Rabu, 02 Oktober 2024

Psikologi Inovasi : E2 Wawancara Disonasi Kognitif ( Ilma Putri Andriasih / 22310410059 )

 PSIKOLOGI INOVASI

WAWANCARA DISONANSI KOGNITIF

ESSAY 2



ILMA PUTRI ANDRIASIH

22320410059




DOSEN PENGAMPU  : Dosen Pengampu : Dosen Pengampu : Dr. Dra. Arundati Shinta, MA



Universitas Proklamasi ‘45 

Yogyakarta 


“ DALIH PEROKOK KRETEK BERALIH KE ROKOK ELEKTRIK DINILAI LEBIH SEHAT DARIPADA HARUS BERHENTI  ”



Kecanduan nikotin membuat perokok sulit berhenti meskipun mereka sudah mengetahui bahayanya. Mereka mungkin terus merokok meski menderita gangguan paru-paru atau jantung, menghindari tempat-tempat bebas rokok, dan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan pekerjaan atau pendidikan karena kebiasaan merokok. 


Bahkan pada saat ini banyak yang menggunakan rokok elektrik dengan dalih , rokok elektrik lebih sehat dibanding dengan rokok kretek?. Dalih dari mana yang menjelaskan? 


Seperti halnya R yang dalam wawancara mengaku sebenernya belum bisa untuk benar - benar berhenti untuk merokok sehingga R beralih ke rokok elektrik. 


R sendiri bersikeras bahwa rokok elektrik ini tentu lebih “sehat” dibanding kretek karena kandungan nikotin dan zat adiktif berbahaya lebih sedikit dibanding rokok kretek, hal tersebut menjadi alasan mengapa R beralih ke rokok elektrik daripada berhenti merokok.


Bahkan kecanduan R terhadap rokok elektrik cukup berat, dimana R bisa menghabiskan 3 botol liquid untuk rokok elektrik yang setiap botolnya bisa sampai 100 - 150 ml dengan kandungan 60 nikotin dalam sebulan. Cukup banyak dalam hitungan perokok elektrik. 


Ketika ditanya, tahu tidak apa bahaya dari rokok itu sendiri tanpa membedakan rokok elektrik dan rokok konvensional?, bahayanya bahkan bisa berdampak juga kepada perokok pasif. R mengaku mengetahui bahayanya namun R sendiri juga mengaku sangat sulit untuk menghentikan kecanduan merokok ini sendiri. 


Padahal peralihan dari rokok kretek ke rokok elektrik tidak mengurangi risiko kesehatan. Kedua jenis rokok mengandung nikotin dan bahan berbahaya lainnya yang dapat merusak paru-paru, seperti formaldehida dan asetaldehida, yang bersifat karsinogenik. Rokok elektrik juga dapat menyebabkan kecanduan nikotin, dan penggunaannya berkaitan dengan kondisi serius seperti EVALI (penyakit paru akibat vaping) dan peningkatan risiko kanker paru. 


Rokok elektrik tidak sepenuhnya lebih berbahaya dibandingkan rokok konvensional, tetapi juga tidak sepenuhnya lebih aman. Berikut adalah beberapa alasan mengapa rokok elektrik dapat dianggap berbahaya:


  • Kandungan Nikotin: Rokok elektrik mengandung nikotin, yang dapat menyebabkan kecanduan dan meningkatkan risiko penyakit kronis seperti hipertensi, diabetes tipe 2, dan penyakit jantung.
  • Bahan Berbahaya: Cairan dalam rokok elektrik dapat mengandung formaldehid, propilen glikol, dan gliserol yang dapat berubah menjadi formaldehida jika dipanaskan. Formaldehida ini dapat menyebabkan kanker, terutama kanker paru-paru.
  • Kerusakan Paru-Paru: Aroma yang dihasilkan oleh rokok elektrik berasal dari zat berbahaya seperti diasetil, yang dapat memicu peradangan dan kerusakan pada paru-paru. Ini juga dapat meningkatkan risiko penyakit bronchiolitis obliterans (paru-paru popcorn).
  • Kecanduan: Rokok elektrik dapat menyebabkan kecanduan yang mirip dengan rokok konvensional, dengan gejala seperti stres, mudah marah, gelisah, dan sulit tidur ketika berhenti menggunakan.
  • Bahaya Lain: Rokok elektrik juga dapat meledak jika baterainya terlalu panas, dan asapnya dapat menyebabkan iritasi mata, batuk pilek, sesak napas, dan pusing bagi perokok pasif


