Hubungan antara
persepsi dengan perilaku orang-orang yang berkenaan dengan sampah
Nama : Pascalin Sari Asih
Nim : 21310410192
(SP)
Mata kuliah :
Psikologi Lingkungan
Dosen pengampu : Dr.,
Dra. ARUNDATI SHINTA MA
Walgito
(2004) menyatakan persepsi merupakan
suatu proses yang didahului oleh proses diterimanya stimulus oleh
individu melalui alat indera atau disebut juga proses sensoris. Persepsi akan
mempengaruhi perilaku seseorang dalam melakukan proses penilaian terhadap objek
atau keadaan tertentu lingkungannya. Persepsi individu berbeda dengan persepsi
individu lain, hal ini dikarenakan persepsi tersebut muncul dari
pengalaman itu sendiri. Contoh, Terdapat objek botol
plastik bekas di pojok ruangan. Persepsinya orang pertama, merasa botol
tersebut adalah sampah sehingga memunculkan perilaku untuk membuangnya. Orang
kedua merasa botol tersebut bisa dimanfaatkan karena ketrampilan yang dia
miliki sehingga muncul perilaku membawanya pulang untuk di manfaatkan sebagai menjadi
pot tanaman. Persepsi Stress lingkungan
menurut Niandre (2009), adalah proses dengan kejadian lingkungan yang mengancam
atau hilangnya kesejahteraan organisme yang menimbulkan beberapa respon dari
organisme tersebut. Untuk mengurangi atau menghilangkan stress, individu
melakukan tingkah-laku penyesuaian (coping behavior). Probelm-focused
coping yaitu pola kognitif yang digunakan individu dalam mengatasi stres
dengan menghadapi permasalahan dan mencoba memecahkannya. Contoh ketika tetangga kita membakar sampah tepat di
pinggir jalan depan rumah kita, asap yang di hasilkan dari sampah akan mengganggu
pernapasan bahkan bisa membuat kita sakit, maka kita akan berbicara dan menegur
orang tersebut untuk tidak lagi melakukannya atau menemui pejabat desa untuk
mendapatkan solusi tentang pembuangan sampah. Lalu, yang kedua ada Emotion-focused
coping, yaitu dalam mengatasi stres individu merespon dengan menggunakan
cara-cara yang emosional. Caranya yaitu membuat diri sendiri merasa nyaman
tanpa mengatasi sumber stres tersebut, contohnya, ketika belum mendapatkan
pekerjaan di kota besar sesuai yang kamu impikan, kamu bisa coba mencari sisi
positifnya. Misalnya kamu jadi memiliki waktu lebih lama untuk hidup dekat
dengan orang tua dan orang-orang tersayang.
Penutupan
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan, Bantul, Yogyakarta menyebabkan kondisi
sampah yang tidak terkendali. Langkah ini diambil karena kapasitas penampungan
sampah di lahan TPA Piyungan sudah melebihi batas. kesadaran masyarakat akan
sampah masih sangat minim. Peraturan mengenai pengelolaan sampah telah lama
diatur dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.
Sayangnya, implementasi dari regulasi tersebut masih sangat kurang. Sudah
disebutkan tentang 3R (Reduce, Reuse, Recycle). Kaiser
(1998) menjelaskan perilaku
pro-lingkungan sebagai tindakan
yang berorientasi pada unsur
pelestarian lingkungan. Beberapa
aspek perilaku pro-lingkungan menurut
Kaiser (1998) yaitu konservasi energi, mobilitas dan
transportasi, menghindari limbah, daur ulang, konsumerisme, perilaku
konservasi. Contoh perilaku pro-ligkungan diantaranya mengurangi penggunaan
plastik, menggunakan listrik seperlunya, berjalan kaki atau menggunakan kendaraan umum ke
daerah yang dekat, dan lain-lain (Kaiser, Oarke, & Bogner, 2007).
Pertama,
prinsip Reduce berarti kita harus berusaha mengurangi jumlah sampah yang
dihasilkan, dengan cara menghindari penggunaan barang-barang yang tidak
diperlukan, seperti kantong plastik sekali pakai, botol air minum, dan kemasan
makanan sekali pakai. Sebagai gantinya, kita dapat menggunakan kantong belanja
yang dapat digunakan kembali, botol air minum yang dapat diisi ulang, dan
kemasan makanan yang dapat digunakan kembali. Kedua, prinsip Reuse kita
harus memanfaatkan kembali barang-barang yang masih dapat digunakan, contohnya kalender
bekas untuk dijadikan tas oleh-oleh. Ketiga, prinsip Recycle berarti
kita harus memanfaatkan sampah yang dapat didaur ulang, seperti membuat pupuk
kompos, eco enzyme dan sabun cuci piring.
Dalam mengelola sampah,
prinsip 3R memang sangat penting untuk dijadikan acuan. Namun, penerapannya
harus dilakukan secara konsisten dan terus-menerus. Dengan demikian, kita dapat
menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan sehat. Jadi Persepsi yang positif
terhadap perilaku pro-lingkungan dan terhadap sampah akan mempengaruhi perilaku
seseorang menjadi lebih peduli terhadap lingkungan. Hal tersebut menjadi
penting dalam rangka mengurangi dampak negatif dari kerusakan lingkungan
sehingga tercipta lingkungan yang berkelanjutan.
Daftar pustaka :
Kaiser, F.
G. (1998). A general
measure of ecological
behavior. Journal of Applied
Social Psychology, 28(5),
395–422.
Kaiser, F. G., Oerke,
B., & Bogner, F. X. (2007). Behavior-based environmental attitude:
Development of an instrument for
adolescents.Journal of Environmental Psychology, 27(3), 242–251. https://doi.org/10.1016/j.jenvp.2007.06.004
Niandre, 2009, Stress
Lingkungan Dan Cara Penanggulangannya diakses dari http://niandre7lovely.wordpress.com/2009/07/08 diakses 1
november 2023
Walgito, Bimo. 2004.
Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi.
0 komentar:
Posting Komentar