UJIAN AKHIR SEMESTER
PSIKOLOGI INOVASI
Dosen Pengampu: Dr.,Dra
Arundati Shinta MA
Oleh
Siti
Nurma Ria Ulfa
21310410174
Fakultas
Psikologi
Universitas
Proklamasi 45 Yogyakarta
2024
1.
Pada era
saat ini, dimana mahasiswa diharapkan untuk
mampu berkompetisi dengan
siapapun, kapanpun dan
dimanapun. Untuk itu,
berpikir kreatif dan
inovatif menjadi suatu
keharusan, karena hanya
dengan berpikir kreatif
dan inovatif kita
akan tetap exist
dan survive, terutama dalam
menghadapi tantangan global.
Pengembangan berbagai solusi
atas permasalahan yang
muncul merupakan sumber penting untuk membangun keunggulan
kompetitif. Ini artinya,
kreatif dan inovatif
merupakan bagian penting
dalam melahirkan dan menciptakan nilai tambah dan keunggulan
(thinking new thing
and doing new
thing or create
the new and
different) (Suryana, 2010:
190-191).2. Sosok Entrepreneura. Konsep Entrepreneur Kata
entrepreneur (Wijatno, 2009: 2) berasal dari bahasa Prancis, entre
berarti antara, dan pendre berarti mengambil.
Kata ini pada
dasarnya untuk menggambarkan
orang-orang yang berani
mengambil resiko dan
memulai sesuatu yang baru.
Entrepreneur dalam bahasa kita bisa dikatakan
sebagai wirausaha. Secara etimologi,
wirausaha berasal dari
bahasa Sanksekerta, yaitu
wira dan usaha. Wira berarti manusia unggul, teladan,
berbudi luhur, berjiwa besar,
berani, pahlawan atau
pendekar kemajuan, dan
memiliki keagungan watak.
Usaha berarti upaya
yang dilakukan untuk mendapatkan manfaat atau keuntungan.
Paul A. Bell memperkenalkan skema persepsi untuk
menjelaskan perbedaan cara berpikir kreatif dan perilaku inovatif. Dalam
konteks mahasiswa, ini dapat diuraikan sebagai berikut:
Cara Berpikir Kreatif:
Definisi: Berpikir
kreatif adalah kemampuan untuk menghasilkan ide-ide baru dan orisinal. Ini
melibatkan proses mental yang fleksibel dan imajinatif. Proses ini biasanya melibatkan brainstorming,
eksplorasi ide tanpa batasan, dan mencari berbagai kemungkinan solusi untuk
satu masalah. Fokus: Lebih berfokus pada
ide dan konsep. Tujuannya adalah menghasilkan ide yang unik dan berbeda dari
yang sudah ada. Skema Persepsi Menurut Paul A. Bell, skema persepsi untuk
berpikir kreatif melibatkan cara pandang yang terbuka dan tidak terikat oleh
norma atau konvensi yang ada. Mahasiswa yang berpikir kreatif cenderung
memandang situasi dari berbagai sudut pandang dan tidak takut untuk mengusulkan
ide-ide yang mungkin terlihat tidak biasa atau kontroversial.
Perilaku Inovatif:
Definisi: Perilaku
inovatif adalah tindakan mengimplementasikan ide-ide baru menjadi sesuatu yang
bermanfaat. Ini melibatkan proses eksekusi dari ide kreatif menjadi produk,
layanan, atau metode yang bisa digunakan.Proses ini melibatkan perencanaan,
pengujian, evaluasi, dan penyesuaian. Ini memerlukan keterampilan manajemen
proyek, kolaborasi, dan seringkali melibatkan pemecahan masalah praktis dan berfokus
pada aplikasi praktis, implementasi. Tujuannya adalah menciptakan nilai tambah
melalui penerapan ide-ide kreatif. Skema Persepsi : Skema persepsi untuk
perilaku inovatif, menurut Bell, mencakup cara pandang yang lebih pragmatis dan
terfokus pada hasil. Mahasiswa yang berperilaku inovatif cenderung berpikir
tentang bagaimana ide-ide tersebut dapat diwujudkan dan diimplementasikan dengan
efektif. Mereka melihat keterbatasan sebagai tantangan yang harus diatasi,
bukan sebagai hambatan. Dalam konteks pendidikan, penting untuk mendukung kedua
aspek ini. Cara berpikir kreatif perlu didorong melalui lingkungan belajar yang
merangsang imajinasi dan kreativitas, sementara perilaku inovatif dapat
dikembangkan dengan memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk mengerjakan
proyek-proyek nyata dan berkolaborasi dalam tim. Dengan demikian, skema
persepsi dari Paul A. Bell dapat membantu memahami bagaimana cara berpikir
kreatif dan perilaku inovatif saling melengkapi dalam pengembangan kompetensi mahasiswa.
