Persepsi Tentang Sampah Akan Mempengaruhi Perilaku Terhadap Sampah
Juliani Mariati Larosa
22310410072
Program Studi Psikologi
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi
45 Yogyakarta
Persepsi adalah cara individu melihat dan menginterpretasikan dunia di sekitar mereka. Persepsi individu dapat mempengaruhi perilaku, termasuk dalam hal penanganan dan perilaku terkait sampah. Sebagai contoh, persepsi dapat mempengaruhi perilaku orang-orang terkait sampah dan perilaku 3R (Reduce, Reuse, Recycle), karena persepsi individu tentang sampah dapat mempengaruhi tingkat kesadaran dan motivasi mereka untuk melakukan tindakan yang berkelanjutan terkait sampah. Persepsi yang rendah atau kurang peduli Terhadap isu sampah dapat mengarahkan individu untuk mengabaikan praktik yang berkelanjutan seperti 3R. Seseorang yang memiliki persepsi negatif terhadap sampah mungkin memandang sampah sebagai sesuatu yang tidak penting atau tidak berarti sehingga tidak peduli dengan tindakan yang dapat dilakukan untuk mengurangi sampah sementara itu, seseorang yang memiliki persepsi positif tentang sampah dan lingkungan dapat lebih cenderung untuk mengambil tindakan yang berkelanjutan seperti 3R. Perilaku yang berkenaan dengan sampah seperti daur ulang, pengurangan penggunaan plastik, pemilihan sampah, dan pengolahan limbah dapat menjadi lebih umum jika persepsi kita terhadap sampah positif.
Salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi tersebut adalah keterlibatan dalam edukasi yang mendorong kesadaran akan dampak negatif sampah terhadap lingkungan. Dengan meningkatkan pemahaman tentang kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh sampah, individu dapat mengembangkan persepsi yang lebih peduli dan bertanggung jawab terhadap masalah sampah. Program pendidikan di kampanye penyuluhan tentang pentingnya mengelola sampah dengan benar dan konsekuensi dari perilaku yang tidak bertanggung jawab dapat memberikan dampak signifikan dalam mengubah persepsi terhadap sampah.
Pengaruh Persepsi Terhadap Perilaku
Persepsi yang kuat terhadap masalah sampah meningkatkan kesadaran masyarakat yang ada di Yogyakarta tentang pentingnya bertindak dengan bijaksana dalam mengelola sampah mereka sendiri. Keberlanjutan lingkungan menjadi perhatian utama dan individu merasa lebih terdorong untuk mengambil tindakan positif. Sebaliknya dengan persepsi yang negatif terhadap sampah, individu mungkin menjadi kurang termotivasi untuk melakukan tindakan yang bertanggung jawab terhadap sampah. Oleh karena itu, penting untuk mendorong persepsi yang positif terhadap sampah dan mengubah persepsi negatif menjadi sikap yang lebih berkelanjutan. Melalui upaya kolaboratif yang melibatkan pemerintah, lembaga pendidikan, organisasi lingkungan, dan masyarakat, kita dapat menciptakan lingkungan yang mendukung agar persepsi positif tentang sampah menjadi budaya yang diadopsi oleh semua orang.
Hubungan Antara Persepsi dan Perilaku Terkait Sampah
1. Kesadaran: persepsi individu terhadap masalah sampah secara langsung mempengaruhi tingkat kesadaran mereka terhadap pentingnya penanganan sampah yang baik. Apabila individu atau masyarakat yang berada di Yogyakarta tidak menganggap sampah sebagai masalah yang serius, maka Mereka cenderung tidak peduli atau tidak memperhatikan cara membuang sampah dengan benar. Kesadaran terkait sampah dapat memotivasi seseorang untuk mengambil langkah-langkah dalam mengurangi, memilah, dan membuang sampah dengan cara yang bertanggung jawab.
