HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI DENGAN PERILAKU ORANG-ORANG YANG BERKENAAN DENGAN SAMPAH
Psikologi Lingkungan Ujian Tengah Semester
Dosen Pengampu: Dr., Dra. Arundati Shinta MA
Alif Yugo Wicaksono
21310410184
Psikologi SJ
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Kota Yogyakarta beberapa waktu lalu mengalami penumpukkan sampah di sepanjang jalan pada titik-titik wisatanya seperti alun-alun selatan, seputaran tugu jogja dan tempat lainnya. Akibatnya banyak wisatan dan penduduk lokal yang merasa tidak nyaman akan hal tersebut, disisi lain penanganan yang dilakukan pemerintah tidak bisa maksimal sebab terjadinya di TPA Piyungan terjadi overload yang mengakibatkan terlambatnya pengangkutan sampah-sampah di daerah jogja. Hal ini ditanggapi serius oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X dengan dibukanya beberapa lahan baru untuk penampungan sementara di Sleman. Tetapi selama menunggu pembukaan tersebut sampah-sampah tersebut masih menumpuk, kurangnya kesadaran masyrakat membuat masalah sampah ini seakan dibiarkan begitu saja. Kurangnya gerakan-gerakan ataupun kegiatan untuk menyelesaikan sampah ini tidak lepas dari persepsi masyarakat terhadap lingkungan hidup khususnya masalah sampah ini.
Persepsi masyarakat yang tidak ingin pusing dan melepaskan tanggung jawab begitu saja membuat sampah di Jogja seakan tidak terurus, ditambah dengan persepsi bahwa sampah itu kotor, sampah itu hanya untuk kalangan bawah dan sampah tidak bisa menghasilkan keuntungan merupakan beberapa persepi yang ada dimasyarakat Jogja. Walaupun begitu sekarang sudah mulai tumbuh perilaku untuk menjaga lingkungan oleh kalangan akademisi, sebagai contoh mahasiswa Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta yang mulai melakukan gerakan-gerakan pro lingkungan hidup seperti gerakan bersih lingkungan dan Before-After pada tempat umum.
Perbedaan persepsi tentang sampah ini menimbulkan perbedaan perilaku dan perlakuan pada sampah atau lingkungan hidup secara umum. Hal ini wajar terjadi sebab kurangnya informasi yang dapat diakses masyarakat tentang bagaimana sampah bisa menghasilkan keuntungan, bagaimana sampah dapat menyelamatkan manusia dari kerusakan lingkungan yang parah. Disatu sisi masyarakat menilai sampah bukan urusan mereka, tidak ada yang bisa dilakukan dari sampah apa lagi baunya yang tidak sedap. Perbedaan persepsi ini yang menjadi persoalan.
Secara psikologi persepsi berkaitan dengan bagaimana cara seseorang berhubungan dengan lingkungannya sehingga manusia dan lingkungan saling berhubungan dan saling mempengaruhi (Egam, 2011). Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera Walgito (2002). Secara mudahnya dapat dijelaskan menggunakan skema atau bagan dari Paul A. Bell dan kawan-kawan (Shinta, 2013).
Nelviyonna (2005) menyebutkan bahwa partisipasi masyarakat dalam pelestarian lingkungan meliputi partisipasi dalam: (1) memanfaatkan lingkungan, (2) mencegah kerusakan lingkungan (3) menanggulangi kerusakan lingkungan. Menurut pendapat diatas masyarakat bisa berperan aktif dalam penyelamatan lingkungan khususnya penanganan sampah dengan cara 3R yaitu Reduce, Reuse dan Recycle. Reduce adalah adalah usaha untuk mengurangi penggunaan barang yang konsumtif dengan menggunakan bara yang tidak sekali pakai. Reuse adalah menggunakan kembali barang hasil konsumtif seperti botol plastik, wadah makanan plastik dan lain sebagainya yang digunakan untuk peruntukan lainnya. Terakhir, Recycle adalah upaya untuk mendaur ulang sampah yang sudah tidak bisa digunakan kembali menjadi benda atau barang yang memiliki manfaat atau nilai jual. Pendekatan pengelolaan sampah seyogyanya dilakukan melalui pendekatan berbasis 3R dan berbasis masyarakat, pengelolaan sampah secara terpadu dengan melaksanakan pengelolaan sejak dari sumbernya (Ayuningtyas, 2019).
Dengan mengubah persepsi masyarakat dari sampah yang tidak ada manfaatnya menjadi sampah yang dapat menghasilkan keuntungan menggunakan perilaku 3R ini dapat dengan efektif mengurangi penumpukkan sampah pada titik-titik wisata di Jogja. Hal-hal seperti menggunakan Spunbond dari pada plastik kresek, menggunakan lagi tempat makan seperti Bucket ayam KFC menjadi wadah benang atau lainnya dan mengubah sampah basah menjadi pupuk kompos merupakan salah satu contoh dari penerapan 3R.
Persepsi bagi lingkungan hidup penting sebagai munculnya perilaku yang peduli akan kelestarian lingkungan (Shinta, 2013). Dari tulisan ini diharapkan masyrakat mengubah persepsinya terhadap sampah. Sampah bisa mendatangkan rezeki jika dimanfaatkan semaksimal mungkin, bukan hanya memandangnya sebelah mata. Perilaku 3R juga menjadi salah satu cara dalam mengolah sampah, masih banyak cara-cara lain yang bisa digunakan.
DAFTAR PUSAKA
Ayuningtyas, R. A. (2019). Penerapan Prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle) Dalam Pengelolaan Sampah di Restoran Cepat Saji KFC Yogyakarta Dalam Era Go-Food (Studi Kasus Restoran Cepat Saji Kfc Sudirman). Universitas Atma Jaya Yogyakarta: Jurnal Skripsi.
Egam, P.P. Tandal, A. (2011). Arsitektur Berwawasan Perilaku (Behaviorisme). Media Matrasain, Vol. 8, Nomor 1.
Nelviyonna. (2005). Peranserta Masyarakat Dalam Upaya Pelestarian Lingkungan Pesisir di Desa Jangkang Kec. Bantan Kabupaten Bengkalis. Tesis Program Pascasarjana Universitas Andalas. Padang.
Shinta, A. (2013). Persepsi Terhadap Lingkungan. Kup45iana. Diakses pada 1 November, 2023 melalui website http://kupasiana.psikologiup45.com/2013/04/persepsi-terhadap-lingkungan.html
Walgito B. (2002). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta.
0 komentar:
Posting Komentar