Essay 2 - Wawancara Tentang Disonansi Kognitif
Nama : Shinta Pratiwi
Nim : 24310420035
Mata Kuliah : Psikologi Inovasi
Dosen Pengampu : Dr., Dra. Arundati Shinta, M.A
DISONANSI KOGNITIF PADA PENGGUNA MINUMAN ALKOHOL
Pada zaman
sekarang ini penggunaan alkohol mengalami perkembangan pesat baik dari segi
konsumsi, jenis produk maupun cara penyajiannya. Pengguna alkohol seringkali
melibatkan beberapa kelompok pengguna dengan kebiasaan dan pola konsumsi yang
berbeda. Pengguna alkohol paling umum biasanya terdapat di kalangan dewasa muda
yang sekarang sudah di kenal dengan istilah milenial dan Gen Z. Di beberapa
negara pengguna alkohol juga terdapat di kalangan dewasa terutama di negara
dengan tradisi minum alkohol yang kuat.
Orang-orang yang
mengalami kecanduan terhadap minuman alkohol ini merupakan salah satu bentuk
disonansi kognitif yang memunculkan ketegangan saat seseorang ingin menahan
diri dari minum dan tubuh serta pikirannya yang kecanduaan. Pikiran untuk
menahan diri saja sudah membuat seseorang merasa tersiksa apalagi membayangkan
hidup tanpa alkohol. Pada essay kali ini, saya akan mengeksplorasi pengalaman
seseorang yang menjadi pengguna alkohol. Saya melakukan wawancara kepada
narasumber saya yang bernama Dandi, ia merupakan pengguna alkohol aktif di
kalangan milenial. Dandi adalah seorang karyawan swasta di salah satu
perusahaan yang ada di Yogyakarta.
Pada kesempatan
wawancara tersebut, Dandi mengakui kalau dia sudah menjadi pengguna alkohol
sejak SMA hingga sekarang. Dandi mengetahui dan paham apa efek samping yang
akan di rasakan jika ia mengkonsumsi alkohol tetapi hal tersebut tetap saja ia
lakukan walaupun sudah mengetahui efek samping dari penggunaan alkohol. Ketika
saya menanyakan mengapa dia masih mengkonsumsi alkohol jika sudah tau efek
sampingnya, ia berkata “bagi saya itu enak, dengan minum alkohol saya merasa
lebih enjoy, percaya diri, relaks,
tenang dan otaknya lebih bekerja ketika saya minum alkohol”. Andi juga
menyebutkan bahwa sebenarnya ia ingin sekali berhenti untuk mengkonsumsi
minuman alkohol tersebut tetapi sangat sulit karena rasa kecanduan dan
lingkungan pertemanan yang ia jalani. Selain itu, Andi juga menyebutkan bahwa
minuman alkohol sudah hal yang biasa dan menjadi tren untuk perayaan ketika
seseorang mendapatkan keberhasilan di lingkungan pertemanannya, sehingga ketika
ada perayaan ia akan sulit untuk menolak ajakan temannya untuk minum alkohol. Berdasarkan
pernyataan tersebut Andi mengalami disonansi antara keinginannya untuk berhenti
dengan lingkungan pertemanannya yang sulit untuk di hindari.
Dalam wawancara
tersebut, Andi juga sudah merasakan efek samping sejak 3 tahun ke belakang dari
minum alkohol yang sudah betahun-tahun ia lakukan. “Saya merasa perut saya
buncit, mudah lelah dalam beraktivitas dan selalu candu ingin terus menerus
mengkonsumsi alkohol.”. Ketika Dandi sudah mengalami rasa tidak nyaman dengan
kebiasaan buruknya tersebut, ia akan mencoba mengendalikan kebiasaan minumnya
tersebut dan berusaha untuk berhenti berkali-kali ia coba tetapi tidak
berhasil. Dandi menangani cara mengurangi minum alkohol ini dengan minum hanya
sesekali saja, saya bisa mengendalikan rasa keinginan minum alkohol tersebut
tetapi pada kenyataannya hal itu sulit ia lakukan dan hanya terus menerus
menjadi alasan untuk mengatasi perasaan tidak nyaman tersebut. Hingga saat ini
ia masih mengkonsumsi alkohol walaupun sudah merasakan efek sampingnya, hal ini
ia lakukan karena ia merasa sulit untuk meninggalkan lingkungan pertemanan yang
sudah ia jalani selama betahun-tahun. Dalam wawancara yang sudah dilakukan ini,
dapat di simpulkan bahwa disonansi kognitif yang Dandi alami ini perasaan tidak
nyamannya yang bertentangan dengan keinginan untuk berhenti mengkonsumsi
alkohol. Dandi merasa dengan minum alkohol ia akan merasa lebih percaya diri,
dan mudah dalam mengerjakan sesuatu tetapi di samping kenikmatan yang ia
rasakan Dandi juga merasakan efek samping yang membuat penampilannya berubah,
dan mudah lelah ketika sedang beraktivitas.
0 komentar:
Posting Komentar