Senin, 07 Oktober 2024

E2-WAWANCARA DISONANSI KOGNITIF: Wawancara Pekerja Angkut Sampah yang Perokok Berat

 

WAWANCARA PEKERJA ANGKUT SAMPAH YANG PEROKOK BERAT

 

PSIKOLOGI INOVASI

ESAI 2 WAWANCARA TENTANG DISONANSI KOGNITIF

 

Dosen Pengampu : Dr. Dra. Arundati Shinta, MA

 

Nama : Khanifatu Zahro

Nim : 21310410053

 

 

FAKULTAS PSIKOLOGI

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA

OKTOBER 2024

 


 

Identitas Subjek

Nama          : pak Shodik

Jabatan       : tungkat anggut sampah

Umur          : 43 tahun

 

Disonansi kognitif pada perokok terjadi karena ketidakselarasan antara pengetahuan tentang bahaya merokok dan perilaku merokok. Menurut Festinger (1957), disonansi ini bisa berasal dari inkonsistensi logika, pendapat umum, budaya, dan pengalaman masa lalu. Untuk mengurangi ketidaknyamanan ini, perokok sering merasionalisasi perilaku mereka atau membandingkan rokok dengan kebiasaan yang lebih buruk, seperti narkoba. Fenomena ini tampak jelas pada salah satu contoh percakapan dengan seorang petugas angkut sampah berumur 43 tahun yang merupakan perokok berat.

Ketika ditanya tentang kesadaran akan bahaya merokok, ia dengan tegas mengakui bahwa dirinya tahu betul risiko kesehatan yang ditimbulkan oleh rokok, seperti kanker, sesak napas, dan penyakit jantung. "Iya, Mbak. Saya tahu, katanya rokok itu bisa bikin kanker, sesak napas, penyakit jantung, segala macam lah, karena udah ada peringatannya dibungkus rokok" katanya. Meski memiliki pengetahuan tersebut, ia terus merokok karena merasa rokok memberikan manfaat psikologis, seperti rasa tenang dan pengurangan stres yang dirasakannya saat bekerja. "Rokok itu buat saya kayak teman kerja. Kalau lagi capek, stres, rokok itu yang bikin saya tenang. Sering kali saya dengar teman-teman bilang berhenti merokok itu penting. Tapi bagi saya, yang penting kerjaan selesai dulu, masalah kesehatan nanti dipikirin. Lagian, nggak ada dampaknya langsung ke saya, jadi ya, santai aja" jelasnya.

Disonansi kognitif yang dialaminya semakin tampak ketika ia mencoba merasionalisasi kebiasaan merokoknya dengan membandingkan dengan orang lain yang tidak merokok namun tetap menderita penyakit. "Saya pikir, toh banyak juga orang yang nggak ngerokok tapi sakit juga," tambahnya. Ini menunjukkan bahwa, meski menyadari bahaya merokok, narasumber menyepelekan dampak negatifnya dengan berfokus pada alasan-alasan yang memperkuat kebiasaannya.

Fenomena disonansi kognitif ini umum terjadi di kalangan perokok Indonesia, yang jumlahnya terus meningkat. Di Indonesia, fenomena merokok sangat memprihatinkan dengan konsumsi mencapai 215 miliar batang per tahun. Sekitar 60% penduduknya adalah perokok, menjadikan Indonesia peringkat ketiga tertinggi dunia. Merokok menyebabkan berbagai penyakit, terutama jika dimulai sejak usia muda. Indonesia menjadi salah satu negara dengan tingkat perokok tertinggi di dunia, yang sebagian besar terdiri dari laki-laki.

Meskipun risiko penyakit yang disebabkan oleh rokok sangat besar, banyak perokok terus merokok dengan alasan-alasan yang membenarkan tindakan mereka, seperti stres atau tekanan hidup. Hal ini menunjukkan bagaimana disonansi kognitif dapat mempengaruhi perilaku sehari-hari seseorang, termasuk dalam hal yang sangat berisiko seperti merokok. Melalui kasus ini, terlihat bahwa meskipun kampanye kesehatan dan informasi publik tentang bahaya merokok sudah meluas, masih ada tantangan besar dalam mengubah perilaku yang dipengaruhi oleh faktor psikologis, emosional, dan sosial.

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Nurmiyanto, A., & Rahmani, D. (2013). Sosialisasi bahaya rokok guna meningkatkan kesadaran masyarakat akan besarnya dampak buruk rokok bagi kesehatan. Jurnal Inovasi dan Kewirausahaan, 2(3), 224-232.

 

Prihatiningsih, D., Devhy, N. L. P., Purwanti, I. S., Bintari, N. W. D., & Widana, A. G. O. (2020). Penyuluhan bahaya rokok untuk meningkatkan kesadaran remaja mengenai dampak buruk rokok bagi kesehatan di SMP Tawwakal Denpasar. Jurnal Pengabdian Kesehatan STIKES Cendekia Utama Kudus, 3(1), 50-58.

 

Handayani, S., & Nurchayati. (2024). Disonansi kognitif pada perempuan berhijab yang merokok. Jurnal Psikologi: Jurnal Ilmiah Fakultas Psikologi Universitas Yudharta Pasuruan, 11(1), 69-86. https://doi.org/10.35891/jip.v11i1.3728

0 komentar:

Posting Komentar