Kecanduan rokok, yang secara umum disebabkan oleh nikotin, adalah sebuah kondisi yang sangat sulit untuk diatasi debido kepada beberapa faktor yang kompleks. Here are some key points tentang mengapa kecanduan rokok sangat sulit untuk berhenti:


  1. Mekanisme Kecanduan Nikotin

Nikotin, yang terkandung dalam tembakau, berikatan dengan reseptor asetilkolin nikotinik di otak. Ini menyebabkan pelepasan dopamin, sebuah neurotransmitter yang terkait dengan rasa senang, gembira, motivasi, dan percaya diri. Aktivasi ini mengaktifkan rewards pathway di otak, yang memperkuat stimulasi otak dan memicu ketergantungan fisik terhadap nikotin.


  1. Gejala Putus Nikotin

Ketika kadar nikotin di tubuh berkurang, penderita kecanduan nikotin dapat mengalami gejala putus nikotin, seperti kecemasan, mudah marah, kesulitan konsentrasi, dan keinginan kuat untuk merokok kembali. Gejala-gejala ini membuat sulit bagi perokok untuk berhenti merokok.


  1. Faktor Risiko

Beberapa faktor dapat meningkatkan risiko kecanduan nikotin, termasuk usia muda saat mulai merokok, menderita gangguan mental, tumbuh atau bertempat tinggal di lingkungan perokok, dan memiliki riwayat kecanduan nikotin dalam keluarga. Faktor-faktor ini memperburuk kemampuan seseorang untuk berhenti merokok. 


  1. Metode Pengobatan

Pengobatan kecanduan nikotin dapat dilakukan dengan beberapa metode, seperti berhenti seketika, menunda, atau mengurangi jumlah rokok secara bertahap. Namun, metode-metode ini sering kali memerlukan bantuan medis, konseling, terapi pengganti nikotin, dan obat-obatan seperti bupropion dan varenicline. Meskipun demikian, hanya sekitar 5-7% penderita yang berhasil berhenti merokok tanpa bantuan obat atau terapi.


  1. Fase Perubahan Perilaku

Proses berhenti merokok juga melibatkan beberapa fase perubahan perilaku, termasuk fase pra-kontemplasi, kontemplasi, persiapan, aksi, dan pemeliharaan. Setiap fase memerlukan dukungan dan strategi yang berbeda untuk membantu penderita kecanduan nikotin tetap konsisten dan mencegah keinginan merokok datang kembali.


Dalam keseluruhan, kecanduan rokok adalah kondisi yang kompleks dan memerlukan pendekatan yang holistik dan terstruktur untuk diatasi. Dukungan medis, motivasi, dan komitmen yang kuat sangat penting dalam proses berhenti merokok.



Sumber :

Sriyanto, A., & Pangestu, A. P. (2022). Dampak konsumsi rokok konvensional dan rokok elektrik terhadap kesehatan, penerimaan negara. Jurnal Perspektif Bea dan Cukai, 6(2), 428–450.


Damayanti, D. (2017). Pro dan Kontra Rokok Elektrik. Jurnal Kesehatan, 5(2), 15-25.


Sihaloho, S., & Rum, R. (2020). Gambaran Pengetahuan Bahaya Rokok Elektrik Terhadap Kesehatan. Jurnal Ilmiah, 1(1), 1-10.



0 komentar:

Posting Komentar