Rabu, 09 Oktober 2024

E2-WAWANCARA TENTANG DISONANSI KOGNITIF "TERJEBAK DALAM KONFLIK ANTARA PENGETAHUAN DAN KEBIASAAN PEROKOK"

 

TERJEBAK DALAM KONFLIK ANTARA PENGETAHUAN DAN KEBIASAAN PEROKOK

PSIKOLOGI INOVASI

ESAI 2-WAWANCARA TENTANG DISONASI KOGNITIF

DOSEN PENGAMPU: Dr., Dra. ARUNDATI SHINTA, MA


Muhammad Fahkri Wahyu Syahputra

22310410029

Psikologi SJ

 

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS PROKLAMASI 45

YOGYAKARTA

  

Identitas Narasumber: T- Karyawan swasta

Lokasi : Angkringan Nyemok,Ponjong

 

Narasi Wawancara dengan Pelaku Disonansi Kognitif Perilaku Perokok

Di sebuah Angkringan yang ramai, saya bertemu dengan T, seorang perokok berusia 25 tahun. Dengan rokok di tangan dan senyum ramah, ia menyambut saya untuk berbagi pengalamannya tentang merokok dan disonansi kognitif yang sering ia rasakan.

“Rokok ini sudah menjadi bagian dari hidupku,” kata T sambil menghisap rokoknya. “Aku tahu bahwa merokok itu buruk untuk kesehatan, tapi saat aku merokok, aku merasa lebih tenang. Rasanya seperti menghilangkan stres setelah hari yang panjang.”

Saya menanyakan lebih lanjut tentang perasaannya ketika ia menyadari bahaya merokok. “Kadang-kadang, aku merasa sangat bingung,” ungkapnya. “Aku membaca banyak artikel tentang dampak negatif rokok, tapi di sisi lain, aku juga melihat teman-temanku yang merokok dan tampaknya baik-baik saja. Jadi, aku mulai berpikir, ‘Mungkin itu tidak seburuk yang mereka katakan.’”

T menjelaskan bagaimana ia sering kali berusaha membenarkan perilakunya. “Aku bilang pada diriku sendiri bahwa banyak orang sukses yang juga merokok. Itu membuatku merasa lebih nyaman dengan pilihan ini,” tambahnya. “Aku tahu ini adalah cara untuk mengurangi rasa bersalahku.”

Ketika ditanya tentang kampanye anti-rokok, T menggelengkan kepala. “Meskipun ada banyak iklan yang memperingatkan bahaya merokok, aku merasa tidak terpengaruh. Kadang-kadang, aku malah merasa bahwa informasi itu berlebihan,” katanya dengan nada skeptis.

“Jadi, bagaimana kamu melihat masa depanmu dengan rokok ini?” saya bertanya. T terdiam sejenak sebelum menjawab, “Aku ingin berhenti, tapi aku juga takut kehilangan momen-momen santai itu. Mungkin suatu hari nanti, aku akan menemukan cara untuk berhenti tanpa merasa kehilangan.”

Wawancara dengan T memberikan wawasan mendalam tentang disonansi kognitif yang dialaminya sebagai perokok. Ia terjebak dalam konflik antara pengetahuan dan kebiasaan, menciptakan dilema yang sulit dihadapi dalam hidupnya sehari-hari.

 


0 komentar:

Posting Komentar