“Hubungan Persepsi Lingkungan Terhadap Penutupan TPA
Sampah Piyungan”
Psikologi Lingkungan Essay Ujian Tengah Semester
Dosen Pengampu : Dr., Dra. Arundati Shinta MA
Celyn Intang Aulia
21310410169
Psikologi SJ
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Pemerintah
Daerah Istimewa Yogyakarta menutup sementara Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
Piyungan karena sampah yang ada sudah melebihi kapasitas. Setiap tahunnya
volume sampah di TPA Piyungan mengalami peningkatan. TPA Piyungan tidak sanggup
untuk menampung sampah dari wilayah Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman, dan
Kabupaten Bantul yang mencapai 700 ton setiap hari
Permasalahan
sampah di Yogyakarta saat ini merupakan salah satu masalah umum yang belum
teratasi secara menyeluruh. Penumpukan sampah dimana-mana akan memberikan
dampak buruk bagi lingkungan dan bahkan menimbulkan bahaya pada kesehatan
makhluk hidup. Potensi dampak lingkungan yang dapat terjadi beripa pencemaran
tanah, pencemaran udara, kebakaran, perubahan penggunaan lahan, berkurangnya
estetika, dan pencemaran air. Banyaknya sampah yang dihasilkan masyarakat,
kesadaran masyarakat yang kurang terhadap persoalan pengolahan sampah, serta
minimnya penegakan hukum juga merupakan salah satu penyebab masalah sampah.
Permasalahan
sampah ini pun sering disalahkan pihak pemerintah karena tidak dapat
mengatasinya secara cepat. Namun, masyarakat sendiri yang tidak menyadarinya
bahwa permasalahan sampah ini tidak harus ditangani oleh pemerintah saja tetapi
perlu juga partisipasi dan kesadaran masyarakat dalam melakukan pencegahan dan
pemeliharan lingkungan agar tidak terjadi permasalahan sampah.
Dalam
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan, dijelaskan mengenai dampak lingkungan yang berarti adanya perubahan
lingkungan hidup akibat dari suatu usaha atau kegiatan. Dari pengertian
tersebut dampak lingkungan dapat diartikan sebagai adanya suatu perubahan
kualitas lingkungan akibat ketidakselarasan antara kegiatan yang dilakukan
dengan kondisi lingkungan yang ada. Padahal dampak yang ditimbulkan beragam
yang dibagi dalam beberapa aspek , yaitu :
1. Aspek
Lingkungan
TPA Piyungan sangat rentan
menimbulkan dampak buruk untuk lingkungan. Bau yang menyengat menyebabkan
kondisi udara tidak lagi nyaman dihirup oleh masyarakat. Bu gas yang timbul
dari penimbunan sampah yang semakin lama semakin tidak sedap. Begitu juga
dengan kondisi tanah yang buruk karena telah tertimbun sampah bertahun-tahun
yang membuat tanah sulit untuk bisa digunakan kembali. Rusaknya tanah
dimungkinkan karena kandungan dari jenis
sampah yang bisa merusak struktur tanah. Limbah cair yang mencemari sumur-sumur
warga. Apalagi saat musim hujan sudah dipastikan pencemaran air akan semakin
meningkat karena berasal air yang tercemar akan menyerap ke tanah dan masuk ke
sumur warga.
2. Aspek
Kesehatan
Warga sekitar sering
menghirup udara dari pembakaran sampah dan bau menyengat di TPA Piyungan. Jika
warga sudah terbiasa menghirup udara disana yang sudah tercemar maka cepat atau
lambat mereka akan merasakan sesak napas, gatal-gatal, dan batuk-batuk. Air
yang selama ini mereka konsumsi berasal dari PAM yang diambil dari bawah yang
jauh dari TPST. (Solikhah Novia Harum, Ahmad Syaiful Hidayat, 2011).
3. Aspek
Ekonomi
Sumber pendapatan sebagai pengepul
sampah sangat membantu perekonomian msyarakat sekitar karena kiriman sampah
yang masih bisa di jual kembali ke pabrik atau lainnya. Biasanya sampah berupa
plastik dan logam bisa di jual lagi.
Dalam
mengatasi masalah sampah akan timbul persepsi lingkungan hidup. Persepsi
terhadap lingkungan hidup adalah cara-cara individu memahami dan menerima
stimulus lingkungan yang dihadapinya (Shinta, 2013). Penerimaan setiap individu
dalam mengatasi masalah akan berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan. Begitu juga
dengan permasalahan sampah ini. Setiap individu berbeda dalam bertanggung jawab
atas sampah yang mereka miliki. Setiap individu memandang berbeda dalam
persepsi lingkungan sehingga membentuk tindakan yang berbeda baik yang menguntungkan
maupun merugikan lingkungan.
