Rabu, 02 Oktober 2024

Psi. Inovasi : Essay 1 - Wawancara Tetang Disonansi Kognitif (Adi Setiyanto - 22310410004)

 

“PANDANGAN PEROKOK AKTIF DALAM DUNIA PEKERJAAN”

PSIKOLOGI INOVASI

ESAI 2- WAWANCARA TENTANG DISONANSI KOGNITIF

DOSEN PENGAMPU: Dt., Dra. ARUNDATI SHINTA, MA.

 

 

ADI SETIYANTO

22310410004

 

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS PROKLAMASI 45

YOGYAKARTA

2024

 

Merokok adalah praktik menghisap asap dari tembakau yang dibakar, biasanya melalui rokok, cerutu, atau pipa. Tembakau mengandung nikotin, zat adiktif yang dapat menyebabkan ketergantungan.

Merokok memiliki berbagai dampak kesehatan yang serius, termasuk peningkatan risiko penyakit jantung, kanker paru-paru, dan masalah pernapasan. Selain itu, merokok juga dapat memengaruhi orang di sekitar perokok melalui asap rokok pasif.

Di banyak negara, upaya untuk mengurangi angka perokok dilakukan melalui kampanye kesehatan, regulasi, dan peningkatan kesadaran tentang bahaya merokok.

Pada Rabu, 2 Oktober 2024 saya melakukan wawancara kepada seseorang perokok aktif. FS usia 27 tahun bekerja sebagai promotor handphone. FS menjelaskan awal dia merokok  dari usia 23 th, karena sekelilingnya merupakan perokok aktif.

Menurut FS perokok aktif lebih baik daripada perokok pasif, dia berasumsi merokok tidak merokok juga akan tetap mati. FS menyadari terkait bahaya merokok untuk Kesehatan tubuhnya, dan dengan sadar melakukannya karena ketergantungan. FS merasa dengan merokok dia menjadi lebih relax, dan enjoy.

Dalam psikologi, mekanisme pertahanan adalah cara-cara yang digunakan individu untuk melindungi diri dari kecemasan atau ketidaknyamanan emosional. Bagi seorang perokok, mekanisme pertahanan ini dapat muncul dalam berbagai bentuk ketika menghadapi kesadaran akan bahaya merokok. Beberapa mekanisme pertahanan yang mungkin digunakan oleh perokok meliputi:

  1. Rasionalisasi : Perokok mungkin berusaha untuk membenarkan perilaku merokok dengan memberikan alasan yang tampaknya logis, seperti "Merokok membantu saya bersantai" atau "Saya sudah merokok begitu lama, sulit untuk berhenti sekarang."
  2. Penghindaran : Menghindari situasi atau pembicaraan tentang bahaya merokok. Ini bisa termasuk menghindari membaca artikel tentang kesehatan yang berkaitan dengan merokok atau tidak menghadiri acara di mana mereka diingatkan untuk berhenti.
  3. Denial (Penolakan) : Beberapa perokok mungkin menolak untuk menerima bahwa merokok berdampak negatif pada kesehatan mereka. Mereka bisa meyakinkan diri bahwa efek merokok tidak seburuk yang dipikirkan.
  4. Disonansi Kognitif : Ketika perokok menyadari bahwa tindakan merokok bertentangan dengan pengetahuan mereka tentang bahaya kesehatan, mereka dapat mengalami ketidaknyamanan. Untuk mengurangi disonansi ini, mereka mungkin mencari informasi yang mengurangi ketakutan tentang merokok atau menilai risiko yang lebih rendah.
  5. Proyeksi : Seorang perokok mungkin mengalihkan rasa bersalah atau cemasnya kepada orang lain, misalnya dengan menyalahkan stres di tempat kerja atau lingkungan sosial sebagai penyebab mereka merokok.
  6. Pengganti : Beberapa perokok mungkin mencoba mengganti perilaku merokok dengan kebiasaan lain yang lebih sehat, seperti berolahraga, tetapi tetap sulit melepaskan kebiasaan merokok sepenuhnya.

Mekanisme pertahanan ini membantu perokok menghadapi kenyataan yang tidak menyenangkan, tetapi dalam jangka panjang, mereka bisa menghambat usaha untuk berhenti merokok dan mengubah perilaku.

Ada beberapa alasan mengapa seseorang yang sadar bahwa merokok berbahaya tetap melakukannya:

  • Ketergantungan Nikotin : Nikotin dalam tembakau sangat adiktif. Setelah seseorang mulai merokok, tubuhnya dapat menjadi tergantung pada nikotin, yang membuatnya sulit untuk berhenti meskipun mereka menyadari bahaya kesehatan.
  • Pengabaian Risiko : Beberapa orang mungkin menganggap bahwa risiko yang terkait dengan merokok tidak berlaku untuk mereka. Mereka mungkin merasa bahwa penyakit akibat merokok tidak akan menimpa mereka atau berpikir bahwa mereka masih memiliki waktu untuk berhenti.
  • Pola Kebiasaan : Merokok sering kali menjadi bagian dari rutinitas sehari-hari, membuatnya sulit untuk mengubah kebiasaan yang telah terbentuk selama bertahun-tahun.
  • Stres dan Emosi : Banyak perokok menggunakan merokok sebagai cara untuk mengatasi stres atau emosi negatif. Merokok dapat memberikan sensasi relaksasi sementara, sehingga mereka merasa sulit untuk menghilangkan kebiasaan tersebut.
  • Tekanan Sosial : Lingkungan sosial juga dapat memengaruhi keputusan seseorang untuk merokok. Jika mereka berada di lingkungan di mana merokok dianggap normal atau diterima, mereka mungkin merasa lebih sulit untuk berhenti.
  • Minimnya Dukungan : Jika seseorang tidak memiliki dukungan dari keluarga atau teman untuk berhenti merokok, proses penghentian bisa menjadi lebih menantang.
Mengatasi faktor-faktor ini sering kali membutuhkan pendekatan yang komprehensif, termasuk dukungan psikologis, terapi, atau program penghentian merokok.

 

Daftar Pustaka

Bailey, R. Pico, J. (2023) Defense Mechanisms. StatPearls. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK559106/

McLeod, S. PhD (2024) Defense Mechanisms In Psychology Explained (+ Examples). Simply Psychology. https://www.simplypsychology.org/defense-mechanisms.html

Cramer, P. (2003). Defense Mechanisms and Physiological Reactivity Stress. Journal of Personality. 71(2). 221-224.https://doi.org/10.1111/1467-6494.7102001

Yahya, AH. Sukmayadi, Vidi. (2020). A Review Of Cognitive Dissonance Theory and Its Relevance to Current Social Issues. Mimbar. 36(2). 480-488.

0 komentar:

Posting Komentar