Rabu, 01 November 2023

Esai UTS Psikologi Lingkungan Pascalin Sari Asih 21310410192 Psikologi SP

 

 

Hubungan antara persepsi dengan perilaku orang-orang yang berkenaan dengan sampah

 

Nama : Pascalin Sari Asih

Nim : 21310410192 (SP)

Mata kuliah : Psikologi Lingkungan

Dosen pengampu : Dr., Dra. ARUNDATI SHINTA MA


 

 

Walgito (2004) menyatakan  persepsi  merupakan  suatu proses yang didahului oleh proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau disebut juga proses sensoris. Persepsi akan mempengaruhi perilaku seseorang dalam melakukan proses penilaian terhadap objek atau keadaan tertentu lingkungannya. Persepsi individu berbeda dengan persepsi individu lain, hal ini dikarenakan persepsi tersebut muncul   dari   pengalaman   itu   sendiri. Contoh, Terdapat objek botol plastik bekas di pojok ruangan. Persepsinya orang pertama, merasa botol tersebut adalah sampah sehingga memunculkan perilaku untuk membuangnya. Orang kedua merasa botol tersebut bisa dimanfaatkan karena ketrampilan yang dia miliki sehingga muncul perilaku membawanya pulang untuk di manfaatkan sebagai menjadi pot tanaman. Persepsi  Stress lingkungan menurut Niandre (2009), adalah proses dengan kejadian lingkungan yang mengancam atau hilangnya kesejahteraan organisme yang menimbulkan beberapa respon dari organisme tersebut. Untuk mengurangi atau menghilangkan stress, individu melakukan tingkah-laku penyesuaian (coping behavior). Probelm-focused coping yaitu pola kognitif yang digunakan individu dalam mengatasi stres dengan menghadapi permasalahan dan mencoba memecahkannya. Contoh  ketika tetangga kita membakar sampah tepat di pinggir jalan depan rumah kita, asap yang di hasilkan dari sampah akan mengganggu pernapasan bahkan bisa membuat kita sakit, maka kita akan berbicara dan menegur orang tersebut untuk tidak lagi melakukannya atau menemui pejabat desa untuk mendapatkan solusi tentang pembuangan sampah. Lalu, yang kedua ada Emotion-focused coping, yaitu dalam mengatasi stres individu merespon dengan menggunakan cara-cara yang emosional. Caranya yaitu membuat diri sendiri merasa nyaman tanpa mengatasi sumber stres tersebut, contohnya, ketika belum mendapatkan pekerjaan di kota besar sesuai yang kamu impikan, kamu bisa coba mencari sisi positifnya. Misalnya kamu jadi memiliki waktu lebih lama untuk hidup dekat dengan orang tua dan orang-orang tersayang.

Penutupan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan, Bantul, Yogyakarta menyebabkan kondisi sampah yang tidak terkendali. Langkah ini diambil karena kapasitas penampungan sampah di lahan TPA Piyungan sudah melebihi batas. kesadaran masyarakat akan sampah masih sangat minim. Peraturan mengenai pengelolaan sampah telah lama diatur dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah. Sayangnya, implementasi dari regulasi tersebut masih sangat kurang. Sudah disebutkan tentang 3R (Reduce, Reuse, Recycle).  Kaiser  (1998)  menjelaskan  perilaku  pro-lingkungan  sebagai  tindakan  yang  berorientasi  pada unsur  pelestarian  lingkungan.  Beberapa  aspek  perilaku  pro-lingkungan  menurut  Kaiser  (1998)  yaitu konservasi energi, mobilitas dan transportasi, menghindari limbah, daur ulang, konsumerisme, perilaku konservasi. Contoh perilaku pro-ligkungan diantaranya mengurangi penggunaan plastik, menggunakan listrik seperlunya, berjalan kaki atau menggunakan  kendaraan umum  ke  daerah yang dekat, dan lain-lain (Kaiser, Oarke, & Bogner,  2007).

Pertama, prinsip Reduce berarti kita harus berusaha mengurangi jumlah sampah yang dihasilkan, dengan cara menghindari penggunaan barang-barang yang tidak diperlukan, seperti kantong plastik sekali pakai, botol air minum, dan kemasan makanan sekali pakai. Sebagai gantinya, kita dapat menggunakan kantong belanja yang dapat digunakan kembali, botol air minum yang dapat diisi ulang, dan kemasan makanan yang dapat digunakan kembali. Kedua, prinsip Reuse kita harus memanfaatkan kembali barang-barang yang masih dapat digunakan, contohnya kalender bekas untuk dijadikan tas oleh-oleh. Ketiga, prinsip Recycle berarti kita harus memanfaatkan sampah yang dapat didaur ulang, seperti membuat pupuk kompos, eco enzyme dan sabun cuci piring.

Dalam mengelola sampah, prinsip 3R memang sangat penting untuk dijadikan acuan. Namun, penerapannya harus dilakukan secara konsisten dan terus-menerus. Dengan demikian, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan sehat. Jadi Persepsi yang positif terhadap perilaku pro-lingkungan dan terhadap sampah akan mempengaruhi perilaku seseorang menjadi lebih peduli terhadap lingkungan. Hal tersebut menjadi penting dalam rangka mengurangi dampak negatif dari kerusakan lingkungan sehingga tercipta lingkungan yang berkelanjutan.

 

Daftar pustaka :

Kaiser,  F.  G.  (1998). A  general  measure  of  ecological  behavior. Journal  of  Applied  Social  Psychology, 28(5), 395–422.

Kaiser, F. G., Oerke, B., & Bogner, F. X. (2007). Behavior-based environmental attitude: Development of an  instrument  for  adolescents.Journal  of  Environmental Psychology, 27(3),  242–251. https://doi.org/10.1016/j.jenvp.2007.06.004

Niandre, 2009, Stress Lingkungan Dan Cara Penanggulangannya diakses dari http://niandre7lovely.wordpress.com/2009/07/08 diakses 1 november 2023

Walgito, Bimo. 2004. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi.

 

Related Posts:

0 komentar:

Posting Komentar