Rabu, 09 Oktober 2024

ESAI 2-WAWANCARA TENTANG DISONANSI KOGNITIF_ADITYA NUR IHSAN_22310410133

 

"PERTAHANAN PSIKOLOGIS DALAM MENGHADAPI PENGETAHUAN: STUDI KASUS PADA PEROKOK DAN PRAKTIK PENGELOLAAN SAMPAH "

PSIKOLOGI INOVASI

ESAI 2-WAWANCARA TENTANG DISONANSI KOGNITIF

DOSEN PENGAMPU: Dr., Dra. ARUNDATI SHINTA, MA.

 



 

ADITYA NUR IHSAN

22310410133

 

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS PROKLAMASI 45

YOGYAKARTA

OKTOBER/2024

Penelitian ini bertujuan menggali sikap dan perilaku orang-orang yang memiliki pengetahuan terkait bahaya merokok atau pengelolaan sampah, namun tidak menerapkan pengetahuan tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Wawancara dilakukan kepada individu-individu yang terlibat langsung dengan masalah tersebut, seperti perokok aktif, petugas kebersihan, hingga pengamat lingkungan, dengan fokus pada bagaimana mekanisme pertahanan diri (defense mechanism) mereka berfungsi untuk membenarkan perilaku yang tidak sejalan dengan pengetahuan yang mereka miliki.

Wawancara pertama dilakukan di sebuah taman kota dengan “RD,” seorang petugas kebersihan di sebuah sekolah dasar. RD telah bekerja selama 15 tahun mengelola sampah dan sadar betul akan pentingnya memilah sampah organik dan non-organik. Namun, ia mengaku tidak menerapkan prinsip yang sama di rumah. Ketika ditanya mengapa, RD menjawab, “Toh, sampah akan dibawa ke tempat pembuangan akhir, jadi pada akhirnya semuanya bercampur juga." Kalimat ini menunjukkan mekanisme rasionalisasi, di mana RD membenarkan tindakannya dengan keyakinan bahwa apa yang dilakukan di rumahnya tidak akan banyak berdampak, meskipun ia tahu prinsip pengelolaan sampah yang benar. Dalam konteks psikologi inovasi, ini menunjukkan adanya hambatan internal pada individu untuk mengadopsi perilaku baru, meskipun sadar akan pentingnya perubahan.

Di lokasi lain, wawancara dilakukan dengan “AF,” seorang perokok aktif yang bekerja sebagai karyawan swasta di sebuah perusahaan teknologi. AF menyadari sepenuhnya bahaya merokok, bahkan telah mengikuti seminar kesehatan terkait risiko kanker paru-paru. Meskipun demikian, ia tetap merokok secara rutin. “Saya tahu bahaya merokok, tapi merokok adalah cara saya melepas stres setelah seharian bekerja," ujarnya. AF menggunakan mekanisme pertahanan diri berupa proyeksi, di mana ia mengalihkan alasan perilakunya pada faktor eksternal seperti stres pekerjaan. Kalimat “merokok adalah cara saya melepas stres” menjadi contoh dari pembenaran diri, di mana AF memfokuskan pada manfaat jangka pendek (mengurangi stres) daripada dampak jangka panjang yang merugikan kesehatan.

Di sudut lain kota, di area pasar tradisional, wawancara dilakukan dengan “TT,” seorang pedagang yang memiliki kios makanan kecil. TT mengakui bahwa dia paham akan kampanye pengurangan penggunaan plastik, terutama di pasar tradisional. Namun, ia tetap menggunakan plastik sekali pakai untuk membungkus barang dagangannya. “Pelanggan maunya cepat, kalau pakai tas kain ribet dan mahal,” ungkapnya. Di sini, TT menunjukkan mekanisme pertahanan berupa displacement, di mana ia memindahkan tekanan untuk berubah ke pelanggan, seolah-olah perilaku tidak ramah lingkungan tersebut semata-mata didorong oleh tuntutan pelanggan, bukan keputusannya sendiri.

Lokasi wawancara yang dipilih seperti taman kota, area perkantoran, dan pasar tradisional sangat representatif untuk menemukan subjek dengan latar belakang yang berbeda, tetapi dengan masalah perilaku yang sama: pengetahuan yang tidak diiringi dengan tindakan. Semua subjek cenderung menggunakan defense mechanism seperti rasionalisasi, proyeksi, dan displacement untuk membenarkan mengapa pengetahuan mereka tentang perilaku yang lebih baik tidak diimplementasikan.

Dalam analisis akhir, keterkaitan dengan psikologi inovasi menjadi sangat penting, di mana perubahan perilaku dihambat oleh defense mechanism yang digunakan untuk mempertahankan kebiasaan lama.

0 komentar:

Posting Komentar