Senin, 07 Oktober 2024

E2-WAWANCARA TENTANG DISONANSI KOGNITIF: Wawancara Disonansi Kognitif pada Mahasiswa Perokok

Wawancara Disonansi Kognitif pada Mahasiswa Perokok

PSIKOLOGI INOVASI

ESAI 2 – WAWANCARA DISONANSI KOGNITIF

DOSEN PENGAMPU: Dr. Dra. ARUNDATI SHINTA, MA.

Novita Prabandari

22310410039

Psikologi SJ

 

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS PROKLAMASI 45

YOGYAKARTA

OKTOBER 2024

 

Bahaya merokok telah menjadi isu yang sering diperbincangkan, terutama di kalangan mahasiswa yang seharusnya memiliki pengetahuan tentang dampak negatif dari kebiasaan ini. Namun, pengetahuan tersebut tidak selalu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam wawancara ini, saya berbincang dengan A, seorang mahasiswa berusia 20 tahun yang masih merokok meskipun ia menyadari risiko yang ada. Wawancara ini berlangsung di Embung Tambakboyo pada pukul 16.00, saat A sedang istirahat sesudah lari sambil merokok.

“Aku sadar bahwa merokok itu tidak baik. Banyak informasi yang menjelaskan bahwa merokok dapat menyebabkan kanker dan penyakit jantung,” ungkap A ketika ditanya tentang pandangannya mengenai rokok. Ia juga menambahkan, “Namun, aku merasa sangat sulit untuk berhenti. Merokok memberiku rasa santai saat belajar.” Pernyataan ini mencerminkan adanya disonansi kognitif, di mana pengetahuan tentang bahaya rokok tidak sejalan dengan kebiasaannya untuk terus merokok. Ketidakcocokan ini menyebabkan ketegangan dalam dirinya, antara kesadaran akan risiko dan keinginan untuk menikmati kebiasaan tersebut.

Disonansi kognitif adalah keadaan ketidaknyamanan yang muncul ketika seseorang memegang dua keyakinan yang saling bertentangan, atau ketika perilaku tidak sejalan dengan keyakinan yang dimiliki. Ia mencoba untuk mengatasi ketidaknyamanan tersebut melalui mekanisme pertahanan diri. “Aku meyakinkan diriku bahwa banyak orang yang merokok dan mereka tidak mengalami masalah. Mungkin aku bisa mengendalikannya,” tambahnya. Ini adalah bentuk rasionalisasi, di mana A mencari pembenaran untuk perilakunya dan berusaha meredakan kecemasan yang muncul akibat disonansi kognitif tersebut.

Disonansi kognitif dapat menghalangi individu untuk beradaptasi dengan perubahan dan mengadopsi perilaku yang lebih sehat. Mahasiswa seperti A memiliki potensi untuk menjadi agen perubahan di komunitas mereka, tetapi disonansi kognitif sering kali menjebak mereka dalam pola kebiasaan negatif. Dengan pengetahuan tentang bahaya merokok, A seharusnya dapat memotivasi dirinya untuk berhenti. Namun, kenyataan bahwa ia terus merokok menunjukkan tantangan besar yang dihadapi banyak individu ketika berusaha mengubah perilaku, meskipun mereka menyadari dampak negatif yang mungkin ditimbulkan.

Secara keseluruhan, wawancara dengan A menggambarkan bagaimana disonansi kognitif berperan dalam kehidupan sehari-hari, terutama bagi mahasiswa yang terjebak dalam kebiasaan merokok, meskipun mereka menyadari bahaya yang mengintai. Ketidakmampuan untuk mengatasi disonansi ini tidak hanya menghambat perkembangan pribadi, tetapi juga dapat berdampak pada kesehatan mental dan fisik mereka di masa mendatang.

 

Daftar Pustaka

Andini, A. F. (2019). FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SESEORANG DALAM MEMILIH PERILAKU MEROKOK.

Rahayu, P., & Purwanti, O. S. (2017). Hubungan Antara Pengetahuan Bahaya merokok dengan perilaku merokok pada mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Surakarta (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).

Ramadhani, T., Aulia, U., & Putri, W. A. (2024). Bahaya Merokok Pada Remaja. Jurnal Ilmiah Kedokteran dan Kesehatan3(1), 185-195.


Lampiran Wawancara :



0 komentar:

Posting Komentar