2. Sikap: persepsi seseorang terhadap sampah juga akan mempengaruhi sikap mereka terhadap sampah tersebut. Jika seseorang memiliki sikap negatif terhadap sampah, mereka mungkin akan cenderung menghindari pembuangan sampah sembarangan dan berupaya untuk hidup secara berkelanjutan dengan mengurangi penggunaan produk sekali pakai. Sikap yang positif terhadap sampah dapat mendorong perilaku yang lebih bertanggung jawab dalam penanganannya.
3. Normal sosial: persepsi individu tentang norma sosial juga memiliki pengaruh dalam perilaku terkait dengan sampah. Jika masyarakat secara luas memandang buang sampah sembarangan sebagai perilaku yang tidak diterima, individu cenderung akan mengikuti norma tersebut dan mengambil langkah-langkah untuk membuang sampah dengan benar. Sebaliknya, jika norma sosial di lingkungan tertentu mengabaikan atau memberikan toleransi terhadap buang sampah sembarangan, individu cenderung akan mengikuti perilaku tersebut.
4. Pengetahuan dan pendidikan: persepsi yang didasarkan pada pengetahuan dan pendidikan tentang masalah sampah akan mempengaruhi perilaku individu. Jika seseorang memiliki pemahaman yang baik tentang dampak negatif pembuangan sampah sembarangan, Mereka cenderung akan menghindari perilaku tersebut. Pengetahuan tentang cara yang benar dalam membuang sampah, teknik daur ulang, dan teknik mengelola sampah yang berkelanjutan akan membantu individu memilih perilaku yang sesuai.
Permasalahan yang terjadi dengan hubungan antara persepsi dan perilaku orang-orang terkait dengan sampah:
1. Persepsi yang kurang tentang masalah sampah: banyak orang mungkin tidak menyadari atau menganggap remeh masalah sampah. Mereka mungkin tidak memahami dan menyadari dampak negatif atau konsekuensi lingkungan yang diakibatkan oleh perilaku tidak bertanggung jawab terhadap sampah, seperti pencemaran lingkungan, kerusakan ekosistem, dan ancaman terhadap kesehatan masyarakat.
2. Persepsi yang salah tentang tanggung jawab pribadi: beberapa orang mungkin menganggap bahwa pengelolaan sampah adalah tanggung jawab pemerintah atau lembaga lainnya, Dan bukan tanggung jawab individu secara pribadi. Persepsi ini dapat menyebabkan keengganan untuk berpartisipasi dalam praktik pengelolaan sampah yang baik seperti pemilihan dan daur ulang.
3. Kurangnya pemahaman tentang solusi berkelanjutan: beberapa orang mungkin tidak mengetahui atau tidak memahami solusi berkelanjutan yang dapat diadopsi dalam pengelolaan sampah, seperti 3R (reduce) mengurangi, (reuse) menggunakan ulang, dan (recycle) mendaur ulang adalah prinsip-prinsip penting dalam pengelolaan sampah. Namun banyak individu mungkin tidak memiliki pemahaman yang cukup tentang pentingnya penerapan prinsip-prinsip ini dalam praktek sehari-hari. Kurangnya pengetahuan ini dapat menyebabkan ketidakmampuan atau keengganan untuk mengubah perilaku terkait sampah.
4. Persepsi sosial atau budaya yang mempengaruhi perilaku: beberapa kelompok atau komunitas mungkin memiliki persepsi sosial atau budaya tertentu yang mempengaruhi perilaku mereka terhadap sampah. Misalnya, jika suatu komunitas memiliki norma yang mengabaikan pentingnya pengelolaan sampah, maka anggota komunitas tersebut mungkin cenderung mengikuti perilaku tersebut. Mereka mungkin menganggap pembuangan sampah sembarangan atau pembuangan illegal sebagai tindakan yang biasa aja atau tidak berbahaya. Mereka mungkin merasa tidak ada konsekuensi signifikan yang akan mereka hadapi. Pandangan ini dapat menyebabkan peningkatan perilaku yang tidak bertanggung jawab terhadap sampah.
