UJIAN TENGAH SEMESTER –
PSIKOLOGI LINGKUNGAN
Nama : Austaniva
NIM/Kelas : 22310410060/SJ
Dosen Pengampu : Dr., Dra. Arundati Shinta MA
Persepsi Terhadap Lingkungan : Peran 3R Behaviors
Sampah saat ini menjadi persoalan pokok di Provinsi D.I Yogyakarta. Kapasitas tamping TPA Piyungan didesain dapat menampung sampah masuk sebanyak 650 ton/hari. Namun, volume sampah yang masuk dari Kota Yogyakarta, Bantul dan Sleman diatas 700 ton/hari. Pada tahun 2022, sampah yang masuk rerata 747 ton/hari. Tahun 2023, sampah yang masuk masih di atas 700 ton/hari. Sementara pada April – Mei 2023, volume sampah masuk ada di bawah 700 ton/hari. Banyaknya volume sampah yang melebihi kapasitas daya tamping harian ini menjadi salah satu penyebab umum tamping menjadi lebih cepat habis. Saat ini tinggi tampungan sampah di zona A dan B mencapai tinggi 140 meter (melebihi kapasitas). Sebagaimana tercantum pada PP No. 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah RT dan Sampah Sejenis Sampah RT, dan Perda Nomor 3 Tahun 2013 tentang pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis rumah tangga, TPA seharusnya hanya menerima sampah yang telah terpilah dari sumber dan/atau residu saja. Pengurangan dan penanganan sampah wajib dilakukan dan dimulai dari sumbernya dan oleh kabupaten/kota. (sumber: jogjaprov.go.id)
Pariwisata merupakan industry yang tidak dapat dipisahkan dengan keindahan dan kebersihan. Kebersihan lingkungan sebagai salah satu bagian dari sapta pesona yaitu aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah dan kenangan, memiliki peran penting dalam menciptakan kenyamanan bagi wisatawan. Yogyakarta merupakan destinasi wisata yang tidak hanya dikenal oleh wisatawan domestik, namun juga oleh wisatawan mancanegara. Yogyakarta memilik magnet tersendiri bagi para wisatawan karena beragam keindahan alam, pantai dan budaya. Namun kondisi ini tidak sesuai dengan kenyataan. Keindahan Yogyakarta ternodai dengan keberadaan sampah yang tidak diangkut oleh petugas sampah karena ditutupnya TPS Piyungan akibat dari volume sampah yang melebihi batas normal.
Menurut Gelbert dkk (1996) ada tiga dampak sampah terhadap manusia dan lingkungan, yaitu:
- Dampak Terhadap Kesehatan. Sampah yang tidak ditangano dengan baik merupakan tempat berkembang dan bersarang yang baik bagi beberapa organisme seperti: kuman, bakteri, lalat, kecoa, tikus yang dapat menjangkitkan penyakit seperti: diare, kolera, tifus, penyakit demam berdarah, penyakit jamur kulit, dll.
- Dampak Terhadap Lingkung. Sampah yang dibuang secara sembarangan dapat menyebabkan polusi air dan tanah. Sampah yang dibuang di selokan maupun di sungai akan menyebabkan pencemaran air yang dapat menyebabkan gangguan bagi kehidupan berbagai organisme yang hidup di sungai serta laut.
- Dampak Terhadap Keadaan Sosial dan Ekonomi. Sampah yang berserakan dapat mengurangi nilai estetika/keindahan suatu tempat. Keberadaan sampah serta bau yang ditimbulkan dapat mengurangi kenyamanan serta psikologi masyarakat sekitarnya. Secara ekonomi, sampah yang tidak ditanggulangi dengan baik dapat menyebabkan adanya biaya yang tidak terduga, seperti misalnya biaya berobat karena sakit akibat bakteri dan virus yang berasal dari sampah.
Permasalahan sampah yang sering dijumpai di kawasan wisata Yogaykarta, kedepannya bisa membunuh pariwisata itu sendiri. Masalah sampah bisa menjadi boomerang bagi geliat pariwisata di Yogyakarta. Mengacu pada pendapat para ahli, tokoh masyarakat dan keluhan dari wisatawan maka dapat disimpulkan bahwa sampah dapat membahayakan dan mengancam industri andalan Yogyakarta, yaitu pariwisata.
Tidak dapat dipungkiri bahwa pertambahan jumlah penduduk berpengaruh terhadap peningkatan jumlah sampah. Meningkatkan jumlah penduduk Indonesia serta perubahan pola konsumsi dan gaya hidup masyarakat berpengaruh terhadap meningkatnya volume, jenis dan karakteristik sampah yang semakin beragam. Kesadaran masyarakat dalam upaya menjaga lingkungan masih sangat rendah. Masyarakat masih menganggap bahwa permasalahan sampah adalah permasalahan sepele, sehingga membuang sampah sembarangan adalah sesuatu yang wajar dan tidak akan menimbulkan permasalahan besar. Kurangnya sosialisasi tentang hidup sehat serta dampak negatif dari sampah terutama sampah plastik merupakan salah satu penyebab kurangnya pengetahuan masyarakat tentang sampah.
Masyarakat merupakan kunci utama dari permasalahan sampah. Sebagian besar sampah berasal dari sampah rumah tangga. Menurut Mujiburrahmad (2014) dalam anonym, partisipasi masyarakat dalam proses pengelolaan sampah selain dapat mengurangi beban lingkungan mengenai bahaya sampah yang ada, juga dapat mendatangkan nilai keuntungan ekonomis bagi masyarakat apabila sampah dapat dirubah menjadi sesuatu yang berguna dan bermanfaat seperti kerajinan atau barang seni, pupuk organik, dll. Dalam hal pariwisata, wisatawan juga dapat berpartisipasi dalam upaya penanganan sampah dan pelestarian lingkungan dengan membuang sampah di tempat yang telah disediakan kemanapun wisatawan berkunjung. Langkah lainnyua adalah dengan menggunakan atau membeli produk dengan kemasan yang ramah lingkungan. Selain itu wisatawan dapat menyumbangkan ide, wawasan tentang cara pengelolaan sampah sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan.
DAFTAR PUSAKA
Surahma Asti Mulasari, (2012), Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Terhadap Perilaku Masyarakat Dalam Mengeloh Sampah di Dusun Padukuhan Desa Sidokarto Kecamatan Godean Kabupaten Sleman Yogyakarta, Kes Mas, Vol 06, No: 03, ISSN: 1978-0575.
Dina Ediana, Fitri Fatma, Yuniliza, (2018), Analisis Pengolahan Sampah Reduce, Reuse, Recycle (3R) Pada Masyarakat di Kota Payakumbuh, Jurnal Endurance, Vol:03, No: 02, 238-246.
Ni Ketut
Sutrisnawati dan A.A.A Ribeka M.Purwal, (2018), Fenomena Sampah dan Pariwisata
Bali, Jurnal Ilmiah Hospitality Management, Vol: 09, No: 01, PISSN: 2087-5576,
EISSN: 2579-3454.
Portal Resmi
Pemerintah Provinsi D.I Yogyakarta, https://jogjaprov.go.id/berita/kabupatenkota-harus-kurangi-sampah-di-hulu-gubernur-diy-mempersilakan-penggunaan-sg-sebagai-tempat-penampungan-sementara
0 komentar:
Posting Komentar