TERJEBAK DALAM KONFLIK ANTARA
PENGETAHUAN DAN KEBIASAAN PEROKOK
PSIKOLOGI
INOVASI
ESAI
2-WAWANCARA TENTANG DISONASI KOGNITIF
DOSEN
PENGAMPU: Dr., Dra. ARUNDATI SHINTA, MA
Muhammad Fahkri Wahyu Syahputra
22310410029
Psikologi SJ
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS PROKLAMASI 45
YOGYAKARTA
Identitas Narasumber: T- Karyawan swasta
Lokasi : Angkringan Nyemok,Ponjong
Narasi
Wawancara dengan Pelaku Disonansi Kognitif Perilaku Perokok
Di
sebuah Angkringan yang ramai, saya bertemu dengan T, seorang perokok berusia 25
tahun. Dengan rokok di tangan dan senyum ramah, ia menyambut saya untuk berbagi
pengalamannya tentang merokok dan disonansi kognitif yang sering ia rasakan.
“Rokok
ini sudah menjadi bagian dari hidupku,” kata T sambil menghisap rokoknya. “Aku
tahu bahwa merokok itu buruk untuk kesehatan, tapi saat aku merokok, aku merasa
lebih tenang. Rasanya seperti menghilangkan stres setelah hari yang panjang.”
Saya
menanyakan lebih lanjut tentang perasaannya ketika ia menyadari bahaya merokok.
“Kadang-kadang, aku merasa sangat bingung,” ungkapnya. “Aku membaca banyak
artikel tentang dampak negatif rokok, tapi di sisi lain, aku juga melihat
teman-temanku yang merokok dan tampaknya baik-baik saja. Jadi, aku mulai
berpikir, ‘Mungkin itu tidak seburuk yang mereka katakan.’”
T
menjelaskan bagaimana ia sering kali berusaha membenarkan perilakunya. “Aku
bilang pada diriku sendiri bahwa banyak orang sukses yang juga merokok. Itu
membuatku merasa lebih nyaman dengan pilihan ini,” tambahnya. “Aku tahu ini
adalah cara untuk mengurangi rasa bersalahku.”
Ketika
ditanya tentang kampanye anti-rokok, T menggelengkan kepala. “Meskipun ada
banyak iklan yang memperingatkan bahaya merokok, aku merasa tidak terpengaruh.
Kadang-kadang, aku malah merasa bahwa informasi itu berlebihan,” katanya dengan
nada skeptis.
“Jadi,
bagaimana kamu melihat masa depanmu dengan rokok ini?” saya bertanya. T terdiam
sejenak sebelum menjawab, “Aku ingin berhenti, tapi aku juga takut kehilangan
momen-momen santai itu. Mungkin suatu hari nanti, aku akan menemukan cara untuk
berhenti tanpa merasa kehilangan.”
Wawancara
dengan T memberikan wawasan mendalam tentang disonansi kognitif yang dialaminya
sebagai perokok. Ia terjebak dalam konflik antara pengetahuan dan kebiasaan,
menciptakan dilema yang sulit dihadapi dalam hidupnya sehari-hari.
0 komentar:
Posting Komentar