Wawancara disognasi kognitif
Zainal Derwotubun 22310410061
Dosen Pengampu : Dr., Dra. Arundati Shinta, MA.
Pada wawancara kali ini, subjek adalah seorang aktivis lingkungan yang telah bekerja selama lima tahun di perusahaan industri yang menghasilkan limbah berbahaya. Ia dikenal memiliki kepedulian tinggi terhadap isu lingkungan dan sering mengikuti berbagai kegiatan sosial untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. Namun, posisinya di perusahaan tersebut menimbulkan disonansi kognitif, yaitu konflik antara keyakinannya yang kuat dalam menjaga kelestarian lingkungan dan pekerjaannya yang secara tidak langsung berkontribusi pada polusi.
Ketika ditanya tentang pandangannya terhadap lingkungan, ia menjelaskan bahwa pelestarian alam merupakan bagian dari identitasnya. "Saya percaya kita harus melindungi alam, karena alam adalah sumber kehidupan," ujarnya dengan tegas. Ia juga berbagi bahwa sejak kuliah sudah aktif dalam gerakan lingkungan, dan berusaha menerapkan gaya hidup ramah lingkungan dalam kehidupan sehari-hari, seperti mengurangi penggunaan plastik dan mendaur ulang sampah. Namun, saat pembicaraan mulai beralih ke pekerjaannya di perusahaan industri, ekspresinya berubah. Ketika ditanya bagaimana ia melihat perannya di perusahaan yang menghasilkan limbah industri, ia terlihat ragu. "Saya tahu ini sedikit kontradiktif, tapi saya butuh pekerjaan ini untuk memenuhi kebutuhan keluarga," jawabnya. Ia merasa pekerjaannya memberikan stabilitas finansial yang penting, tetapi menyadari bahwa apa yang dilakukan perusahaannya berpotensi merusak lingkungan.
Dalam menghadapi disonansi tersebut, ia mencoba memberikan pembenaran. Ia mengatakan bahwa dirinya tidak terlibat langsung dalam pembuangan limbah dan bahwa perannya lebih ke bidang administrasi. "Setidaknya, saya bukan orang yang bertanggung jawab langsung atas limbah itu," katanya, seolah mencoba mengurangi beban mental yang dirasakan. Selain itu, ia menyebutkan bahwa ia berusaha melakukan hal-hal positif di tempat kerja, seperti mengusulkan program daur ulang limbah yang lebih efektif dan mengedukasi rekan kerja tentang pentingnya menjaga lingkungan. Wawancara ini menunjukkan bahwa subjek mengalami disonansi kognitif yang cukup mendalam. Di satu sisi, ia memiliki keyakinan yang kuat untuk melindungi lingkungan, tetapi di sisi lain, pekerjaannya berpotensi merusak alam. Untuk mengatasi ketidaknyamanan ini, ia mencari pembenaran dengan melihat perannya sebagai langkah kecil dalam mengubah perusahaan dari dalam dan menganggap kontribusinya sebagai sesuatu yang positif meski kecil.
Wawancara ini mengilustrasikan bagaimana disonansi kognitif dapat muncul dalam situasi nyata dan bagaimana individu berusaha mencari keseimbangan antara keyakinan dan tuntutan kehidupan. Meskipun ia belum menemukan solusi yang ideal, ia terus berusaha untuk tetap setia pada nilai-nilai yang diyakininya sambil tetap memenuhi kebutuhan hidupnya.
0 komentar:
Posting Komentar