Wawancara Disonansi Kognitif pada Mahasiswa Perokok
PSIKOLOGI
INOVASI
ESAI
2 – WAWANCARA DISONANSI KOGNITIF
DOSEN PENGAMPU: Dr. Dra. ARUNDATI SHINTA, MA.
Novita Prabandari
22310410039
Psikologi SJ
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS PROKLAMASI 45
YOGYAKARTA
OKTOBER 2024
Bahaya
merokok telah menjadi isu yang sering diperbincangkan, terutama di kalangan
mahasiswa yang seharusnya memiliki pengetahuan tentang dampak negatif dari
kebiasaan ini. Namun, pengetahuan tersebut tidak selalu diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari. Dalam wawancara ini, saya berbincang dengan A, seorang
mahasiswa berusia 20 tahun yang masih merokok meskipun ia menyadari risiko yang
ada. Wawancara ini berlangsung di Embung Tambakboyo pada pukul 16.00, saat A
sedang istirahat sesudah lari sambil merokok.
“Aku
sadar bahwa merokok itu tidak baik. Banyak informasi yang menjelaskan bahwa
merokok dapat menyebabkan kanker dan penyakit jantung,” ungkap A ketika ditanya
tentang pandangannya mengenai rokok. Ia juga menambahkan, “Namun, aku merasa
sangat sulit untuk berhenti. Merokok memberiku rasa santai saat belajar.”
Pernyataan ini mencerminkan adanya disonansi kognitif, di mana pengetahuan
tentang bahaya rokok tidak sejalan dengan kebiasaannya untuk terus merokok.
Ketidakcocokan ini menyebabkan ketegangan dalam dirinya, antara kesadaran akan
risiko dan keinginan untuk menikmati kebiasaan tersebut.
Disonansi
kognitif adalah keadaan ketidaknyamanan yang muncul ketika seseorang memegang
dua keyakinan yang saling bertentangan, atau ketika perilaku tidak sejalan
dengan keyakinan yang dimiliki. Ia mencoba untuk mengatasi
ketidaknyamanan tersebut melalui mekanisme pertahanan diri. “Aku meyakinkan
diriku bahwa banyak orang yang merokok dan mereka tidak mengalami masalah.
Mungkin aku bisa mengendalikannya,” tambahnya. Ini adalah bentuk rasionalisasi,
di mana A mencari pembenaran untuk perilakunya dan berusaha meredakan kecemasan
yang muncul akibat disonansi kognitif tersebut.
Disonansi kognitif dapat
menghalangi individu untuk beradaptasi dengan perubahan dan mengadopsi perilaku
yang lebih sehat. Mahasiswa seperti A memiliki potensi untuk menjadi agen
perubahan di komunitas mereka, tetapi disonansi kognitif sering kali menjebak
mereka dalam pola kebiasaan negatif. Dengan pengetahuan tentang bahaya merokok,
A seharusnya dapat memotivasi dirinya untuk berhenti. Namun, kenyataan bahwa ia
terus merokok menunjukkan tantangan besar yang dihadapi banyak individu ketika
berusaha mengubah perilaku, meskipun mereka menyadari dampak negatif yang
mungkin ditimbulkan.
Secara
keseluruhan, wawancara dengan A menggambarkan bagaimana disonansi kognitif
berperan dalam kehidupan sehari-hari, terutama bagi mahasiswa yang terjebak
dalam kebiasaan merokok, meskipun mereka menyadari bahaya yang mengintai.
Ketidakmampuan untuk mengatasi disonansi ini tidak hanya menghambat
perkembangan pribadi, tetapi juga dapat berdampak pada kesehatan mental dan
fisik mereka di masa mendatang.
Daftar Pustaka
Andini, A. F. (2019). FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
SESEORANG DALAM MEMILIH PERILAKU MEROKOK.
Rahayu, P., & Purwanti, O. S. (2017). Hubungan
Antara Pengetahuan Bahaya merokok dengan perilaku merokok pada mahasiswa di
Universitas Muhammadiyah Surakarta (Doctoral dissertation, Universitas
Muhammadiyah Surakarta).
Ramadhani, T., Aulia, U., & Putri, W. A. (2024).
Bahaya Merokok Pada Remaja. Jurnal Ilmiah Kedokteran dan Kesehatan, 3(1),
185-195.
Lampiran Wawancara :
0 komentar:
Posting Komentar