Senin, 04 November 2024

Wawancara, Memahami Sikap Mahasiswa Puncak Papua Terhadap Lingkungan Esai 2

Nama                           : Depen Telenggen

Nim                             : 22310410128

Semester                      : 5 (Lima)

Mata Kuliah                : Psikologi Inovasi

Dosen pengampu        : Dr., Dra. Arundanti Shinta, M A

 

Gambar: di lokasi Wawancara hutan kaliurang dengan kedua teman 31 oktober 2024


Memahami Sikap Mahasiswa Puncak Papua Terhadap Lingkungan

Dalam konteks Mahasiswa Puncak Papua, perilaku merokok menjadi isu yang sangat penting untuk diperhatikan. Hal ini dikarenakan merokok tidak hanya berdampak buruk bagi kesehatan individu, tetapi juga memiliki implikasi yang luas terhadap lingkungan dan kehidupan sosial.

Merokok dapat menyebabkan berbagai penyakit berbahaya, seperti kanker, penyakit jantung, dan stroke. Selain itu, paparan asap rokok juga dapat membahayakan orang-orang di sekitar perokok, terutama anak-anak dan ibu hamil. Secara ekonomi, biaya perawatan kesehatan akibat merokok dapat memberatkan individu dan keluarga.

Dampak lain yang tak kalah penting adalah efek merokok terhadap lingkungan. Puntung rokok yang dibuang sembarangan berkontribusi pada pencemaran dan penumpukan sampah non-organik yang sulit terurai. Proses produksi rokok juga menggunakan sumber daya alam secara berlebihan.

Pada level sosial, kebiasaan merokok dapat memicu perilaku berisiko lainnya, seperti konsumsi alkohol atau narkoba. Selain itu, merokok juga dapat memengaruhi interaksi sosial dan persepsi orang lain terhadap individu.

Oleh karena itu, memahami dan mengatasi masalah merokok menjadi sangat penting dalam upaya memperbaiki sikap mahasiswa puncak Papua terhadap lingkungan. Intervensi yang komprehensif, mencakup edukasi, dukungan, dan penyediaan infrastruktur yang memadai, diperlukan untuk mendorong perubahan perilaku yang lebih bertanggung jawab.

Berdasarkan pemahaman tentang situasi di kalangan mahasiswa puncak Papua, dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa faktor yang memengaruhi perilaku mereka terhadap lingkungan.

1. Kesadaran dan Pengetahuan

-          Mahasiswa secara umum memiliki pengetahuan tentang bahaya merokok dan dampak buruk sampah non-organik terhadap lingkungan.

-          Namun, terdapat kesenjangan antara pengetahuan dan praktik sehari-hari. Perilaku yang tidak ramah lingkungan masih banyak ditemukan.

2. Faktor Psikologis

-          Penggunaan rokok dan konsumsi pinang/londo dapat menjadi kebiasaan yang sulit dihentikan, terutama jika tidak ada dukungan dan strategi yang tepat.

-          Perasaan ketergantungan, kecanduan, atau sulit menghindari tekanan sosial dapat menghambat perubahan perilaku.

3. Faktor Sosial

-          Lingkungan sosial di sekitar mahasiswa, seperti teman sebaya, dapat memengaruhi norma dan praktik sehari-hari, termasuk dalam hal merokok dan pembuangan sampah.

-          Kurangnya dukungan dan keteladanan dari tokoh atau pemimpin kampus dapat menjadi tantangan dalam mendorong perubahan.

4. Faktor Praktis

-          Ketersediaan fasilitas dan infrastruktur yang memadai, seperti tempat sampah, area merokok yang terpisah, dll. dapat mendukung perubahan perilaku.

-          Namun, jika fasilitas tersebut tidak tersedia, mahasiswa cenderung akan kembali ke kebiasaan lama yang tidak ramah lingkungan.

Untuk mengatasi tantangan ini, diperlukan pendekatan yang komprehensif, mencakup:

- Peningkatan kesadaran dan pengetahuan melalui edukasi dan kampanye

- Dukungan psikologis dan sosial untuk membantu mahasiswa melepaskan kebiasaan buruk

- Penyediaan infrastruktur dan fasilitas yang mendukung perilaku ramah lingkungan

- Keteladanan dari tokoh atau pemimpin kampus

- Kemitraan dengan pihak terkait, seperti pemerintah daerah dan LSM, untuk menerapkan solusi yang lebih menyeluruh

Dengan pendekatan holistik ini, diharapkan mahasiswa puncak Papua dapat berubah menjadi agen perubahan yang lebih bertanggung jawab terhadap lingkungan di sekitar mereka.


Secara ringkas, dapat disimpulkan bahwa:

1.      Sikap mahasiswa puncak Papua terhadap lingkungan masih perlu ditingkatkan. Meskipun memiliki pengetahuan, praktik sehari-hari belum mencerminkan perilaku yang ramah lingkungan.

2.      Bagi perokok, rasanya sulit untuk berhenti merokok karena faktor psikologis dan sosial. Mereka membutuhkan dukungan dan strategi yang tepat untuk melepaskan kebiasaan.

3.      Dampak rokok memang sangat buruk bagi kesehatan, sehingga penting bagi mahasiswa untuk berusaha menghentikan kebiasaan merokok demi kehidupan yang lebih sehat.

4.      Ketika tidak ada rokok, mahasiswa perokok cenderung akan mencari jalan keluar, seperti mencari teman untuk berbagi atau mengalihkan perhatian. Namun, dibutuhkan komitmen dan tekad yang kuat untuk benar-benar berhenti.

Kesimpulannya, diperlukan pendekatan komprehensif yang melibatkan peningkatan kesadaran, dukungan psikologis dan sosial, serta penyediaan fasilitas yang memadai agar mahasiswa puncak Papua dapat menjadi lebih bertanggung jawab terhadap lingkungan di sekitar mereka.Untuk mengatasi tantangan ini, diperlukan pendekatan yang komprehensif, mencakup.


 

0 komentar:

Posting Komentar