Kamis, 02 November 2023

Essay UTS Psi.Lingkungan CELYN INTANG AULIA 21310410169-SJ

“Hubungan Persepsi Lingkungan Terhadap Penutupan TPA Sampah Piyungan”

Psikologi Lingkungan Essay Ujian Tengah Semester

Dosen Pengampu : Dr., Dra. Arundati Shinta MA

 


Celyn Intang Aulia

21310410169

Psikologi SJ

Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45

Yogyakarta

 

Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta menutup sementara Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan karena sampah yang ada sudah melebihi kapasitas. Setiap tahunnya volume sampah di TPA Piyungan mengalami peningkatan. TPA Piyungan tidak sanggup untuk menampung sampah dari wilayah Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman, dan Kabupaten Bantul yang mencapai 700 ton setiap hari

Permasalahan sampah di Yogyakarta saat ini merupakan salah satu masalah umum yang belum teratasi secara menyeluruh. Penumpukan sampah dimana-mana akan memberikan dampak buruk bagi lingkungan dan bahkan menimbulkan bahaya pada kesehatan makhluk hidup. Potensi dampak lingkungan yang dapat terjadi beripa pencemaran tanah, pencemaran udara, kebakaran, perubahan penggunaan lahan, berkurangnya estetika, dan pencemaran air. Banyaknya sampah yang dihasilkan masyarakat, kesadaran masyarakat yang kurang terhadap persoalan pengolahan sampah, serta minimnya penegakan hukum juga merupakan salah satu penyebab masalah sampah.

Permasalahan sampah ini pun sering disalahkan pihak pemerintah karena tidak dapat mengatasinya secara cepat. Namun, masyarakat sendiri yang tidak menyadarinya bahwa permasalahan sampah ini tidak harus ditangani oleh pemerintah saja tetapi perlu juga partisipasi dan kesadaran masyarakat dalam melakukan pencegahan dan pemeliharan lingkungan agar tidak terjadi permasalahan sampah.

Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan, dijelaskan mengenai dampak lingkungan yang berarti adanya perubahan lingkungan hidup akibat dari suatu usaha atau kegiatan. Dari pengertian tersebut dampak lingkungan dapat diartikan sebagai adanya suatu perubahan kualitas lingkungan akibat ketidakselarasan antara kegiatan yang dilakukan dengan kondisi lingkungan yang ada. Padahal dampak yang ditimbulkan beragam yang dibagi dalam beberapa aspek , yaitu     :

1.    Aspek Lingkungan

TPA Piyungan sangat rentan menimbulkan dampak buruk untuk lingkungan. Bau yang menyengat menyebabkan kondisi udara tidak lagi nyaman dihirup oleh masyarakat. Bu gas yang timbul dari penimbunan sampah yang semakin lama semakin tidak sedap. Begitu juga dengan kondisi tanah yang buruk karena telah tertimbun sampah bertahun-tahun yang membuat tanah sulit untuk bisa digunakan kembali. Rusaknya tanah dimungkinkan  karena kandungan dari jenis sampah yang bisa merusak struktur tanah. Limbah cair yang mencemari sumur-sumur warga. Apalagi saat musim hujan sudah dipastikan pencemaran air akan semakin meningkat karena berasal air yang tercemar akan menyerap ke tanah dan masuk ke sumur warga.

2.    Aspek Kesehatan

Warga sekitar sering menghirup udara dari pembakaran sampah dan bau menyengat di TPA Piyungan. Jika warga sudah terbiasa menghirup udara disana yang sudah tercemar maka cepat atau lambat mereka akan merasakan sesak napas, gatal-gatal, dan batuk-batuk. Air yang selama ini mereka konsumsi berasal dari PAM yang diambil dari bawah yang jauh dari TPST. (Solikhah Novia Harum, Ahmad Syaiful Hidayat, 2011).

3.    Aspek Ekonomi

Sumber pendapatan sebagai pengepul sampah sangat membantu perekonomian msyarakat sekitar karena kiriman sampah yang masih bisa di jual kembali ke pabrik atau lainnya. Biasanya sampah berupa plastik dan logam bisa di jual lagi.

Dalam mengatasi masalah sampah akan timbul persepsi lingkungan hidup. Persepsi terhadap lingkungan hidup adalah cara-cara individu memahami dan menerima stimulus lingkungan yang dihadapinya (Shinta, 2013). Penerimaan setiap individu dalam mengatasi masalah akan berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan. Begitu juga dengan permasalahan sampah ini. Setiap individu berbeda dalam bertanggung jawab atas sampah yang mereka miliki. Setiap individu memandang berbeda dalam persepsi lingkungan sehingga membentuk tindakan yang berbeda baik yang menguntungkan maupun merugikan lingkungan.