Tindakan
dalam mengatasi masalah yang ada disebut dengan coping behavior. Menurut kamus lengkap psikologi coping behavior
adalah tingkah laku atau tindakan penanggulangan; sembarang perbuatan, dalam
mana individu melakukan interaksi dengan lingkungan sekitarnya, dengan tujuan
menyelesaikan sesuatu (tugas, masalah) (Chaplin, 2004). Banyak permasalahan
yang ditimbulkan karena sampah dapat membuat seseorang menjadi kebingungan dan
stress. Untuk mengatasi stress yag dialami, maka setiap individu perlu
mengembangkan strategi adaptasi yang memadai dengan lingkungan.
Tidak
hanya pemerintah tetapi masyarakat juga perlu mengembangkan strategi adaptasi
terhadap kondisi lingkungan penutupan TPA Piyungan. Salah satu upaya yang dapat
dilakukan mengatasi permasalahan ini dengan menerapkan konsep 3R (Reduce, Reuse, dan Recycle). Konsep ini digunakan karena pengelolaan sampahnya dapat
dilakukan setiap orang dalam kegiatan sehari-hari, dimana saja, tidak memakan
waktu yang lama, dan mudah.
Reduce atau mengurangi
sampah. Pengurangan disini berarti mengurangi pemakaian barang atau produk yang
bisa berpotensi menjadi sampah. Manfaat melakukan reduce adalah mencegah polusi, menghemat kebutuhan, menghemat
energi, mengurangi emisi gas rumah kaca, mengurangi pencemaran lingkungan,
mengurangi sampah yang di daur ulang, dan menggunakan produk secara maksimal.
Prinsip ini mendorong individu untuk membeli barang sesuai kebutuhan daripada
barang keinginan yang tidak berguna dan akan menjadi sampah. Contoh dari
prinsip ini adalah tidak penggunaan kantong plastic diganti dengan tas bebahan
kain yang dapat dipakai berulang kali, penggunaan botol minuman yang dapat
diisi berulang kali, menggunakan tempat makan sendiri saat membeli makanan,
tidak menggunakan sedotan plastic, dan membeli produk dalam kemasan grosir agar
meminimalkan produksi sampah.
Reuse berarti menggunakan
kembali prosuk yang sudah kita beli. Prinsip ini mempertimbangkan dahulu barang
sebelum dibuang dan memperkirakan kemungkinannya untuk digunakan kembali.
Contoh prinsip ini adalah menggunakan botol bekas sebagai pot tanaman,
menggunakan botol plastic bekas sebagai tempat penyiram tanaman, menggunakan
ban bekas sebagai ayunan, dan menyumbangkan pakaian bekas yang masih layak.
Recycle adalah
prinsip daur ulang. Daur ulang merupakan proses pengolahan kembali
barang-barang yang dianggap sudah tidak mempunyai nilai ekonomis lagi hingga
menjado barang yang dapat dimanfaatkan dan mempunyai nilai kembali. Tujuan
dilakukan recycle adalah untuk
mengatasi limbah yang semakin banyak setiap harinya. Penggunaan barang bekas
daripada bahan baru sebagai bajan baku dapat menghemat sumber daya yang ada.
Contoh dari kegiatan ini ialah sampah plastic yang didaur ulang menjadi tas,
mendaur ulang kertas yang sudah dipakai menjadi kertas baru, mendaur ulang kayu
menjadi produk kerajinan yang memiliki nilai guna, dan pengolahan sampah
organic menjadi pupuk kompos.
Salah
satu manfaat dalam pengelolaan sampah dengan 3R adalah dapat mengurangi sampah
di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Dari aksi yang sederhana ini bisa memberi
dampak yang signifikan bagi penanganan sampah yang muncul akhir-akhir ini di
Yoyakarta.
Daftar Pustaka
Chaplin, J. P. (2004). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta:
Rajawali Pers.
Shinta, Arundati. (2013). Persepsi Terhadap Lingkungan.
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta.
Solikhah Novia Harum, Ahmad Syaiful Hidayat, A.A.N.A.
(2011). Dampak Keberadaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Terhadap Kondisi Sosial
Masyarakat Dusun Ngablak, Desa Sitimulyo, Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul,
1 – 8.
0 komentar:
Posting Komentar