Kamis, 10 Oktober 2024

ESAI 2- WAWANCARA TENTANG DISONANSI KOGNITIF : KETIDAKSELARASAN ANTARA KEBUTUHAN DAN KEINGINAN_RIZAL EFENDI_22310410045_SJ

 


KETIDAKSELARASAN ANTARA KEBUTUHAN DAN KEINGINAN

PSIKOLOGI INOVASI

ESAI 2- WAWANCARA TENTANG DISONANSI KOGNITIF

DOSEN PENGAMPU: Dt., Dra. ARUNDATI SHINTA, MA.

 

RIZAL EFENDI

22310410045

 

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS PROKLAMASI 45

YOGYAKARTA

OKTOBER/2024



  Pada kasus disonansi kognitif ini saya berkesempatan mewawancarai seseorang dengan inisial B. B merupakan pekerja swasta disalah satu perusahaan yang bergerak di bidang retail. B merupakan seorang pria dengan usia 26 th dan masih lajang. Kami melakukan kegiatan wawancara ini di ruang tamu kost kami.

   Pada awal sesi wawancara saya meminta B untuk menceritakan tentang pekerjaannya, kegiatan sehari-hari dan juga gaji yang diperolehnya. Ternyata gaji yang diperoleh saudara B ini kurang dari Rp. 2.000.000 perbulannya. B juga tidak memiliki pekerjaan sampingan untuk menambah penghasilannya. Saudara B berkata “Dengan gaji seperti sekarang saya mencoba untuk menabung, akan tetapi sebelum saya melakukannya saya malah tergiur untuk membeli beberapa barang yang ingin saya beli, seperti earphone, charge fast charging dan juga untuk top up game saya”.

  Disinansi kognitif ialah bahwa perilaku orang dapat dibujuk atau bahkan diubah dengan menciptakan disonansi yang signifikan melalui kepatuhan yang dipaksakan, advokasi yang berlawanan dengan sikap, atau paparan informasi terpilih untuk bertentangan dengan keadaan kognitif orang tersebut. Dari wawancara yang saya lakukan denga saudara B dapat disimpulkan saudara B mengalami disonansi kognitif yaitu ketidaksesuaian antara gaji yang tujuannya untuk ditabung tetapi malah dibelanjakan untuk hal lain. B butuh menabung untuk kebaikan masa depannya tetapi ia tetap membeli hal-hal lain yang sebenarnya tidak terlalu ia butuhkan.

   B juga juga menunjukkan mekanisme pertahanan diri dengan berkata “sekali-kali lah untuk self reward setelah Lelah bekerja.” Hal ini termasuk dalam rasionalisasi yaitu penanganan emosional dengan menciptakan pemikiran logis yang diterima secara sosial atau alasan untuk membenarkan tindakan emosional yang tidak disadari (Freud, 1962). Saudara B tetap membelanjakan uangnya dengan dalih menghadiahi dirinya setelah Lelah bekerja dan tanpa disadari dia tidak bisa Kembali menabung yang merupakan tujuan awalnya.

   Dari segi psikologi inovasi, perilaku B yang sering menghamburkan uangnya untuk hal yang tidak terlalu penting sudah terlihat melenceng dari perilaku yang inovatif. Gaji yang cukup rendah dan sebaiknya di jaga supaya bermanfaat namun digunakan untuk hal yang kurang penting. Jika ia lebih sadar akan kebutuhannya maka ia akan lebih berhati-hati dalam menggunakan uangnya.

   Dari hasil wawancara ini, saudara B terlihat bingung akan perilakunya sendiri. Ia yang sudah berusia 26 tahun yang seharusnya sudah cukup dewasa untuk tahu mana yang lebih dperlukan dan mana yang tidak diperlukan.


Referensi

Khoirunnisal , Ananda S., & Rudi Adi N. (2023). Mekanisme Pertahanan Diri dan Coping Stress Tokoh Utama dalam Antologi Cerpen “Malam Terakhir” Karya Leila S. Chudori: Kajian Psikologi Sastra. Jurnal Sastra Indonesia, 12 (3), 197-205

Yahya, Azizul H., & Vidi Sukmayadi. (2020). A Review of Cognitive Dissonance Theory and Its Relevance to Current Social Issues  . MIMBAR, 36 (2), 480-488

0 komentar:

Posting Komentar