MENGANTARKAN JENAZAH, IKUT SERTA DALAM PROSES PEMAKAMAN, DAN MAKNA MENYUNGGI JENAZAH SEBAGAI BENTUK PENGHORMATAN TERAKHIR
PSIKOLOGI INOVASI
Tugas
M6 ESAI3
Dosen Pengampu :
Dr.Dra.Arundita Shinta, MA.
EDWIN DWI YUNIARTO
21310410203
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS
PROKLAMASI 45
YOGYAKARTA
2024
Pada bulan Oktober lalu, saya memiliki pengalaman yang mendalam dan penuh makna saat mengantarkan jenazah seorang warga di Diro RT 57, Diro, Pendowoharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Pengalaman ini mengajarkan saya banyak hal tentang rasa empati, penghormatan terhadap kehidupan yang telah berakhir, dan bagaimana kebersamaan dalam proses pemakaman dapat memperkuat ikatan sosial di masyarakat. Selain itu, melalui prosesi menyunggi jenazah, saya belajar tentang pentingnya rasa tanggung jawab, nilai kemanusiaan, dan bentuk penghormatan terakhir kepada orang yang telah meninggalkan dunia ini.
Kehadiran kita dalam mengantarkan
jenazah adalah bentuk penghormatan terakhir terhadap orang yang telah meninggal
dunia. Proses ini bukan hanya sekadar sebuah ritual, tetapi juga sarana untuk
memberikan doa dan harapan agar almarhum mendapatkan tempat yang layak di
sisi-Nya. Pada hari itu, saya bersama warga setempat mengikuti prosesi
pemakaman dengan penuh khidmat. Ketika jenazah dibawa keluar dari rumah,
suasana terasa begitu hening dan penuh penghormatan. Melihat wajah-wajah yang
turut hadir memberi penghormatan terakhir, saya merasakan betapa berharganya
kehidupan yang telah diakhiri dan betapa pentingnya rasa saling peduli antar
sesama.
Mengantarkan jenazah bukanlah sekadar
prosesi fisik, tetapi lebih merupakan proses emosional yang membawa kita untuk
merenung tentang arti kehidupan, kematian, dan hubungan sosial. Prosesi ini,
yang dimulai dari rumah duka hingga ke makam, mengajarkan kita untuk merasakan
rasa kehilangan dan kebersamaan dalam menghadapi perpisahan. Sebagai bagian
dari komunitas, kita turut merasakan duka dan berusaha memberi dukungan kepada
keluarga yang ditinggalkan, melalui doa, pelukan, atau bahkan hanya sekadar
kehadiran kita yang memberikan kekuatan moral.
Setelah jenazah sampai di pemakaman,
proses selanjutnya adalah pelaksanaan pemakaman itu sendiri. Pada momen ini,
saya merasa menjadi bagian dari suatu tradisi yang telah dilakukan secara
turun-temurun di masyarakat kami, yaitu gotong royong dalam menghadapi
kematian. Masyarakat setempat sangat peduli dan aktif terlibat dalam setiap
tahapan prosesi, dari penggalian liang lahat hingga penutupan makam.
Keikutsertaan saya dalam prosesi
pemakaman ini juga mengingatkan saya pada pentingnya rasa tanggung jawab sosial
dalam kehidupan bersama. Di tengah kesedihan, gotong royong tidak hanya berbicara tentang
kerja fisik, tetapi juga tentang solidaritas dan kepedulian antar sesama.
Melalui kegiatan ini, saya merasakan ikatan yang lebih dalam antara sesama
warga, di mana kita saling membantu tanpa mengharapkan balasan. Ini adalah
cermin dari nilai-nilai luhur yang menjadi dasar kehidupan masyarakat
Indonesia.
Salah satu bagian yang paling
berkesan bagi saya dalam prosesi pemakaman tersebut adalah ketika saya ikut
menyunggi jenazah. Menyunggi jenazah adalah tradisi yang sangat dihormati di
daerah kami. Sebelum jenazah dimasukkan ke dalam liang lahat, beberapa orang
yang terdekat atau dianggap mampu akan menyunggi jenazah. Dalam tradisi ini,
jenazah diangkat oleh beberapa orang dengan hati-hati dan penuh rasa hormat
menuju tempat pemakaman terakhirnya.
Bagi saya, menyunggi jenazah bukan
sekadar tugas fisik, melainkan sebuah simbol penghormatan yang mendalam
terhadap kehidupan yang telah selesai. Tangan yang memegang jenazah, dengan
penuh kehati-hatian, seolah mengingatkan kita tentang betapa rapuhnya kehidupan
ini. Sebagai orang yang mengangkat jenazah, saya merasa dihormati karena diberi
kesempatan untuk menjalankan bagian penting dari prosesi ini. Menyunggi jenazah
bukan hanya berbicara tentang fisik yang diangkat, tetapi juga tentang
bagaimana kita mengangkat nilai-nilai moral dan spiritual yang ada dalam diri
kita.
Selain itu, menyunggi jenazah juga
menjadi momen refleksi bagi saya. Ketika jenazah diserahkan ke liang lahat,
kita semua bersama-sama menyadari bahwa setiap manusia pasti akan menghadapi
akhir hidupnya. Namun, yang terpenting adalah bagaimana kita diperlakukan
setelah meninggal dan seberapa besar penghormatan yang kita terima selama hidup
kita. Proses menyunggi jenazah seakan memberi kita pelajaran tentang ketulusan
hati, penghormatan tanpa pamrih, dan kesadaran akan keterbatasan waktu di dunia
ini.