HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI DENGAN PERILAKUORANG-ORANG YANG BERKENAAN DENGAN
SAMPAH DI YOGYAKARTA
Psikologi Lingkungan Essay Ujian
Tengah Semester
Dosen Pengamp Dr., Dra Arundati Shinta MA.
Afizain Azidaki Naufal Cahyadi Putra
21310410186
Psikologi SJ
Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Sampah adalah masalah global yang semakin mendesak, mempengaruhi kualitas hidup manusia dan kelestarian lingkungan. Hubungan antara persepsi individu dan perilaku mereka terkait sampah sangat penting dalam usaha mengatasi masalah ini. Persepsi, dalam konteks ini, merujuk pada pemahaman, penilaian, dan keyakinan individu tentang sampah, sedangkan perilaku adalah tindakan nyata yang mereka lakukan dalam mengelola sampah. Hubungan antara persepsi dan perilaku terkait sampah adalah kompleks, dan dapat menjadi kunci dalam membentuk masyarakat yang lebih berkelanjutan.
Yogyakarta, dengan pesona budaya dan keindahan alamnya, adalah salah satu destinasi wisata terkenal di Indonesia. Namun, seperti banyak wilayah lain di dunia, Yogyakarta juga menghadapi tantangan serius dalam pengelolaan sampah. Untuk mengatasi masalah sampah ini, kita perlu memahami hubungan yang kompleks antara persepsi individu dan perilaku orang-orang Yogyakarta terkait sampah. Persepsi, dalam konteks ini, merujuk pada pemahaman, penilaian, dan keyakinan individu tentang sampah, sedangkan perilaku adalah tindakan nyata yang mereka lakukan dalam mengelola sampah. Hubungan antara persepsi dan perilaku terkait sampah adalah esensial untuk membentuk masyarakat yang lebih berkelanjutan di Yogyakarta.
Pengetahuan individu tentang sampah sangat terkait dengan persepsi mereka tentang masalah ini. Pengetahuan adalah dasar dari pemahaman individu tentang dampak sampah terhadap lingkungan dan kesehatan manusia. Orang-orang yang memiliki pengetahuan yang lebih luas tentang praktik-praktik pengelolaan sampah yang berkelanjutan mungkin memiliki persepsi yang lebih baik tentang pentingnya tindakan berkelanjutan.
Dalam konteks psikologi, ada konsep yang disebut "efek pengetahuan," yang mengacu pada hubungan antara pengetahuan dan perilaku. Orang-orang yang tahu lebih banyak tentang masalah sampah mungkin lebih cenderung untuk mengadopsi tindakan berkelanjutan terkait sampah karena mereka memiliki pemahaman yang lebih mendalam tentang dampak negatifnya.
Sampah adalah material sisa yang sudah tidak diinginkan setelah berakhirnya sebuah proses. Sampah merupakan konsep buatan serta konsekuensi dari adanya aktivitas manusia (Tim Penulis PS, 2010). Sampah (limbah padat) dapat diartikan sebagai segala bentuk limbah yang dihasilkan dari kegiatan manusia ataupun hewan yang biasanya berwujud padat dan secara umum sudah dibuang, tidak memiliki manfaat, atau tidak dibutuhkan lagi (Tchobanoglous, Theisen & R. Eliassen, 1977). Kepadatan penduduk di Indonesia saat ini sangat tinggi terutama di wilayah perkotaan. Hal ini juga berdampak pada melonjaknya jumlah sampah atau limbah yang dihasilkan. Berdasarkan data statistik persampahan Indonesia tahun 2008 oleh Kementerian, estimasi timbunan sampah di negara ini sudah mencapai 38,5 juta ton/tahun. Perubahan persepsi diperlukan untuk mengubah perilaku masyarakat terhadap sampah. Persepsi yang dimiliki seseorang mempengaruhi perilaku yang dimunculkan (Ajzen, 2006). Tindakan membuang sampah sembarangan akan meningkat bila tidak ada sanksi tegas yang diberikan kepada penyampah (Lee et al., 2007).
Hubungan antara persepsi dan perilaku orang-orang terkait sampah yang menggunakan konsep 3R (Reduce, Reuse, Recycle) sangat penting dalam usaha menjaga keberlanjutan lingkungan. Berikut adalah hubungan antara persepsi dan perilaku dengan konsep 3R:
1. Reduce (Mengurangi):
● Persepsi: Kesadaran individu tentang
pentingnya mengurangi konsumsi dan pemborosan menjadi faktor penting. Persepsi
individu tentang bagaimana penggunaan berlebihan dapat berdampak negatif pada
lingkungan adalah awal dari perubahan perilaku.
●
Perilaku:
Persepsi ini dapat mendorong individu untuk membeli produk yang lebih tahan
lama, mengurangi konsumsi sumber daya, dan menghindari produk sekali pakai.