Tindakan dalam mengatasi masalah yang ada disebut dengan coping behavior. Menurut kamus lengkap psikologi coping behavior adalah tingkah laku atau tindakan penanggulangan; sembarang perbuatan, dalam mana individu melakukan interaksi dengan lingkungan sekitarnya, dengan tujuan menyelesaikan sesuatu (tugas, masalah) (Chaplin, 2004). Banyak permasalahan yang ditimbulkan karena sampah dapat membuat seseorang menjadi kebingungan dan stress. Untuk mengatasi stress yag dialami, maka setiap individu perlu mengembangkan strategi adaptasi yang memadai dengan lingkungan.

Tidak hanya pemerintah tetapi masyarakat juga perlu mengembangkan strategi adaptasi terhadap kondisi lingkungan penutupan TPA Piyungan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan mengatasi permasalahan ini dengan menerapkan konsep 3R (Reduce, Reuse, dan Recycle). Konsep ini digunakan karena pengelolaan sampahnya dapat dilakukan setiap orang dalam kegiatan sehari-hari, dimana saja, tidak memakan waktu yang lama, dan mudah.

Reduce atau mengurangi sampah. Pengurangan disini berarti mengurangi pemakaian barang atau produk yang bisa berpotensi menjadi sampah. Manfaat melakukan reduce adalah mencegah polusi, menghemat kebutuhan, menghemat energi, mengurangi emisi gas rumah kaca, mengurangi pencemaran lingkungan, mengurangi sampah yang di daur ulang, dan menggunakan produk secara maksimal. Prinsip ini mendorong individu untuk membeli barang sesuai kebutuhan daripada barang keinginan yang tidak berguna dan akan menjadi sampah. Contoh dari prinsip ini adalah tidak penggunaan kantong plastic diganti dengan tas bebahan kain yang dapat dipakai berulang kali, penggunaan botol minuman yang dapat diisi berulang kali, menggunakan tempat makan sendiri saat membeli makanan, tidak menggunakan sedotan plastic, dan membeli produk dalam kemasan grosir agar meminimalkan produksi sampah.

Reuse berarti menggunakan kembali prosuk yang sudah kita beli. Prinsip ini mempertimbangkan dahulu barang sebelum dibuang dan memperkirakan kemungkinannya untuk digunakan kembali. Contoh prinsip ini adalah menggunakan botol bekas sebagai pot tanaman, menggunakan botol plastic bekas sebagai tempat penyiram tanaman, menggunakan ban bekas sebagai ayunan, dan menyumbangkan pakaian bekas yang masih layak.

Recycle adalah prinsip daur ulang. Daur ulang merupakan proses pengolahan kembali barang-barang yang dianggap sudah tidak mempunyai nilai ekonomis lagi hingga menjado barang yang dapat dimanfaatkan dan mempunyai nilai kembali. Tujuan dilakukan recycle adalah untuk mengatasi limbah yang semakin banyak setiap harinya. Penggunaan barang bekas daripada bahan baru sebagai bajan baku dapat menghemat sumber daya yang ada. Contoh dari kegiatan ini ialah sampah plastic yang didaur ulang menjadi tas, mendaur ulang kertas yang sudah dipakai menjadi kertas baru, mendaur ulang kayu menjadi produk kerajinan yang memiliki nilai guna, dan pengolahan sampah organic menjadi pupuk kompos.

Salah satu manfaat dalam pengelolaan sampah dengan 3R adalah dapat mengurangi sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Dari aksi yang sederhana ini bisa memberi dampak yang signifikan bagi penanganan sampah yang muncul akhir-akhir ini di Yoyakarta.


                                                                                                                                                                                                                                                                                                                     Daftar Pustaka

Chaplin, J. P. (2004). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Rajawali Pers.

Shinta, Arundati. (2013). Persepsi Terhadap Lingkungan. Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta.

Solikhah Novia Harum, Ahmad Syaiful Hidayat, A.A.N.A. (2011). Dampak Keberadaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Terhadap Kondisi Sosial Masyarakat Dusun Ngablak, Desa Sitimulyo, Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul, 1 – 8.

 

 


Related Posts:

0 komentar:

Posting Komentar