Nama : Depen Telenggen
Nim : 22310410128
Semester : 5 (Lima)
Mata Kuliah : Psikologi Inovasi
Dosen pengampu : Dr., Dra. Arundanti Shinta, M A
Gambar: di lokasi Wawancara hutan kaliurang dengan kedua teman 31 oktober 2024 |
Memahami Sikap
Mahasiswa Puncak Papua Terhadap Lingkungan
Dalam konteks Mahasiswa Puncak Papua, perilaku merokok menjadi isu yang sangat penting untuk diperhatikan. Hal ini dikarenakan merokok tidak hanya berdampak buruk bagi kesehatan individu, tetapi juga memiliki implikasi yang luas terhadap lingkungan dan kehidupan sosial.
Merokok dapat menyebabkan berbagai penyakit berbahaya, seperti kanker, penyakit jantung, dan stroke. Selain itu, paparan asap rokok juga dapat membahayakan orang-orang di sekitar perokok, terutama anak-anak dan ibu hamil. Secara ekonomi, biaya perawatan kesehatan akibat merokok dapat memberatkan individu dan keluarga.
Dampak lain yang tak kalah penting adalah efek merokok terhadap lingkungan. Puntung rokok yang dibuang sembarangan berkontribusi pada pencemaran dan penumpukan sampah non-organik yang sulit terurai. Proses produksi rokok juga menggunakan sumber daya alam secara berlebihan.
Pada level sosial, kebiasaan merokok dapat memicu perilaku berisiko lainnya, seperti konsumsi alkohol atau narkoba. Selain itu, merokok juga dapat memengaruhi interaksi sosial dan persepsi orang lain terhadap individu.
Oleh karena itu, memahami
dan mengatasi masalah merokok menjadi sangat penting dalam upaya memperbaiki
sikap mahasiswa puncak Papua terhadap lingkungan. Intervensi yang komprehensif,
mencakup edukasi, dukungan, dan penyediaan infrastruktur yang memadai,
diperlukan untuk mendorong perubahan perilaku yang lebih bertanggung jawab.
Berdasarkan pemahaman
tentang situasi di kalangan mahasiswa puncak Papua, dapat disimpulkan bahwa
terdapat beberapa faktor yang memengaruhi perilaku mereka terhadap lingkungan.
1. Kesadaran dan
Pengetahuan
-
Mahasiswa secara umum memiliki
pengetahuan tentang bahaya merokok dan dampak buruk sampah non-organik terhadap
lingkungan.
- Namun, terdapat kesenjangan antara pengetahuan dan praktik sehari-hari. Perilaku yang tidak ramah lingkungan masih banyak ditemukan.
2. Faktor Psikologis
-
Penggunaan rokok dan konsumsi
pinang/londo dapat menjadi kebiasaan yang sulit dihentikan, terutama jika tidak
ada dukungan dan strategi yang tepat.
- Perasaan ketergantungan, kecanduan, atau sulit menghindari tekanan sosial dapat menghambat perubahan perilaku.
3. Faktor Sosial
-
Lingkungan sosial di sekitar mahasiswa,
seperti teman sebaya, dapat memengaruhi norma dan praktik sehari-hari, termasuk
dalam hal merokok dan pembuangan sampah.
- Kurangnya dukungan dan keteladanan dari tokoh atau pemimpin kampus dapat menjadi tantangan dalam mendorong perubahan.
4. Faktor Praktis
-
Ketersediaan fasilitas dan infrastruktur
yang memadai, seperti tempat sampah, area merokok yang terpisah, dll. dapat
mendukung perubahan perilaku.
- Namun, jika fasilitas tersebut tidak tersedia, mahasiswa cenderung akan kembali ke kebiasaan lama yang tidak ramah lingkungan.
Untuk mengatasi
tantangan ini, diperlukan pendekatan yang komprehensif, mencakup:
- Peningkatan kesadaran
dan pengetahuan melalui edukasi dan kampanye
- Dukungan psikologis
dan sosial untuk membantu mahasiswa melepaskan kebiasaan buruk
- Penyediaan infrastruktur
dan fasilitas yang mendukung perilaku ramah lingkungan
- Keteladanan dari
tokoh atau pemimpin kampus
- Kemitraan dengan pihak terkait, seperti pemerintah daerah dan LSM, untuk menerapkan solusi yang lebih menyeluruh
Dengan pendekatan
holistik ini, diharapkan mahasiswa puncak Papua dapat berubah menjadi agen
perubahan yang lebih bertanggung jawab terhadap lingkungan di sekitar mereka.
Secara ringkas, dapat disimpulkan bahwa:
1. Sikap mahasiswa puncak Papua terhadap lingkungan masih perlu ditingkatkan. Meskipun memiliki pengetahuan, praktik sehari-hari belum mencerminkan perilaku yang ramah lingkungan.
2. Bagi perokok, rasanya sulit untuk berhenti merokok karena faktor psikologis dan sosial. Mereka membutuhkan dukungan dan strategi yang tepat untuk melepaskan kebiasaan.
3. Dampak rokok memang sangat buruk bagi kesehatan, sehingga penting bagi mahasiswa untuk berusaha menghentikan kebiasaan merokok demi kehidupan yang lebih sehat.
4. Ketika tidak ada rokok, mahasiswa perokok cenderung akan mencari jalan keluar, seperti mencari teman untuk berbagi atau mengalihkan perhatian. Namun, dibutuhkan komitmen dan tekad yang kuat untuk benar-benar berhenti.
Kesimpulannya,
diperlukan pendekatan komprehensif yang melibatkan peningkatan kesadaran,
dukungan psikologis dan sosial, serta penyediaan fasilitas yang memadai agar
mahasiswa puncak Papua dapat menjadi lebih bertanggung jawab terhadap
lingkungan di sekitar mereka.Untuk mengatasi tantangan ini, diperlukan
pendekatan yang komprehensif, mencakup.
0 komentar:
Posting Komentar