Rosita
Permatahati (20310410075)
Program
Studi Psikologi
Fakultas
Psikologi
Universitas
Proklamasi 45 Yogyakarta
Topik |
Culture shock, mahasiswa rantau, cunture
intelligence |
Sumber |
Geofanny, N., dkk. (2022). Penerapan cunture
intelligence pada mahasiswa rantau yang mengalami cunture shock dalam
pembelajaran. Jurnal Khazanah, 14
(1). Agustus: 49 – 55. |
Permasalahan |
Sistem pembelajaran yang
berbeda antara perkuliahan dengan Sekolah Menengah Atas serta budaya yang
berbeda antara daerah asalnya dan daerah perantauannya membuat siswa
mengalami culture shock. Perbedaan yang signifikan tersebut tidak sedikit
berdampak dari mereka yang mengalami kegagalan prestasi akademik atau masalah
drop out. Culture shock yang sering
terjadi pada mahasiswa akan mengakibatkan kondisi yang tidak stabil padanya.
Oleh karena itu, culture shock harus dapat diatasi, salah satunya dengan peningkatan
culture intelligence pada mahasiswa. |
Tujuan Penelitian |
Untuk menjelaskan bahwa culture intelligence
dapat mengatasi culture shock pada mahasiswa. |
Isi |
Mahasiswa rantau pasti mengalami culture shock.
Culture schock dapat diatasi dengan culture intelligence. Mahasiswa yang
memiliki kecerdasan budaya akan mampu mengatasi perubahan-perubahan yang
membuat dirinya cemas, gelisah dan bingung dengan cara sadar akan perbedaan
budaya yang ada disekitarnya. Artinya mahasiswa tersebut harus mempunya beberapa
komponen, antara lain: Kecerdasan metakognisis Merupakan kemampuan
mengendalikan pikiran sehingga individu dapat mengembangkan dan menemukan
cara atau aturan baru untuk melakukan interaksi sosial. Kecerdasan kognitif Keserdasan
ini membantu individu dalam melakukan atau membuat penilaian serta membuat
keputusan dengan tepat, sesuai dengan situasi atau konteks budaya yang
berbeda. Kecerdasan motivasional Kemampuan
mengarahkan atau memusatkan perhatian dan energinya untuk mempelajari dan
mengoptimalkan kemampuan. Kemampuan ini terbagi tida faktor, yaitu faktor
intirinsik, faktor ekstrinsik, dan self efficancy. Kecerdasan perilaku Kemampuan
individu menunjukkan perilaku verbal dan non-verbal secara fleksibel yang
sesuai. Kecerdasan budaya dapat diimplementasikan dengan
beberapa skala. Skala-skala ini menunjukkan tingkat kecerdasan mahasiswa
dalam menangani culture shock. Antara lain: Skala 1 Individu
membuat penilaian berdasarkan budayanya sendiri. Skala 2 Individu
mulai mengenali dan mempelajari norma yang berlaku dalam budaya yang lain. Skala 3 Individu
dapat mengkoordinir dan memahami norma dari budaya lain ke dalam pikirannya
dan dapat mempengaruhi orang dalam merespon keadaan. Skala 4 Individu
mulai mampi menyesuaian pikiran dan perilakunya sesuai norma yang berlaku. Skala 5 Individu
secara otomatis melakukan penyesuaian pikiran dan perilaku. |
Metode |
Disusun dengan menggunakan kajian literature. Penulis
atau peneliti bukanlah orang pertama yang langsung meneliti topic yang
dimaksud, namun meneliti secara tidak langsung atau dari sumber kedua. |
Hasil |
Mahasiswa dengan kecerdasan budaya yang tinggi
dapat mengubah atau menggunakan dua gaya belajar berbeda, yaitu gaya belajar
collaborative dan independent sebagai cara mengatasi culture shock yang dialami.
Mahasiswa dapat melakukan pernukaran ide dan bekerja sama dengan teman yang
berbeda budaya. Gaya belajar independent membantu mahasisiswa memiliki
keinginan mencari tahu suatu hal dengan kemampuannya sendiri serta akan
sangat membantu mendukung pemahaman dan penyerapan informasi baru terutama
terkait dengan budaya-budaya baru yang ditemui di perantauan. Culture
intelligence membantu mahasiswa dalam meningkatkan pemahaman, kerja sama,
berinterkasi dengan teman-temannya. |
Diskusi |
·
Culture shock dapat diatasi dengan culture
intelligence. Culture intelligence memiliki empat kecerdasan, yaitu
kecerdasan kognitif, metakognitif, motivasional, dan perilaku. ·
Dalam mengatasi culture shock secara
keseluruhan, keempat kecerdasan tersebut harus memiliki nilai skala 5. ·
Dalam mengatasi culture shock sistem
pembelajaran mahasiswa dapat memfokuskan dirinya dalam kecerdasan
motivasional dan perilaku, seperti strategi belajar collaborative dan
independent. |
0 komentar:
Posting Komentar