Kamis, 02 November 2023

UTS Psi . lingkungan : M. Ekky Wahyu Mumpuni - 22310420017/SP


UJIAN TENGAH SEMESTER 

PSIKOLOGI LINGKUNGAN 

 

M. Ekky Wahyu Mumpuni

22310420017


Dosen Pengampu : Dr. Dra. Arundati Shinta, M.A

 

Universitas Psikologi UP’45

Yogyakarta


Tantangan Pengelolaan dan Persepsi Masyarakat Terhadap Sampah di Berbagai Tempat di Indonesia


 

 

Persepsi masyarakat terhadap sampah di berbagai tempat di Indonesia masih memerlukan perhatian lebih mendalam mengenai pengelolaan sampah. Data menunjukkan bahwa sebagian besar industri penunjang pariwisata di berbagai wilayah tidak memiliki sarana pengelolaan sampah yang lengkap. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat di sektor pariwisata cenderung mengandalkan pemerintah daerah untuk mengurus masalah sampah mereka. Meskipun sebagian besar industri bersedia memberikan dana bagi pengangkutan sampah, namun kurangnya inisiatif dalam pengelolaan sampah secara mandiri menunjukkan adanya kebutuhan untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat terkait pentingnya pengelolaan sampah yang baik dan benar (Maharani, 2007).

 

Selain itu, terdapat kesenjangan antara pengetahuan dan tindakan masyarakat terhadap isu lingkungan, khususnya sampah. Meskipun sebagian besar industri penunjang pariwisata mengetahui definisi sampah, antusiasme dalam mengatasi masalah lingkungan, termasuk pengelolaan sampah, tidak terlalu tinggi. Dalam konteks ini, pendidikan lingkungan, seminar, pelatihan, atau lokakarya tentang pengelolaan sampah dan potensinya dapat menjadi langkah penting untuk memperbaiki persepsi dan tindakan masyarakat terhadap sampah. Dengan demikian, masyarakat dapat lebih sadar akan dampak buruk dari pengelolaan sampah yang tidak benar terhadap estetika, kesehatan, dan lingkungan, dan akan berkontribusi positif dalam mengurangi timbulan sampah dan merawat kebersihan serta keindahan wilayah mereka.

 




Gambar 1. penumpukan sampah di salah satu ruas jalan di Yogyakarta (Sumber : Antara News).

 

Penyebab utama sampah menumpuk di Tempat Pembuangan Sampah (TPS) di beberapa tempat mencakup beberapa faktor. Pertama, kurangnya pemilahan sampah oleh masyarakat menjadi masalah krusial. Meskipun ada pengetahuan mengenai pentingnya pemilahan, kenyataannya, hanya sebagian kecil masyarakat yang secara aktif memilah sampah sesuai dengan jenisnya di rumah. Ini mengakibatkan sampah yang belum dipilah masuk ke TPS, yang kemudian memperlambat proses pengelolaan lebih lanjut. Kedua, keterbatasan fasilitas dan tempat pembuangan sampah yang memadai juga berperan. Jika hanya sedikit tempat sampah yang tersedia, dan semua jenis sampah dicampur menjadi satu di tempat yang sama, maka TPS akan cepat penuh, dan sampah akan menumpuk di lokasi tersebut. Kombinasi kurangnya pemilahan oleh masyarakat dan keterbatasan fasilitas pengelolaan sampah menciptakan kendala serius dalam manajemen sampah perkotaan (Fadilah, 2020).




Gambar 2. Tumpukan sampah di salah satu depo pembuangan sampah di Yogyakarta (Sumber : suara.com).

 

Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan upaya yang lebih kuat dalam edukasi masyarakat tentang pentingnya pemilahan sampah dan pengelolaan yang baik seperti menerapkan prinsip 3R, reuse, reduce, recycle. Pemerintah dan instansi terkait perlu memberikan informasi yang lebih jelas dan program-program edukasi yang lebih intensif kepada masyarakat untuk mengubah perilaku mereka dalam pengelolaan sampah. Selain itu, penyediaan fasilitas yang memadai dan pemerataan tempat sampah di seluruh kota juga sangat penting untuk mendukung proses pengelolaan sampah yang efisien. Perubahan perilaku masyarakat dan peningkatan kesadaran mengenai masalah lingkungan adalah kunci dalam mengatasi permasalahan sampah yang menumpuk di TPS di kota-kota di Indonesia.


