KETIDAKSELARASAN ANTARA KEBUTUHAN DAN KEINGINAN
PSIKOLOGI INOVASI
ESAI 2- WAWANCARA TENTANG DISONANSI KOGNITIF
DOSEN PENGAMPU: Dt., Dra. ARUNDATI SHINTA, MA.
RIZAL EFENDI
22310410045
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS PROKLAMASI 45
YOGYAKARTA
OKTOBER/2024
Pada kasus disonansi kognitif ini saya berkesempatan
mewawancarai seseorang dengan inisial B. B merupakan pekerja swasta disalah
satu perusahaan yang bergerak di bidang retail. B merupakan seorang pria dengan
usia 26 th dan masih lajang. Kami melakukan kegiatan wawancara ini di ruang
tamu kost kami.
Pada awal sesi wawancara saya meminta B untuk
menceritakan tentang pekerjaannya, kegiatan sehari-hari dan juga gaji yang
diperolehnya. Ternyata gaji yang diperoleh saudara B ini kurang dari Rp.
2.000.000 perbulannya. B juga tidak memiliki pekerjaan sampingan untuk menambah
penghasilannya. Saudara B berkata “Dengan gaji seperti sekarang saya mencoba
untuk menabung, akan tetapi sebelum saya melakukannya saya malah tergiur untuk
membeli beberapa barang yang ingin saya beli, seperti earphone, charge fast
charging dan juga untuk top up game saya”.
Disinansi
kognitif ialah bahwa perilaku orang dapat dibujuk atau bahkan diubah dengan
menciptakan disonansi yang signifikan melalui kepatuhan yang dipaksakan,
advokasi yang berlawanan dengan sikap, atau paparan informasi terpilih untuk
bertentangan dengan keadaan kognitif orang tersebut. Dari wawancara yang saya
lakukan denga saudara B dapat disimpulkan saudara B mengalami disonansi
kognitif yaitu ketidaksesuaian antara gaji yang tujuannya untuk ditabung tetapi
malah dibelanjakan untuk hal lain. B butuh menabung untuk kebaikan masa
depannya tetapi ia tetap membeli hal-hal lain yang sebenarnya tidak terlalu ia
butuhkan.
B
juga juga menunjukkan mekanisme pertahanan diri dengan berkata “sekali-kali lah
untuk self reward setelah Lelah bekerja.” Hal ini termasuk dalam rasionalisasi
yaitu penanganan emosional dengan menciptakan pemikiran logis yang diterima
secara sosial atau alasan untuk membenarkan tindakan emosional yang tidak
disadari (Freud, 1962). Saudara B tetap membelanjakan uangnya dengan dalih
menghadiahi dirinya setelah Lelah bekerja dan tanpa disadari dia tidak bisa
Kembali menabung yang merupakan tujuan awalnya.
Dari
segi psikologi inovasi, perilaku B yang sering menghamburkan uangnya untuk hal
yang tidak terlalu penting sudah terlihat melenceng dari perilaku yang
inovatif. Gaji yang cukup rendah dan sebaiknya di jaga supaya bermanfaat namun
digunakan untuk hal yang kurang penting. Jika ia lebih sadar akan kebutuhannya
maka ia akan lebih berhati-hati dalam menggunakan uangnya.
Dari
hasil wawancara ini, saudara B terlihat bingung akan perilakunya sendiri. Ia
yang sudah berusia 26 tahun yang seharusnya sudah cukup dewasa untuk tahu mana
yang lebih dperlukan dan mana yang tidak diperlukan.
Referensi
Khoirunnisal , Ananda S., & Rudi Adi N. (2023).
Mekanisme Pertahanan Diri dan Coping Stress Tokoh Utama dalam Antologi Cerpen
“Malam Terakhir” Karya Leila S. Chudori: Kajian Psikologi Sastra. Jurnal Sastra
Indonesia, 12 (3), 197-205
Yahya,
Azizul H., & Vidi Sukmayadi. (2020). A
Review of Cognitive Dissonance Theory and Its Relevance to Current Social
Issues . MIMBAR, 36 (2),
480-488
0 komentar:
Posting Komentar