MENABUNG DI BANK SAMPAH “GEMAH
RIPAH”
Esai 6 – Menjadi nasabah bank sampah
Psikologi Lingkungan
Dosen Pengampu :Dr., Dra. Arundati Shinta, M.A
Oleh: Risky Candra Heryana (21310410155)
Dalam era di mana kepedulian terhadap lingkungan semakin mendesak, menjadi
nasabah bank sampah menjadi langkah kecil yang dapat menghasilkan dampak besar.
Bank sampah bukan hanya sebuah tempat pengumpulan sampah, melainkan sebuah
gerakan yang mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam menjaga keberlanjutan
lingkungan. Sebagai nasabah bank sampah, saya merasakan tanggung jawab untuk
turut serta dalam upaya menciptakan perubahan positif.
Pertama kali saya menjadi anggota di bank sampah “Mawar” yang ada desa saya
dan saya ikut berperan aktif dalam bank sampah tersebut. Saat menjadi nasabah, hal
ini membuka pintu untuk memahami lebih dalam tentang manajemen sampah. Saya
belajar untuk memilah sampah, memisahkan sampah yang dapat didaur ulang maupun
tidak. Langkah sederhana ini membawa kesadaran akan jumlah sampah yang
sebenarnya dapat diubah menjadi sumber daya bernilai kembali. Keikutsertaan sebagai
nasabah bank sampah juga memberikan insentif yang dapat memotivasi tindakan
positif. Skema poin atau imbalan lainnya yang ditawarkan oleh bank sampah
menciptakan dorongan bagi saya untuk secara konsisten membawa sampah daur
ulang. Inilah momen ketika kepedulian lingkungan mendapatkan dimensi lebih dari
sekadar ideologi, melainkan tindakan nyata yang memberikan manfaat baik bagi
lingkungan maupun kantong saya ^^hehe^^.
Karena bank sampah di desa saya sudah tidak aktif, saya mulai mencoba
berpindah ke bank sampah yang menurut saya keren karena bank sampah tersebut adalah
bank sampah pertama di Indonesia dan merupakan pelopor bank sampah di
Yogyakarta dan bank sampah ini buka setiap hari kecuali tanggal merah dan hari
Ahad. Namanya bank sampah “Gemah Ripah” yang beralamat di Jl. Ahmad Yani,
Badegan, Bejen, Bantul. Yang mulai beroperasi sejak 2008 lalu. Bank sampah ini
menerima segala macam jenis sampah rumah tangga, baik organik, non-organik,
hingga minyak jelantah.
Di bank sampah ini, sampah non-organik akan diolah menjadi aneka kreasi
hiasan, sampah organik akan diolah menjadi pupuk kompos. Sedangkan untuk sampah
minyak jelantah, bank sampah menggandeng pihak ketiga untuk mengubah minyak
jelantah menjadi biodiesel. Bank sampah ini dapat mengumpulkan hingga 1 ton
sampah setiap bulan. Bukan hanya itu, bank sampah ini juga berhasil mengelola
dana hingga Rp10.000.000 setiap bulan. Setelah 14 tahun sejak beroperasi, Bank
Sampah Gemah Ripah memiliki 1.800 nasabah dan 1.155 mitra bank sampah yang
tersebar di seluruh Indonesia. Pengelola dari bank sampah ini juga banyak dari
kalangan mahasiswa.
Pada Sabtu, 25 November 2023, saya menyetorkan sampah berupa botol kotor
dengan berat 0,85 kg ke bank sampah dan menerima imbalan sebesar Rp850.
Kemudian pada Jumat selanjutnya, saya kembali menyetorkan sampah botol
kotor seberat 1 kg yang dihargai Rp1.000. Meskipun telah dua kali menyetor,
saya belum memenuhi syarat untuk mendapatkan buku tabungan, karena bank sampah
menetetapkan ketika jumlah sampah mencapai Rp5.000. Sebagai bukti transaksi,
saya menerima surat penerimaan tabungan sampah. Ke depannya, saya berkomitmen
untuk terus menyetor di bank sampah ini.
Saat tantangan lingkungan terus meningkat, menjadi nasabah bank sampah
adalah langkah kecil namun penting menuju perubahan positif. Saya merasakan
bahwa setiap tindakan kecil yang saya lakukan memiliki dampak jauh melampaui
tindakan tersebut. Dengan menjadi nasabah bank sampah, saya berkontribusi pada
gerakan global untuk menjaga keberlanjutan lingkungan dan mewariskannya kepada
generasi mendatang.
0 komentar:
Posting Komentar