Tampaknya persepsi masyarakat terhadap sampah dipengaruhi oleh tempat tinggal mereka atau topografi daerah tersebut selain karena jenjang pendidikan. Terdapat perbedaan dalam jenis sampah yang dihasilkan di tiga lokasi penelitian yang dilakukan Asmara (2015) dengan topografi yang berbeda, yaitu topografi datar, topografi agak berombak, dan topografi berbukit. Misalnya, topografi datar dan agak bergelombang lebih didominasi oleh sampah plastik (anorganik), sementara topografi berbukit lebih didominasi oleh sampah dedaunan (organik).

 

Perbedaan ini kemungkinan besar dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti tingkat konsumsi masyarakat, jenis pekerjaan, dan kondisi lingkungan tempat tinggal mereka. Sebagai contoh, tingkat konsumsi yang lebih tinggi di daerah datar dan agak bergelombang mungkin menghasilkan lebih banyak sampah plastik. Selain itu, faktor seperti ketersediaan lahan untuk pertanian atau kebun di daerah berbukit dapat mempengaruhi jenis sampah yang dihasilkan. 

 

Persepsi masyarakat terhadap lingkungan hidup sangat kompleks dan bervariasi, dipengaruhi oleh sejumlah faktor termasuk budaya, status sosial ekonomi, usia, agama, dan lokasi tempat tinggal. Terdapat perbedaan dalam cara masyarakat memandang dan merespons stimulus lingkungan yang sama. Faktor ekonomi sering menjadi pendorong utama dalam mempengaruhi persepsi dan perilaku masyarakat terhadap lingkungan. 

 

Terkadang, kebutuhan ekonomi yang mendesak dapat mendorong individu untuk merusak lingkungan demi memenuhi kebutuhan sehari-hari. Persepsi juga dipengaruhi oleh faktor gender, dengan laki-laki dan perempuan cenderung memiliki persepsi yang berbeda dalam beberapa konteks. Budaya dan agama memainkan peran besar dalam membentuk persepsi masyarakat tentang pelestarian lingkungan. 

 

Edukasi dan kesadaran tentang pentingnya pelestarian lingkungan merupakan kunci untuk mengubah persepsi dan mendorong tindakan nyata dalam menjaga lingkungan hidup. Meskipun banyak yang menyadari pentingnya pelestarian, masih ada kesenjangan antara persepsi dan perilaku, dan tantangan dalam menggerakkan masyarakat untuk terlibat secara aktif dalam tindakan pelestarian lingkungan. Sebagai hasilnya, upaya pendidikan dan komunikasi yang efektif sangat penting untuk mempromosikan tindakan positif terhadap lingkungan (Shinta, 2023).


DAFTAR PUSTAKA

 

Asmara, B. H., & Kurniawan, A. (2015). Persepsi Masyarakat Terhadap Sampah Dan Pengelolaan Sampah Di Kabupaten Karanganyar (Kasus di Kecamatan Karanganyar dan Tawangmangu). Jurnal Bumi Indonesia(4).

 

Fadilah, A. M. (2020). Persepsi Generasi Milenial Terhadap Sistem pengelolaan Sampah Di Lingkungan Sekitar Tempat Tinggal. IndonesianJournal of Natural Science Education3(1), 305-313.

 

Maharani, S. E., Suarna, I. W., & Budiarsa Suyasa, I. W. (2007). Karakteristik sampah dan persepsi masyarakat terhadap pengelolaan sampah di Kecamatan Banyuwangi Kabupaten Banyuwangi Provinsi Jawa Timur. Ecotrophic2(1), 385626.

 

Shinta, Arundati. (2023). Persepsi terhadap Lingkungan. diakses pada tanggal 1 November 2023. http://kupasiana.psikologiup45.com/2013/04/persepsi-terhadap-lingkungan.html

 

 

 

 

 

Related Posts:

0 komentar:

Posting Komentar