Perbedaan cara berpikir kreatif dan perilaku inovatif pada
dua jenis mahasiswa tersebut dapat dijelaskan dengan menggunakan skema persepsi
dari Paul A. Bell dan kawan-kawan. Skema persepsi ini melibatkan bagaimana
seseorang memproses informasi dari lingkungannya dan bagaimana persepsi ini
mempengaruhi tindakan dan perilaku individu.
1. Mahasiswa yang Mengumpulkan Tugas Seadanya:
- Faktor Eksternal:
Mahasiswa mungkin melihat tugas ini hanya sebagai syarat akademis, bukan
sebagai kesempatan untuk belajar atau berinovasi. Mereka mungkin merasa tugas
ini tidak relevan dengan tujuan jangka panjang mereka atau terlalu sulit.
-Faktor Internal:
Mahasiswa ini mungkin memiliki self-efficacy yang rendah terkait kemampuan
mereka untuk berpikir kreatif dan berinovasi. Mereka mungkin juga memiliki
motivasi intrinsik yang rendah dalam mengerjakan tugas ini.
-Proses Kognitif:
- Pengalaman Masa
Lalu: Jika mereka sebelumnya tidak pernah mendapatkan dukungan atau pengakuan
saat mencoba berpikir kreatif, mereka mungkin enggan berusaha lebih.
- Harapan dan
Keyakinan: Mereka mungkin memiliki harapan yang rendah terhadap kemampuan
mereka sendiri dan hasil akhir yang akan dicapai.
-Perilaku:
-Tindakan Minim:
Akibat persepsi dan proses kognitif tersebut, mereka hanya berusaha sebatas
minimum yang diperlukan untuk memenuhi syarat tugas. Mereka mungkin tidak
mencari ide-ide baru atau cara-cara kreatif untuk memanfaatkan sampah.
-Hasil yang Tidak
Memuaskan: Hasil akhir yang seadanya mencerminkan kurangnya usaha dan
ketelitian dalam proses pembuatan.
Mahasiswa yang Mampu
Menciptakan Produk Menarik:
Persepsi:
- Faktor Eksternal:
Mahasiswa ini mungkin melihat tugas ini sebagai kesempatan untuk mengembangkan
keterampilan baru dan menunjukkan kemampuan mereka. Mereka mungkin memiliki
pandangan positif tentang potensi manfaat tugas ini bagi masa depan mereka.
- Faktor Internal:
Mereka memiliki self-efficacy yang tinggi, percaya pada kemampuan mereka untuk
berpikir kreatif dan menghasilkan sesuatu yang inovatif. Motivasi intrinsik
mereka tinggi, baik karena minat pribadi maupun karena mereka melihat nilai
dalam tugas tersebut.
Proses Kognitif:
- Pengalaman Masa
Lalu: Mahasiswa ini mungkin pernah mendapatkan penghargaan atau pengakuan
ketika mencoba berpikir kreatif, yang meningkatkan keyakinan mereka.
- Harapan dan
Keyakinan:Mereka memiliki harapan yang tinggi terhadap hasil akhir dan percaya
bahwa usaha yang mereka lakukan akan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat dan
memuaskan.
Perilaku:
- Tindakan Aktif: Mereka
berusaha keras mencari ide-ide baru, bereksperimen dengan bahan-bahan yang ada,
dan mungkin mencari inspirasi dari berbagai sumber. Ketelitian mereka dalam
proses pembuatan menunjukkan komitmen mereka untuk menghasilkan karya yang
berkualitas tinggi.
