Rabu, 09 Oktober 2024

ESAI 2- WAWANCARA TENTANG DISONANSI KOGNITIF: KONFLIK KOGNITIF DALAM PENGELOLAAN SAMPAH_ERINA AGUSTIN_22310410098_S

 

KONFLIK KOGNITIF DALAM PENGELOLAAN SAMPAH

PSIKOLOGI INOVASI

ESAI 2- WAWANCARA TENTANG DISONANSI KOGNITIF

DOSEN PENGAMPU : Dr.,Dra.ARUDANTI SHINTA,MA.


ERINA AGUSTIN

22310410098

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS PROKLAMASI 45

YOGYAKARTA

2024




   Wawancara kali ini saya lakukan dengan seorang narasumber berinisial B, yang merupakan petugas kebersihan di sebuah perumahan di Yogyakarta. B telah bekerja selama lebih dari 15 tahun di bidang pengelolaan sampah. Dalam wawancara ini, saya ingin menggali lebih dalam tentang persepsi B mengenai sampah dan kaitannya dengan perilaku masyarakat.

   B memulai ceritanya dengan menggambarkan bagaimana masyarakat di tempat ia bekerja sebagian besar sudah menyadari pentingnya pengelolaan sampah yang baik. “Sebenarnya mereka tahu, ada yang bahkan suka kasih tahu saya kalau sampah harus dipilah. Tapi sayangnya, nggak semua orang beneran mau melakukannya,” ujar B sambil memperlihatkan beberapa kantong sampah yang masih tercampur antara sampah organik dan anorganik.

   Berdasarkan pernyataan tersebut, tampak bahwa masyarakat mengalami disonansi kognitif, yaitu ketidaksesuaian antara pengetahuan mereka tentang pentingnya memilah sampah dan perilaku mereka yang tidak sesuai dengan pengetahuan tersebut. Di satu sisi, mereka mengetahui pentingnya memilah sampah untuk mendukung keberlanjutan lingkungan, tetapi di sisi lain, mereka tetap membuang sampah secara sembarangan karena merasa memilah sampah adalah hal yang merepotkan atau memakan waktu.

   B juga menunjukkan adanya mekanisme pertahanan diri dari masyarakat yang sering dia temui. “Ada yang bilang, ‘Yah, cuma satu plastik ini saja. Nggak akan berdampak besar kok.’” Kalimat ini mencerminkan rasionalisasi, di mana individu berusaha membenarkan perilaku yang bertentangan dengan pengetahuannya dengan argumen yang tampak logis bagi mereka. B menjelaskan bahwa permasalahan ini semakin kompleks karena banyak orang yang masih bergantung pada petugas kebersihan untuk menyelesaikan masalah sampah, tanpa benar-benar berpartisipasi dalam pengelolaannya secara aktif.

   Dalam konteks psikologi inovasi, perilaku masyarakat yang tidak mempraktekan pengelolaan sampah secara optimal meskipun sudah tahu pentingnya dapat dianggap sebagai kegagalan dalam mengadopsi inovasi perilaku. Informasi dan program edukasi sudah ada, tetapi perubahan perilaku belum terjadi secara signifikan. B mengatakan, “Kadang ada orang yang peduli, tapi karena tetangganya nggak peduli, mereka jadi ikut-ikutan juga buang sembarangan. Lingkungannya belum mendukung penuh.”

   Wawancara ini mengungkap bagaimana tantangan dalam pengelolaan sampah tidak hanya terletak pada kurangnya pengetahuan, tetapi juga pada ketidakmauan individu untuk merubah kebiasaan mereka. Ketidakselarasan antara pengetahuan dan tindakan ini menjadi hambatan besar dalam menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan sehat.


Referensi Jurnal Terkait:

1.     Festinger, L. (1957). A Theory of Cognitive Dissonance. Stanford University Press.
Teori ini menjelaskan bagaimana disonansi kognitif terjadi ketika perilaku seseorang tidak sejalan dengan pengetahuan atau keyakinannya, yang relevan dengan wawancara tentang perilaku membuang sampah.

2.     Prochaska, J. O., DiClemente, C. C., & Norcross, J. C. (1992). In search of how people change: Applications to addictive behaviors. American Psychologist, 47(9), 1102-1114.
Model perubahan perilaku ini relevan dengan adopsi perilaku pengelolaan sampah yang lebih baik, serta tantangan masyarakat dalam beralih dari kebiasaan lama yang tidak ramah lingkungan.

3.     Schultz, P. W., & Zelezny, L. (1999). Values as predictors of environmental attitudes: Evidence for consistency across 14 countries. Journal of Environmental Psychology, 19(3), 255-265.
Penelitian ini membahas hubungan antara nilai-nilai individu dan perilaku lingkungan, termasuk pengelolaan sampah, yang mencerminkan ketidakcocokan antara pengetahuan dan tindakan.

 

 

 


0 komentar:

Posting Komentar