HUBUNGAN
PRESEPSI ORANG-ORANG
DENGAN SAMPAH
Essay Untuk Memenuhi Tugas Ujian Tengah
Semester
Psikologi Lingkungan
Dosen pengampu : Dr.,Dra
Arundati Shinta MA
NELSA AYUANTIKA
22310410070
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS PROKLAMASI 45
YOGYAKARTA
Pengelolaan sampah
yang dilakukan oleh masyarakat berkaitan dengan persepsi masyarakat terhadap
sampah dan kondisi wilayah tempat tinggal khususnya di Yogyakarta di daerah
tempat tinggal saya. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
persepsi masyarakat terhadap sampah, sistem pengelolaan sampah, dan persepsi
masyarakat terhadap keefektifan pengelolaan sampah pada wilayah dengan
topografi yang berbeda. Penelitian ini menggunakan metode survei dengan teknik
pengumpulan data. Teknik analisis yang digunakan adalah teknik crosstabs dan
chi square yang diperoleh dengan menggunakan program SPSS. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwasanya masyarakat di daerah Yogyakarta dengan topografi yang berbeda memiliki
persepsi yang positif terhadap sampah serta menganggap sampah sebagai barang
yang masih dapat didaur ulang. Terdapat perbedaan pengelolaan sampah di lokasi
penelitian semakin datar suatu wilayah maka semakin baik tingkat pengelolaan
sampahnya. Keefektifan pengelolaan sampah menurut persepsi masyarakat dari
berbagai macam aspek lebih dirasakan oleh masyarakat di topografi datar dan
agak berombak.
Isu pembangunan berwawasan lingkungan hidup sering pula dikemukakan
sebagai pembangunan berkelanjutan. Munculnya isu tersebut dilatarbelakangi oleh
pandangan bahwa pembangunan yang dilaksanakan secara terus menerus tidak akan
menguntungkan bagi siapa saja apabila sistem biologis alam yang mendukung
pertumbuhan ekonomi tidak dicermati dengan baik. Salah satu penyangga sistem
biologis tersebut adalah sampah, yang memiliki sebagai barang yang dianggap sudah
tidak terpakai dan dibuang oleh pemilik/pemakai sebelumnya, tetap masih bisa
dipakai jika dikelola dengan prosedur yang benar (Basriyanta, 2007).
Pengelolaan sampah harus dilakukan secara tepat agar sampah yang
dihasilkan tidak menjadi beban bumi dan menyebabkan degradasi lingkungan.
Apalagi Kabupaten Karanganyar sendiri memiliki kondisi topografi wilayah yang
beragam. Kawasan puncak adalah hulu dari berbagai persoalan lingkungan.
Degradasi kawasan puncak dan menurunnya daya dukung lingkungan kawasan ini
berdampak penting terhadap timbulnya berbagai persoalan lingkungan di daerah
hilir. Penanganan persoalan kebiasaan membuang sampah dan limbah ke sungai juga
perlu dimulai dari hulu persoalan di kawasan puncak. Upaya mengubah kebiasaan
dan kemandirian masyarakat mengelola sampah memerlukan dukungan banyak pihak.
Baik melalui penguatan kelembagaan, pemerintah, pengadaan fasilitas kebersihan
dan pengolahan sampah/limbah hingga dukungan kebijakan pemerintah (UU No.18
Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah).Penentuan daerah pada penelitian ini
menggunakan teknik purposive yang merupakan teknik penentuan dengan
pertimbangan tertentu, kriteria penentuan daerah penelitian adalah daerah
permukiman yang berada pada wilayah dengan topografi yang berbeda.
Efektivitas
adalah salah satu cara untuk mengukur sejauh mana aspek yang berupa dampak
positif lingkungan, program 3R (Reduce, Reuse, Recycle), sasaran kebersihan,
retribusi, dan pengangkutan sampah telah dirasakan oleh masyarakat di lokasi
yang berbeda. masyarakat tidak boleh melakukan pembuangan sampah ke sungai
maupun membakar sampah karena akan menimbulkan pencemaran lingkungan, konsep 3R
(Reduce, Reuse, Recycle) harus lebih sering disosialisasikan di masyarakat agar
dapat dijalankan. Karena dengan partisipasi aktif dari masyarakat, misalnya
dalam mensortir jenis sampah, maka pengolahan sampah tentu akan lebih mudah.
Selain itu, juga dengan adanya pembinaan dari BLH kepada masyarakat, agar dapat
memanfaatkan sampah non organic menjadi sebuah barang/kerajinan yang memiliki
nilai jual, perlu dibentuknya program bank sampah di daerah topografi berbukit.
Oleh
karena itu hampir semua orang mempunyai persepsi untuk merusak lingkungan hidup
demi mencukupi kebutuhan ekonomi. Hanya segelintir orang saja yang mempunyai
persepsi untuk merawat lingkungan hidupnya. Perbedaan persepsi tentang
kegawatan kondisi lingkungan hidup inilah yang sering menjadi persoalan dalam
masyarakat. Psikologi lingkungan dituntut untuk membantu menumbuhkan persepsi
pro lingkungan hidup di masyarakat.
Apa
persepsi lingkungan hidup itu? Persepsi terhadap lingkungan hidup adalah
cara-cara individu memahami dan menerima stimulus lingkungan yang dihadapinya.
Proses pemahaman tersebut menjadi lebih mudah karena individu mengaitkan objek
yang diamatinya dengan pengalaman tertentu, dengan fungsi objek, dan dengan
menciptakan makna-makna yang terkandung dalam objek itu. Penciptaan makna-makna
itu terkadang meluas, sesuai dengan kebutuhan individu (Fisher, Bell, &
Baum, 1984).
Daftar
pustaka
Arundati
shinta. 2013. Presepsi terhadap lingkungan. kup45iana. Retrived on April,
2013 from. http://kupasiana.psikologiup45.com/2013/04/persepsi-terhadap-lingkungan.html?m=1
Badan
Standarisasi Nasional (BSN). 2002. Standar Nasional Indonesia (SNI) 19-
2454-2002 tentang Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan,
Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta.
Basriyanta.
2007. Memanen Sampah. Yogyakarta: Kanisius.
Bh
Asmara. 2017. Presepsi masyarakat terhadap sampah dan pengelolaan sampah.
Media.neliti.com
Republik
Indonesia. 2008. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.
Jakarta : Sekretariat Negara.
0 komentar:
Posting Komentar