- Hasil yang
Memuaskan: Produk yang dihasilkan tidak hanya fungsional tetapi juga menarik
dan inovatif, mencerminkan usaha dan ketelitian yang mereka berikan.
Kesimpulan:
Persepsi menjadi dasar terbentuknya suatu perilaku.
Mahasiswa yang memiliki persepsi positif, self-efficacy yang tinggi, dan
motivasi intrinsik yang kuat cenderung menunjukkan perilaku inovatif dan
menghasilkan karya yang menarik. Sebaliknya, mahasiswa yang memiliki persepsi
negatif, self-efficacy yang rendah, dan motivasi intrinsik yang lemah cenderung
hanya memenuhi syarat minimum tugas dan menghasilkan karya yang seadanya.
2.
Film "MacGyver" yang
dibintangi oleh Richard Dean Anderson dikenal karena tokoh utamanya, Angus
MacGyver, yang selalu berhasil keluar dari situasi sulit dengan menggunakan
kreativitas dan inovasi. Beberapa perilaku yang mendukung inovasi-inovasi ini
meliputi berpikir kritis dan analitis : MacGyver mampu menganalisis situasi
dengan cepat dan menemukan solusi praktis dengan menggunakan barang-barang
sederhana di sekitarnya. Kemampuan untuk melihat masalah dari berbagai sudut
pandang dan berpikir secara analitis sangat penting dalam inovasi. Kreativitas
dan Imajinasi kemampuan MacGyver untuk berpikir di luar kebiasaan dan menemukan
cara-cara baru untuk menggunakan objek sehari-hari merupakan inti dari
inovasinya. Kreativitas ini memungkinkan dia untuk menemukan solusi yang tidak
konvensional namun efektif. Pengetahuan Teknis yang Luas MacGyver memiliki
pengetahuan yang luas dalam berbagai bidang seperti kimia, fisika, dan teknik.
Pengetahuan ini memungkinkan dia untuk memanfaatkan prinsip-prinsip ilmiah dan
teknis dalam menyelesaikan masalah.Ketahanan dan Adaptabilitas*: MacGyver
menunjukkan ketahanan dalam menghadapi tekanan dan kemampuan untuk beradaptasi
dengan cepat terhadap perubahan situasi. Kemampuan ini sangat penting untuk
tetap fokus dan menemukan solusi meskipun dalam kondisi yang sulit.
Kolaborasi dan Komunikasi meskipun sering bekerja sendiri,
MacGyver juga mampu bekerja sama dengan orang lain ketika diperlukan. Kemampuan
untuk berkomunikasi dengan jelas dan bekerja dalam tim dapat meningkatkan
kreativitas dan inovasi melalui pertukaran ide.Pemikiran Sistemi MacGyver
sering melihat masalah sebagai bagian dari sistem yang lebih besar dan
mempertimbangkan bagaimana elemen-elemen berbeda saling berinteraksi. Pemikiran
sistemik ini membantu dalam merancang solusi yang lebih efektif dan
berkelanjutan, Keingintahuan dan Pembelajaran berkelanjutan MacGyver selalu
tertarik untuk belajar hal-hal baru dan memperluas pengetahuannya.
Keingintahuan ini mendorong inovasi karena membuka peluang untuk menemukan
metode atau teknik baru yang belum pernah dicoba sebelumnya, Perilaku-perilaku
ini membantu MacGyver untuk mengatasi berbagai kesulitan dengan cara yang
inovatif dan kreatif, menjadikannya ikon dari pemecahan masalah yang cerdas dan
efisien.
Daftar Pustaka
Patimah, A.S., Shinta, A. & Al-Adib, A. (2024). Persepsi
terhadap lingkungan. Jurnal Psikologi.
20(1), Maret, 23-29.
https://ejournal.up45.ac.id/index.php/psikologi/article/view/1807
Sarwono,
S. W. (1995). Psikologi lingkungan.
Jakarta: Grasindo & Program Pascasarjana Prodi Psikologi UI