Rabu, 09 Oktober 2024

ESAI 2- WAWANCARA TENTANG DISIONANSI KOGNITIF_Ahmad Faris Danardana_22310410080_SP

 

ROKOK MERUSAK KESEHATANMU DAN KESEHATAN ORANG LAIN, TAPI SAYA TETAP MEROKOK: DILEMA DISIONANSI KOGNITIF

PSIKOLOGI INOVASI

ESAI 2- WAWANCARA TENTANG DISIONANSI KOGNITIF

DOSEN PENGAMPU: Dr., Dra. ARUNDATI SHINTA, MA.

 



 

AHMAD FARIS DANARDANA

22310410080

 

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS PROKLAMASI 45

YOGYAKARTA

OKTOBER 2024

 

Disonansi kognitif adalah ketidaknyamanan mental yang timbul ketika seseorang memiliki dua atau lebih keyakinan atau perilaku yang saling bertentangan. Dalam konteks perokok yang merokok di area olahraga, terdapat beberapa disonansi kognitif yang mungkin dialami yaitu pengetahuan tentang kesehatan vs. perilaku merokok, nilai-nilai olahraga vs. perilaku merokok, dan tanggung jawab sosial vs. perilaku merokok. Untuk mengurangi disonansi kognitif ini, perokok mungkin melakukan beberapa hal yaitu, Merasionalisasi atau mencari alasan untuk membenarkan perilaku mereka, misalnya dengan berargumen bahwa "sedikit merokok tidak masalah" atau "saya hanya merokok di sini karena tidak ada tempat lain", menyalahkan orang lain yang tidak setuju dengan perilaku mereka, misalnya dengan mengatakan "mereka terlalu sensitif terhadap asap rokok", dan menolak mengakui bahwa merokok di area olahraga itu salah atau berbahaya.

Kali ini saya mewawancarai teman saya tentang disionansi kognitif perokok di tempat olahraga yaitu di Lapangan Pemda Sleman. Namanya adalah Ilham, seorang PNS di Dinas Pemadam Kebakaran Sleman. Ilham rutin melaksanakan olahraga jogging di Lapangan Pemda Sleman selama seminggu tiga kali. Ia selalu merokok setelah selesai melaksanakan jogging sembari beristirahat di pinggir lapangan. Hasil wawancara adalah informan mengetahui bahwa merokok sehabis olahraga dan di tempat olahraga dapat merusak kesehatannya dan orang lain yang sedang berolahraga, oleh karena itu ada perasaan tidak nyaman karena ia berperperilaku yang bertentangan dengan keyakinan orang-orang dan menyebabkan adanya perilaku disonansi. Untuk mengurangi disonansi, ia menambah elemen kognitif dengan informasi merokok tidak langsung berpengaruh terhadap kesehatannya, kesehatan orang lain, dan banyak juga yang merokok di area ini. Ia juga mengatakan “Dari ngobrol santai sembari merokok disini, saya bisa mendapatkan teman yang sering berolahraga disini, saya juga termasuk menambah pendapatan negara karena merokok”.

Teman saya termasuk mengalami disonansi kognitif. Terdapat penyangkalan suatu elemen kognitif pada elemen perilaku, dimana penyangkalan ini akan mendorong terjadinya disonansi. Hal ini dapat dilihat dari responden mengetahui adanya efek samping dari merokok yang akan menganggu kesehatannya dan kesehatan orang lain walaupun dilakukan di area olahraga, namun masih tetap melakukan tindakan tersebut. Untuk mengurangi disonansi, responden menambah elemen kognitif dengan informasi baru seperti informasi bahwa merokok tidak memiliki dampak langsung terhadap kesehatannya dan orang lain, masih banyak yang berbahaya bagi tubuh selain merokok, serta informasi mengenai rokok sebagai penyumbang pendapatan ekonomi terbesar di Indonesia.

Disonansi kognitif pada perokok di area olahraga merupakan fenomena yang kompleks. Dengan memahami mekanisme psikologis yang mendasarinya, kita dapat mengembangkan intervensi yang lebih efektif untuk mendorong perubahan perilaku menuju gaya hidup yang lebih sehat. Psikologi inovasi memberikan kerangka kerja yang berguna untuk memahami bagaimana individu merespons disonansi kognitif dan mengadopsi perilaku baru. Dengan memahami kerangka kerja, kita dapat merancang intervensi yang efektif untuk membantu perokok mengatasi disonansi kognitif dan mengadopsi perilaku baru:

·        Meningkatkan Kesadaran: Melalui kampanye edukasi yang menyoroti dampak negatif merokok terhadap kesehatan paru-paru dan kinerja olahraga.

·        Memperkuat Norma Subjektif: Menampilkan role model yang berhasil berhenti merokok dan menekankan dukungan sosial dari keluarga dan teman.

·        Memudahkan Perubahan Perilaku: Menyediakan program berhenti merokok yang mudah diakses dan terjangkau, serta menawarkan dukungan konseling.

·        Menonjolkan Manfaat: Menekankan manfaat jangka pendek dan panjang dari berhenti merokok, seperti peningkatan kesehatan, stamina, dan kualitas hidup.

·        Mengatasi Hambatan: Mengidentifikasi dan mengatasi hambatan yang mungkin dialami perokok, seperti ketergantungan nikotin dan tekanan sosial.

Psikologi inovasi memberikan kerangka kerja yang komprehensif untuk memahami bagaimana individu merespons disonansi kognitif dan mengadopsi perilaku baru. Dengan menerapkan prinsip-prinsip psikologi inovasi, kita dapat mengembangkan intervensi yang lebih efektif untuk membantu perokok mengatasi disonansi kognitif dan berhenti merokok, terutama di area olahraga.

 

 

 

0 komentar:

Posting Komentar