Senin, 04 November 2024

Essay 2 Wawancara Disonansi Kognitif.

 Nama : Endy Zhuans Saputra

Nim : 22310410071

Matkul : Psikologi Inovasi

Dosen Pengampu : Dr., Dra. Arundati Shinta, M.A

Bulan & Tahun Terbit : 4 November 2024 




Disonansi Kognitif dalam Perilaku Merokok: Studi Kasus Pelanggan Laundry

Perilaku merokok tetap menjadi fenomena yang menarik untuk dikaji, terutama ketika dihadapkan dengan kesadaran akan bahayanya. Dalam studi kasus ini, saya mewawancarai Bapak Ahmad (45), seorang pelanggan tetap laundry yang telah merokok selama 25 tahun. Meskipun memahami bahaya merokok, ia tetap mempertahankan kebiasaannya dengan berbagai mekanisme pertahanan diri yang menarik untuk dianalisis.

Dari hasil wawancara, terungkap bahwa Bapak Ahmad menyadari sepenuhnya bahaya merokok bagi kesehatan. Ia bahkan menyebutkan, "Saya tahu rokok ini berbahaya, di bungkusnya saja sudah ada gambar-gambar mengerikan itu. Tapi ya bagaimana, sudah jadi kebiasaan dari dulu." Pernyataan ini menunjukkan adanya disonansi kognitif yang jelas – ketidaksesuaian antara pengetahuan tentang bahaya rokok dan perilaku yang tetap dilakukan.

Dalam menghadapi disonansi ini, subjek menunjukkan beberapa mekanisme pertahanan diri yang dominan:

1. Rasionalisasi

Subjek menciptakan pembenaran rasional untuk perilakunya. "Kakek saya juga perokok berat, tapi bisa hidup sampai 80 tahun. Sepertinya ini tergantung genetik juga," ujarnya. Ini merupakan bentuk rasionalisasi dimana subjek mencari contoh yang mendukung keyakinannya bahwa merokok tidak selalu berakibat buruk.

2. Minimalisasi

Subjek cenderung memperkecil dampak negatif dari perilaku merokoknya. "Saya masih rajin olahraga dan makan sayur kok, jadi ya seimbang lah," jelasnya. Ini menunjukkan bagaimana ia meminimalkan risiko dengan mengompensasinya melalui perilaku sehat lainnya.

3. Displacement

Ketika ditanya tentang upaya berhenti merokok, subjek mengalihkan tanggung jawab pada faktor eksternal: "Sulit berhenti kalau lingkungan kerja masih banyak yang merokok. Lagipula, stres kerjaan juga butuh pelampiasan."

Analisis mekanisme pertahanan diri ini menunjukkan bahwa subjek menggunakan berbagai strategi kognitif untuk mempertahankan perilaku merokoknya. Tujuan dari mekanisme ini adalah untuk mengurangi ketidaknyamanan psikologis yang muncul akibat kesenjangan antara keyakinan (bahaya merokok) dan perilaku (tetap merokok).

Menariknya, ketika ditanya tentang niatnya untuk berhenti, subjek menunjukkan ambivalensi: "Sebenarnya ingin berhenti, tapi belum siap sekarang. Mungkin tahun depan." Pernyataan ini mengindikasikan bahwa mekanisme pertahanan diri yang ia gunakan bersifat temporer dan ada potensi untuk perubahan di masa depan.

Studi kasus ini menggambarkan bagaimana disonansi kognitif dan mekanisme pertahanan diri berperan dalam mempertahankan perilaku yang bertentangan dengan keyakinan. Pemahaman akan dinamika psikologis ini penting dalam merancang intervensi yang efektif untuk membantu perokok dalam proses berhenti merokok.

Daftar Pustaka

Elliot, A. J., & Devine, P. G. (1994). On the Motivational Nature of Cognitive Dissonance: Dissonance as Psychological Discomfort. Journal of Personality and Social Psychology, 67(3), 382-394.

Festinger, L. (1957). A Theory of Cognitive Dissonance. Stanford University Press

0 komentar:

Posting Komentar