ESAI PRESTASI
DIANA WIDIASTUTI
NIM 22310410034
DOSEN PENGAMPU: Dr., Dra. ARUNDATI SHINTA, MA.
Menggerakkan Komunitas Belajar Srikandi untuk Meningkatkan
Layanan PAUD di Kota Yogyakarta
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PROKLAMASI 45
YOGYAKARTA
November 2024
PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) merupakan layanan pendidikan untuk anak sejak lahir hingga usia enam tahun. Menurut Data Referensi Kemendikbudristek, tercatat ada 457 satuan PAUD di Kota Yogyakarta, yang terdiri dari 72 Kelompok Bermain (KB), 118 Satuan PAUD Sejenis (SPS), 229 Taman Kanak-kanak (TK), dan 38 Taman Penitipan Anak (TPA). KB, SPS, dan TPA merupakan satuan PAUD non formal, sedangkan TK adalah satuan PAUD formal. Pada tahun 2021 tercatat ada 692 satuan PAUD, namun kini hanya ada 457 satuan PAUD. Hal ini dikarenakan ada program merger atau regroup pada beberapa satuan PAUD. Regroup ini digagas oleh Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dindikpora) Kota Yogyakarta karena kualitas layanan PAUD yang tidak merata. Beberapa satuan PAUD terutama yang nonformal dianggap tidak mampu memenuhi standar minimal layanan PAUD. Minimnya kompetensi dan kualitas pembelajaran di satuan PAUD menjadi sorotan pemerintah kota Yogyakarta beberapa tahun ini.
Nadiem Makarim ketika masih menjabat sebagai Menteri Pendidikan Republik Indinesia pernah menjelaskan, dari semua riset yang pernah dilakukan terkait PAUD, terlihat jelas bahwa ada korelasi yang sangat besar antara kualitas PAUD dan hasil pembelajaran siswa. Peserta didik yang mendapatkan pendidikan di usia dini, dapat mengakselerasi perkembangan pengetahuan dengan lebih cepat. Selain harus menyenangkan, kualitas PAUD dapat dilihat dari relevansi preparasi peserta didik ke depan. Atau tidak terbatas pada kegiatan membaca, menulis, dan berhitung (calistung). Tapi bagaimana pendidik dapat menjadi jagoan kontekstual, yaitu menjelaskan segala hal dalam konteks kehidupan dan permainan anak. Ia menyebut, setiap daerah di Indonesia memiliki cara yang berbeda mendidik anak usia dini, terutama dalam bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi. inti dari kurikulum PAUD adalah bermain. Semua kegiatan, disusun dalam simulasi permainan, karena evolusi manusia dalam belajar adalah dengan bermain. Kalau permainan bukan menjadi core dari kurikulum PAUD, anak tidak akan mencapai potensi optimal pembelajaran, karena kegiatan belajar dianggap tidak menyenangkan (Adit, 2021).
Atas rekomendasi dari Dindikpora Kabupaten/Kota di daerah Istimewa Yogyakarta, Balai Penjaminan Mutu Pendidikan (BPMP) mengundang beberapa orang yang akan dibimbing untuk menjadi Penggerak Komunitas Belajar (Kombel) dalam upaya peningkatan layanan PAUD. Dari Kota Yogyakarta diundang 3 orang, 2 orang dari PAUD formal dan 1 orang dari PAUD nonformal, yaitu saya sendiri. Dalam bimtek tersebut kami dimotivasi agar bisa menjadi agen perubahan melalui Kombel di wilayah masing-masing.
