Kamis, 10 Oktober 2024

E2-WAWANCARA TENTANG DISONANSI KOGNITIF "Dampak Merokok Terhadap Kesehatan yang Sering Diabaikan”


"Dampak Merokok Terhadap Kesehatan yang Sering Diabaikan”

PSIKOLOGI INOVASI

ESAI 2- WAWANCARA TENTANG DISONANSI KOGNITIF

DOSEN PENGAMPU: Dt., Dra. ARUNDATI SHINTA, MA.

 


Chornelia Minar Tampubolon

Nim : 22310410078

 

 

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS PROKLAMASI 45

YOGYAKARTA

OKTOBER 2024

 

seseorang yang mengalami disonansi akan merubah  perilakunya  atau  mengubah  / menambah  elemen  kognitif  baru  yang mendukung  perilakunya  (Fotuhi  et  al., 2013). Tidak semua rasionalisasi cocok untuk mengurangi disonansi dalam kasus merokok. Karena banyaknya pesan anti merokok tentang bahaya merokok, keyakinan yang meminimalkan risiko, seperti bukti medis bahwa merokok berbahaya, tidak boleh digunakan secara bebas sebagai alasan untuk melarang seseorang merokok.

Selasa 08 Oktober 2024 di  lega-legi kopi saya berkesempatan melakukan wawancara kepada R, seorang anggota TNI-AD berusia 28 tahun yang sudah cukup lama menjadi perokok. Kami akan membahas pandangannya tentang kebiasaan merokok dan bagaimana hal ini berkaitan dengan pengetahuannya mengenai dampak kesehatan yang ditimbulkan.

Saya bertanya kepada R bagaimana pertama Anda bisa merokok atau apa yang membuat Anda terpengaruh untuk merokok?

R mengatakan karena lingkungannya adalah orang-orang perokok dan dia penasaran dan akhirnya terus menjadi suatu kebutuhan atau candu bagi dirinya.

Saya bertanya lagi kepada R apakah R tahu apa dampak dari merokok

R menjawab “Saya tahu apa dampak dari merokok karena di kotak rokok sudah ada gambar dan tertera bacaan merokok dapat menyebabkan kanker tapi tapi kebiasaan merokok saya sangat sulit untuk saya hentikan untuk tidak merokok karena itu adalah sebuah kebutuhan dalam diri saya”

Saya bertanya kepada R apakah kamu tidak takut terkena kangker?

R mengakatan “untuk perasaan takut mungkin hanya sedikit saya berpikir bahwa dengan kegiatan saya yang aktif dengan aktivitas yang mengeluarkan keringat menurut saya dampaknya rokok tidak terlalu besar”. 

Pernyataan R menunjukkan disonansi kognitif, yaitu ketidaksesuaian antara pengetahuannya tentang bahaya merokok dan tindakannya untuk merokok. Dia tahu tentang risiko seperti kanker paru-paru, penyakit jantung, dan penurunan kualitas hidup, tetapi dia memilih untuk mengabaikannya karena merokok telah menjadi kebiasaan. 

R juga menunjukkan mekanisme pertahanan diri, (defense mechanism) dengan jawab R “kegiatan saya yang aktif dengan aktivitas yang mengeluarkan keringat menurut saya dampaknya rokok tidak terlalu besar”.

Dalam menghadapi perilaku R yang sudah menyadari bahwa resiko dari merokok adalah kanker seperti kanker paru-paru dan lain-lain jadi memerlukan pendekatan psikologi inovasi yang dapat memahami berbagai faktor yang mempengaruhi keputusan R untuk terus merokok.

Sudut pandang psikologis yang relevan itu adalah pengaruh lingkungan di mana pengaruh lingkungan sangat kuat untuk mempengaruhi seseorang untuk terus merokok karena di mana orang sekitar lingkungan tersebut adalah seorang perokok.

Daftar Pustaka

Fotuhi, O., Fong, G. T., Zanna, M. P., Borland, R., Yong, H. H., & Michael Cummings, K. (2013). Patterns of cognitive dissonance-reducing beliefs among smokers: A longitudinal analysis from the International Tobacco Control (ITC) Four Country Survey. Tobacco Control, 22(1), 52– 58.

Harlianti, T. (2012)Hubungan lingkungan pergaulan dengan teman sebaya tehadap perilaku merokok.Jurnal Psikologi UGM Yogyakarta.


0 komentar:

Posting Komentar