Selasa, 01 Oktober 2024

ESAI 2- WAWANCARA TENTANG DISONANSI KOGNITIF: MENEMBUS KEBIASAAN: WAWANCARA DENGAN SEORANG PEROKOK_RIFKY BACHTIAR LISANDRA _22310410011_SJ

 

MENEMBUS KEBIASAAN: WAWANCARA DENGAN SEORANG PEROKOK

PSIKOLOGI INOVASI

ESAI 2- WAWANCARA TENTANG DISONANSI KOGNITIF

DOSEN PENGAMPU: Dr., Dra. ARUNDATI SHINTA, MA.

 

RIFKY BACHTIAR LISANDRA

22310410011



 

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS PROKLAMASI 45

YOGYAKARTA

OKTOBER/2024

   



   Di tempat tinggal saya, saya melakukan wawancara dengan M.A., seorang Ojek Online (Ojol) berusia 23 tahun yang telah merokok dari waktu SMA. M.A. adalah contoh jelas dari individu yang mengetahui bahaya merokok, namun masih kesulitan untuk menghentikannya. Wawancara ini bertujuan untuk mendalami Psikologi Inovasi dan kaitannya dengan perilaku merokok.

   M.A. mengakui bahwa ia menyadari dampak negatif merokok bagi kesehatan, seperti risiko penyakit jantung dan kanker paru - paru. "Saya sering membaca berita tentang bahaya merokok," ungkapnya. Namun, ia menambahkan "Walaupun saya tahu, sangat sulit untuk berhenti. Merokok sudah menjadi bagian dari rutinitas saya." Dalam hal ini, M.A. menggunakan mekanisme pertahanan berupa rasionalisasi, meyakinkan dirinya bahwa "semua orang merokok dan banyak yang tetap sehat" untuk meredakan rasa bersalahnya.

   Masalah yang lebih dalam muncul ketika membahas faktor sosial. M.A. merasa tertekan oleh lingkungan kerjanya yang mendukung kebiasaan merokok. "Rekan - rekan saya merokok dan terkadang saya merasa terasing jika tidak ikut" katanya. Ini menunjukkan bagaimana lingkungan dapat memengaruhi keputusan individu, meskipun mereka memiliki pengetahuan yang memadai.

   Dalam konteks Psikologi Inovasi, terdapat konsep yang menyatakan bahwa perubahan perilaku dapat dicapai melalui pendekatan yang lebih kreatif dan kolaboratif. M.A. menyebutkan "Saya pernah mengikuti program berhenti merokok di lingkungan kerja, tetapi kurang mendapatkan dukungan dari teman - teman." Ini menandakan perlunya inovasi dalam program kesehatan, dimana dukungan sosial turut berperan dalam proses perubahan.

   M.A. juga menekankan pentingnya dukungan keluarga dalam upayanya untuk berhenti merokok. "Jika keluarga saya mendukung, mungkin saya akan lebih termotivasi untuk berhenti" ujarnya. Ini menunjukkan bahwa dukungan sosial adalah faktor kunci dalam mengubah kebiasaan merokok.

   Dari wawancara ini dapat disimpulkan bahwa memiliki pengetahuan tentang bahaya merokok saja tidak cukup untuk memotivasi individu berhenti. Pendekatan Psikologi Inovasi yang menekankan dukungan sosial dan menciptakan lingkungan yang mendukung perubahan perilaku sangatlah penting. Seperti yang dinyatakan M.A. "Jika kita dapat menciptakan lingkungan yang mendukung, proses berhenti merokok akan menjadi lebih mudah." Ini menunjukkan bahwa kolaborasi antara individu, keluarga dan lingkungan kerja sangat diperlukan untuk mencapai tujuan kesehatan yang lebih baik.


Daftar Pustaka :

Rahmawati, I., & Sari, D. A. (2017). Perilaku Merokok dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya pada Mahasiswa. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 13(1), 20-27.

Sari, I. K., & Prabowo, H. (2019). Dukungan Sosial dan Perilaku Berhenti Merokok di Kalangan Perokok. Jurnal Psikologi, 15(2), 123-132.

Nindya, P. A. (2020). Pengaruh Program Berhenti Merokok terhadap Kesehatan Mental Perokok. Jurnal Kesehatan, 8(3), 45-54.

Hasanah, U., & Utami, M. (2018). Analisis Pengaruh Lingkungan Sosial terhadap Kebiasaan Merokok di Kalangan Remaja. Jurnal Pendidikan dan Kesehatan, 9(1), 10-18.

Yulianti, R. (2021). Inovasi Program Kesehatan untuk Meningkatkan Kesadaran Berhenti Merokok. Jurnal Kebijakan Kesehatan, 5(2), 89-97.

 

0 komentar:

Posting Komentar