Komunitas belajar adalah kelompok individu yang memiliki minat, tujuan, atau kebutuhan pendidikan yang serupa, yang secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran bersama-sama. Ini bisa berupa komunitas online, seperti forum diskusi atau grup media sosial, atau komunitas fisik yang berkumpul secara langsung untuk belajar. Salah satu manfaat utama dari komunitas belajar adalah kemampuannya untuk memfasilitasi pertukaran pengetahuan yang kaya dan beragam. Setiap anggota memiliki pengalaman dan pemahaman yang unik, yang dapat diberikan kepada yang lain. Dalam komunitas belajar, seseorang dapat belajar tidak hanya dari instruktur tetapi juga dari sesama anggota yang memiliki latar belakang dan pengalaman yang berbeda. Dalam komunitas belajar, anggota saling mendukung dan memotivasi satu sama lain. Ketika seseorang merasa sulit atau kehilangan semangat, dukungan dari sesama anggota dapat menjadi pendorong yang kuat untuk terus belajar. Ada rasa solidaritas dan keterikatan emosional di antara anggota komunitas yang dapat memperkuat motivasi individu untuk mencapai tujuan pembelajaran mereka. Berinteraksi dengan anggota komunitas belajar memungkinkan seseorang untuk mengembangkan keterampilan sosial, seperti kemampuan berkomunikasi, kerja tim, dan kepemimpinan. Komunitas belajar sering kali menciptakan lingkungan yang aman di mana anggota dapat berlatih dan meningkatkan keterampilan sosial mereka tanpa takut dihakimi atau dihakimi. Komunitas belajar mendorong keterlibatan aktif dalam proses pembelajaran (Nico, 2024).
Sebagai langkah awal, saya menggerakkan pendidik dari 9 satuan PAUD nonformal di Kota Yogyakarta. 9 satuan PAUD ini terbaca memiliki Rapor Pendidikan yang masih merah. Mereka yang masih sangat minim informasi tentang Komunitas Belajar, banyak bertanya kepada saya, bahkan mengeluh dengan kalimat “Opo meneh iki ?”. Sebagai penggerak Kombel, saya harus ekstra sabar menjelaskan dan memberikan motivasi. Tanggal 18 Oktober, saya membuat grup WhatsApp. Komunikasi kami lakukan lewat grup whatsapp. Melalui grup tersebut saya mengajak anggota Kombel untuk melakukan pertemuan pertama secara online via Googgle Meet tanggal 22 Oktober 2024 pukul 21.00. Saya mengajak anggota Kombel untuk membuat kesepakatan bersama tentang waktu dan tempat pelaksanaan, materi, dan biaya. Saya merasa mereka masih kurang antusias dan mengikuti Kombel bukan berdasarkan kebutuhan mereka tapi hanya karena ‘tidak enak’ dengan saya. Maka saya menginisiasi pertemuan tatap muka pertama dengan biaya dari kocek pribadi. Meskipun ada yang berhalangan hadir, kegiatan tetap terlaksana. Dalam pertemuan tatap muka pertama tanggal 26 Oktober 2024 pukul 13.00-14.30 tersebut, saya merasa ilmu-ilmu Psikologi yang saya pelajari, bisa saya implementasikan. Ibarat saya sedang memfasilitasi Konseling Kelompok. Dalam pertemuan tersebut, saya meminta anggota Kombel untuk menyampaikan apa saja permasalahan di satuan PAUD. Dengan beberapa pertanyaan pemantik, muncullah permasalahan merasa kurang termotivasi untuk aktif di PAUD, PAUD tidak berkembang, gaji kecil bahkan ada yang tidak dibayar, kurang dihargai di masyarakat, kurangnya perhatian dari yayasan dan pemerintah, lingkungan sosial budaya yang kurang mendukung pembelajaran, kurangnya pengetahuan dan kreativitas dalam memfasilitasi belajar anak, gedung yang tidak memadai, serta bingung cara menghadapi komplain dari orangtua peserta didik.
Gambar 1
Kegiatan Kombel Srikandi tanggal 26 Oktober 2024
Setelah mendengar permasalahan-permasalahan tersebut, saya menyampaikan manfaat Komunitas Belajar dengan prinsip belajar, berbagi, berkolaborasi. Dalam menggerakan suatu perubahan, baik dalam diri atau kelompok, kesadaran atas kondisi yang dimiliki saat ini sangatlah penting. Gunanya adalah menyusun arah yang tepat kepada harapan yang menjadi tujuan. Tidak harus melakukan perubahan yang megah, tapi mulailah dari hal kecil dan dari diri kita sendiri. Sesi yang hanya 45 menit namun sudah cukup menimbulkan antusiasme dari anggota Kombel. Bahkan dalam pertemuan kedua, pendidik dari KB Seri Derma menawarkan untuk menjadi tuan rumah dan bersedia menyediakan snack dan makan siang untuk kami semua. Sehingga kami jadwalkan pertemuan berikutnya pada tanggal 30 Oktober 2024 pukul 13.00 dan kami sepakati memberi nama Kombel Srikandi, nama tokoh wayang pendekar perempuan, karena anggota Kombel semua perempuan dan mereka semua pejuang pendidikan anak usia dini.
