.
Langkah 3: Persiapan Galon
Buatlah
beberapa lubang kecil pada bagian bawah galon untuk memungkinkan drainase. Ini
akan mencegah tergenangnya air dalam kompos.
Langkah 4: Pembuatan Lapisan
Buat
lapisan pertama di dalam galon dengan meletakkan serpihan kayu atau ranting di
bagian bawah untuk meningkatkan sirkulasi udara. Kemudian, tambahkan lapisan
sampah dapur di atasnya.
Langkah 5: Penyusunan Lapisan
Selanjutnya,
susun lapisan sampah dapur secara bergantian dengan lapisan tanah atau lumpur
organik. Ini membantu menciptakan keseimbangan karbon (dari sampah) dan
nitrogen (dari tanah) yang dibutuhkan untuk dekomposisi.
Langkah 6: Penyiraman dan Pemeliharaan
Pastikan
kompos tetap lembab, tetapi tidak terlalu basah. Ini dapat dicapai dengan
menyiram sedikit air jika diperlukan. Selain itu, se afit agar kompos terkena
sinar matahari sebagian waktu.
Langkah 7: Tunggu dan Pantau
Biarkan
kompos dalam galon tersebut selama beberapa bulan. Anda perlu membalik dan
memantau kompos secara berkala untuk memastikan dekomposisi berlangsung dengan
baik. Kompos akan siap digunakan ketika berubah menjadi bahan berwarna coklat
gelap yang berbau seperti tanah humus.
Kesimpulan
Membuat kompos dari sampah dapur menggunakan galon tanpa EM4 adalah cara yang sederhana dan efektif untuk mendaur ulang sampah organik. Ini tidak hanya membantu mengurangi limbah dapur, tetapi juga menghasilkan pupuk organik berkualitas tinggi yang dapat digunakan untuk meningkatkan kesuburan tanah dan mendukung pertumbuhan tanaman. Dengan sedikit usaha, kita dapat berkontribusi pada upaya pelestarian lingkungan dan memanfaatkan sumber daya alam secara berkelanjutan.
Daftar Pustaka
https://www.youtube.com/watch?v=_hAv9wrPAvc&pp=ygUXdmlkaW8gZWtzcGVyaW1lbiBrb21wb3M%3D
Jumlah sampah
yang tidak terkelola secara ramah lingkungan di Yogyakarta sekarang ini menjadi
persoalan besar dan merembet ke persoalan-persoalan lainnya. Misalnya, sektor
pariwisata yang selama ini menjadi andalan Yogyakarta, akan terancam.
Turis-turis akan enggan ke Yogyakarta. Sektor kesehatan juga terancam, banyak
penduduk yang terserang ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Atas), karena
pembakaran sampah yang masif. Sektor-sektor lainnya juga terimbas. Pada tahun
2024, TPA Piyungan akan ditutup secara resmi, dan Pemda Kabupaten juga
kebingungan menenangkan masyarakat. Persoalan-persoalan di atas muncul karena
faktor persepsi orang terhadap sampah. Anda sebagai calon sarjana Psikologi
dari UP45 tentu bisa menjelaskan tentang:
Apa hubungan antara persepsi dengan
perilaku orang-orang yang berkenaan dengan sampah?
Syarat
pengerjaan soal ujian, hendaknya menggunakan 3R behaviors (perilaku yang sangat
terkenal dalam bidang sampah) dan juga tulisan dosen berjudul: Persepsi
Terhadap Lingkungan.
Jawaban :
Persepsi berperan penting dalam membentuk perilaku orang-orang terkait
dengan sampah. Persepsi adalah cara individu melihat, memahami, dan memahami
dunia di sekitarnya. Dalam konteks manajemen sampah, persepsi individu terhadap
sampah dan lingkungan akan mempengaruhi perilaku mereka terkait dengan
pengelolaan sampah. Berikut adalah beberapa hubungan antara persepsi dan
perilaku terkait sampah:
Kesadaran terhadap Masalah Lingkungan: Persepsi individu tentang masalah
lingkungan, termasuk masalah sampah, akan mempengaruhi tingkat kesadaran mereka
terhadap pentingnya mengelola sampah dengan baik. Jika seseorang percaya bahwa
masalah sampah adalah masalah serius yang mempengaruhi kualitas lingkungan,
mereka lebih cenderung mengambil tindakan yang ramah lingkungan, seperti
mengurangi, mendaur ulang, dan mengelola sampah dengan benar.
Pengetahuan tentang Dampak Sampah: Persepsi individu tentang dampak
negatif sampah terhadap lingkungan dan kesehatan manusia akan mempengaruhi
perilaku mereka. Jika seseorang memiliki pengetahuan yang kuat tentang dampak
sampah, seperti polusi udara dan udara, penyebaran penyakit, dan kerusakan
lingkungan, mereka lebih mungkin untuk melakukan perilaku yang mendukung
pengelolaan sampah yang baik.
Norma Sosial: Persepsi tentang norma sosial juga dapat mempengaruhi
perilaku terkait sampah. Jika seseorang percaya bahwa norma sosial mendukung
tindakan seperti pengurangan sampah dan daur ulang, mereka lebih cenderung
mengikuti norma tersebut untuk memenuhi ekspektasi sosial.
Motivasi dan Sikap: Persepsi individu tentang manfaat pribadi dan
kepuasan dari perilaku pengelolaan sampah yang baik akan mempengaruhi motivasi
mereka untuk mengadopsi perilaku tersebut. Jika seseorang percaya bahwa
tindakan 3R (Reduce, Reuse, Recycle) akan menguntungkan diri mereka sendiri dan
lingkungan, mereka lebih cenderung untuk menerapkan perilaku tersebut.
Aksesibilitas dan Kemudahan: Persepsi tentang ketersediaan fasilitas dan
infrastruktur yang mendukung pengelolaan sampah, seperti tempat sampah,
fasilitas daur ulang, dan sistem transportasi sampah, juga akan mempengaruhi
perilaku. Jika seseorang merasa bahwa fasilitas tersebut mudah diakses, mereka
akan lebih mungkin menggunakannya.
Dalam konteks penelitian dan upaya perubahan perilaku terkait sampah, penting untuk memahami bagaimana persepsi individu mempengaruhi tindakan mereka. Dalam tulisan dosen berjudul “Persepsi Terhadap Lingkungan,” mungkin Anda akan menemukan wawasan yang lebih mendalam tentang bagaimana persepsi lingkungan mempengaruhi perilaku individu dan bagaimana hal ini dapat diterapkan dalam konteks pengelolaan sampah. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang hubungan antara persepsi dan perilaku terkait sampah, kita dapat mengembangkan strategi yang lebih efektif untuk mengatasi masalah sampah di Yogyakarta dan wilayah lainnya.
0 komentar:
Posting Komentar