Mereka mungkin akan menghindari pemborosan makanan dan barang-barang yang tidak
perlu.
2. Reuse (Menggunakan Kembali):
● Persepsi: Kesadaran tentang manfaat
menggunakan kembali barang-barang, seperti kemasan atau barang bekas, adalah
kunci. Individu perlu memahami bahwa penggunaan kembali dapat mengurangi limbah
dan konsumsi sumber daya yang berlebihan.
●
Perilaku:
Dengan persepsi yang kuat tentang manfaat penggunaan kembali, individu akan
lebih cenderung untuk mempraktikkan penggunaan kembali. Mereka dapat
menggunakan kembali tas belanja, botol air minum, atau barang-barang lainnya
yang sebelumnya dianggap limbah.
3. Recycle (Mendaur Ulang):
● Persepsi: Kesadaran akan pentingnya
daur ulang dalam mengurangi penimbunan sampah dan penggunaan sumber daya yang
efisien adalah inti dari konsep daur ulang. Persepsi individu tentang bagaimana
daur ulang dapat mengurangi dampak lingkungan perlu diperkuat.
●
Perilaku:
Dengan pemahaman yang lebih baik tentang manfaat daur ulang, individu akan
lebih cenderung untuk memisahkan sampah mereka, mengumpulkan barang-barang yang
dapat didaur ulang, dan berpartisipasi dalam program daur ulang yang tersedia.
Mereka juga dapat mendukung praktik daur ulang di tempat kerja dan dalam
komunitas mereka.
Ketersediaan
fasilitas yang ramah lingkungan dan praktis dapat memudahkan individu di
Yogyakarta untuk mengadopsi perilaku berkelanjutan terkait sampah. Sebaliknya,
jika fasilitas-fasilitas ini tidak tersedia atau sulit diakses, individu
mungkin kesulitan untuk mengadopsi praktik-praktik tersebut. Persepsi individu
tentang kebijakan pemerintah, program pendidikan, dan kesadaran lingkungan juga
memainkan peran penting dalam membentuk perilaku yang berkelanjutan terkait
dengan konsep 3R. Semakin tinggi kesadaran dan pemahaman individu tentang
pentingnya 3R dalam pengelolaan sampah, semakin besar kemungkinan mereka untuk
mengadopsi perilaku yang berkontribusi pada keberlanjutan lingkungan. Dalam
konteks ini, pendidikan dan kampanye kesadaran lingkungan dapat berperan
sebagai alat untuk meningkatkan persepsi dan perilaku yang berkelanjutan
terkait dengan 3R dalam pengelolaan sampah.
DAFTAR ISI
Albinsaid, G. (2013). Menyehatkan Indonesia Dengan Sampah. Solo: PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri
Darmawan, B., Saam, Z., & Zulkarnaini. (2010). Hubungan Pengetahuan, Sikap, Perilaku Dan Peranserta Dengan Kesadaran Lingkungan Hidup Serta Kesanggupan Membayar Masyarakat Sekitar Bantaran Sungai Di Kota Pekanbaru. Jurnal Of Environmental Science. 2, (4), 103-116.
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. 2020. Peningkatan sampah plastik dari belanja online dan delivery selama PSBB [Internet]. http://lipi.go.id/berita/single/Peningkatan-Sampah-Plastik-dari-Belanja-Online-dan-Delivery-Selama-PSBB/22037
Abidin Z., 1995. Hubungan Tingkat Partisipasi Ibu Rumah Tangga Dengan Perilaku Manajemen Sampah Dalam Program Solo Berseri di Kecamatan Serengan, Surakarta. Universitas Gajah Mada
Dewi. 2006. Peran Dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga di Desa Batangkuis Pekan Kecamatan Batangkuis Kabupaten Deli Serdang Propinsi Sumatera Utara (Tesis), Sekolah Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Williams, A.M. (2010). Mindfulness And Relationship Health In Couples With ChronicPain. Theses , Wayne State University.
Wood, J.T. (2013). Komunikasi Interpersonal: Interaksi Keseharian Edisi 6. Jakarta:Salemba Humanika
Suyanto, E., E. Soetarto, Sumardjo, dan H. Hardjomidjojo, 2015. Model kebijakan pengelolaan sampah berbasis partisipasi “Green Community” mendukung kota hijau Mimbar 31(1), pp. 143-152
Alfiandra, 2009. Kajian partisipasi masyarakat yang melakukan pengelolaan persampahan 3R di Kelurahan Ngaliyan dan Kalipancur Kota Semarang, Tesis, Universitas Diponegoro, Semarang. [terhubung berkala]. http://eprints.undip.ac.id
0 komentar:
Posting Komentar