Pada tanggal 27 Oktober 2024 ada pendidik KB Sekar Lintang yang ingin bergabung dalam Kombel. Dengan senang hati kami menyambutnya. Meskipun ia laki-laki, namun tetap tidak keberatan dengan nama Srikandi. Tanggal 30 Oktober 2024, saya mengajak anggota Kombel untuk saling bertukar pikiran, memberikan saran terhadap permasalahan teman, menceritakan pengalaman yang membuat ingin mengabdi di PAUD. Beberapa miskonsepsi tentang Kurikulum Merdeka juga kami telaah bersama melalui pertanyaan-pertanyaan pemantik yang sederhana. Rencana kegiatan hari tersebut hanya sampai pukul 14.30, namun tidak terasa diskusi kami selesai pukul 15.30, dan teman-teman anggota Kombel ingin menjadwalkan lagi pertemuan berikutnya di KB Batik PPBI tanggal 4 November 2024.
Gambar 2
Kegiatan Kombel Srikandi tanggal 30 Oktober 2024
Pergerakan Kombel ini ternyata telah mencuri perhatian dari Kasie Sarpras Dindikpora Kota Yogyakarta dan Himpaudi Kota Yogyakarta. Dengan dukungan mereka, kami mendapatkan fasilitas snack untuk pertemuan berikutnya dan anggota kami membengkak hingga 25 satuan PAUD. Dalam hati saya terharu dan bersyukur, saya tidak menyangka bisa menggerakkan satuan PAUD sebanyak ini. Kasie Sarpras menyediakan fasilitas snack untuk sebanyak dua kali yaitu tanggal 4 dan 6 November 2024.
Gambar 3
Kegiatan Kombel Srikandi tanggal 4 November 2024
Gambar 4
Kegiatan Kombel Srikandi tanggal 6 November 2024
Pada tanggal 6 November 2024, kami menghadirkan penggerak komunitas Read Aloud Jogja (RAJO). RAJO mengajak pendidik PAUD untuk lebih sering menggunakan buku sebagai media pembelajaran anak usia dini dalam upaya meningkatkan daya literasi sejak usia dini. Kombel Srikandi akan kembali mengadakan kegiatan pada tanggal 11 November 2024 di KB Al Amna dengan materi cara menggunakan aplikasi Quiziz untuk pembelajaran.
Saya sangat bersyukur dengan pencapaian ini. Saya mengharapkan agar Kombel Srikandi akan semakin luas kenaggotaannya dan mendapatkan perhatian lebih dari pemerintah setempat. Kombel Srikandi adalah kombel di tingkat Kota Yogyakarta. Langkah selanjutnya adalah saya ingin ‘menyentuh’ langsung pendidik PAUD di 14 kemantren di Kota Yogyakarta dengan menggerakkan Kombel di level kemantren dan satuan pendidikan.
Daftar Pustaka
Data Referensi. Kemendikbudristek https://referensi.data.kemdikbud.go.id/pendidikan/paud/046000/2
Adit, Albertus. (2021). Nadiem Makarim: Seperti Ini Indikator PAUD Berkualitas. Kompas.com. https://www.kompas.com/edu/read/2021/11/05/124434271/nadiem-makarim-seperti-ini-indikator-paud-berkualitas
Nico, Abdullah (2024). Pengertian Komunitas Belajar: Memahami Konsep dan Manfaatnya. RedaSamudera.id. https://redasamudera.id/pengertian-komunitas-belajar/
0 komentar:
Posting Komentar