Untuk Mengatasi Permasalahan Ini Diperlukan Upaya Untuk Mengubah Persepsi Orang Terkait Dengan Sampah:
1. Pendidikan dan kesadaran masyarakat: promosi dan pendidikan tentang efek buruk sampah terhadap lingkungan dan kesehatan harus ditingkatkan. Informasi yang tepat dan akurat tentang manfaat pengelolaan sampah yang baik harus disebarkan kepada masyarakat. Dengan upaya ini akan meningkatkan pemahaman masyarakat tentang dampak negatif dari perilaku sampah yang tidak bertanggung jawab dan pentingnya prinsip-prinsip 3R. Pendidikan lingkungan yang melibatkan masyarakat dalam kampanye kesadaran dapat membantu meningkatkan persepsi dan pengetahuan masyarakat. Tempatnya yang menyoroti pentingnya tanggung jawab individu dalam pengelolaan sampah dapat membantu mengubah persepsi. Kampanye ini dapat dilakukan melalui media, forum komunitas, atau kegiatan yang melibatkan partisipasi aktif masyarakat.
2. Pembentukan norma sosial: mendorong adopsi dan penyebaran nama sosial yang menghargai pengelolaan sampah yang baik dapat membantu mengubah perilaku. Misalnya, dengan menciptakan budaya yang menghargai pemilahan sampah atau menggunakan bahan-bahan ramah lingkungan dengan prinsip 3R.
4. Kebijakan publik: pemerintah dan lembaga terkait harus mengimplementasikan dan menguatkan kebijakan yang mendorong praktik pengelolaan sampah yang baik. Hal ini dapat meliputi pengaturan dan penegakan peraturan terkait sampah dan insentif bagi individu serta komunitas yang berpartisipasi dalam praktik pengelolaan sampah yang positif. Pemerintah dan lembaga terkait juga harus berperan dalam menyediakan infrastruktur yang memadai untuk pengelolaan sampah. Dengan adanya fasilitas daur ulang yang mudah diakses dan tempat sementara sampah yang memadai, masyarakat akan lebih termotivasi untuk mempraktikkan perilaku yang bertanggung jawab terhadap sampah.
Kesimpulannya, dengan mengubah persepsi kita terhadap sampah dan mengadopsi perilaku yang berkelanjutan, kita dapat membantu menciptakan lingkungan yang bersih, sehat, dan lestari bagi generasi mendatang. Memahami hubungan antara persepsi dan perilaku terkait sampah adalah langkah awal yang penting dalam mencapai tujuan tersebut. Hubungan antara persepsi dan perilaku terkait sampah dapat mempengaruhi tindakan individu dan melakukan praktik 3R. Oleh karena itu, pemerintah dan masyarakat perlu bekerja sama dalam upaya meningkatkan persepsi positif tentang sampah dan memberikan kesadaran yang tepat kepada masyarakat untuk menerapkan praktik-praktik 3R yang berkelanjutan guna meningkatkan kualitas lingkungan dan kehidupan kita.
Daftar Pustaka
Jumarianta. (2017). Pengelolaan Sampah Rumah Tangga (Studi Penelitian di Desa Karang Intan Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar). As Siyasah. 2(2), November 2017, 118-125.
Manengkey, A. A. & Krisdawati, S. (2014). Persepsi Dan Perilaku Masyarakat Tentang Masalah Sampah Di Kota Manado (Studi Fenomenologi Masyarakat Tentang Pengelolaan Sampah). jurnal realitas . 1(1). Maret 2014.
Nurfaida, dkk. (2015). Penerapan Prinsip 3R (Reduce, Reuse Dan Recycle) Dalam Pengelolaan Sampah Melalui Pembuatan Pupuk Organik Cair Di Perumahan Kampung Lette Kota Makassar. Jurnal Dinamika Pengabdian . 1(1). Oktober 2015, 24-37.
0 komentar:
Posting Komentar