Senin, 11 Desember 2023

Esai 4 Eksperimen Tentang Sampah Aditya Nur Ihsan & Maulana Nor Ikhsan

 

Praktek Mengolah Sampah Organik Menjadi Kompos dan Eco Enzyme

Psikologi Lingkungan

Esai 4 – Eksperimen Tentang Sampah

Adiya Nur Ihsan - 22310410133

Maulana Nor Ikhsan 2230410083

Dosen Pengampu : Dr., Dra. Arundati Shinta MA


Sampah organik merupakan salah satu jenis sampah yang sering dihasilkan oleh aktivitas manusia sehari-hari. Sampah ini terdiri dari sisa bahan organik seperti sisa makanan, daun-daun kering, dan sampah organik lainnya. Pembuangan sampah organik menjadi semakin penting karena pesatnya pertumbuhan penduduk dan gaya hidup modern yang menghasilkan sampah dalam jumlah besar. Esai ini menguraikan tentang sampah organik dan upaya pengolahannya untuk menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat.

Permasalahan sampah tersebut diakibatkan oleh rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan sampah, khususnya sampah rumah tangga. Rumah tangga menghasilkan sampah organik dan anorganik setiap hari. Sampah adalah sampah padat yang terdiri dari bahan-bahan organik dan  anorganik yang menurut SKSNI  1990 (Subekti, 2009) yang dianggap sudah tidak berguna lagi, diolah sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan bahaya bagi penyebarannya terhadap pembangunan.

Penumpukan sampah organik menimbulkan berbagai permasalahan baru bagi masyarakat setempat. Namun meski rembesan  sampah organik dapat mencemari air tanah, namun masyarakat masih mengabaikannya karena menganggap sampah organik tidak membahayakan lingkungan. Selain itu, sampah organik melepaskan gas metana ke atmosfer, yang berbahaya bagi organisme hidup dan lingkungan. Oleh karena itu, pengelolaan sampah yang baik sangat penting untuk mengurangi dampak pencemaran lingkungan.

Pada hari Sabtu tanggal 21 Oktober, kami mahasiswa SP psikologi  Universitas Proklik 45 Yogyakarta berkesempatan  belajar di asrama dosen kami Bapak Arundhati Shinta dan melakukan percobaan limbah. Kegiatan ini bertujuan untuk mengembangkan metode  pengelolaan sampah yang inovatif dan kreatif untuk mengubah sampah menjadi barang  yang berguna dan dapat didaur ulang. Kami melakukan eksperimen seperti cara membuat kompos, eco-enzyme (produk buatan Ibu sudah SNI), dan cara membuat tas hantaran dari kertas bekas. Ibu Shinta juga menunjukkan kepada kami cara mengolah sisa  minyak goreng menjadi deterjen piring. Kegiatan percobaan pertama adalah produksi kompos.

Kompos adalah pupuk organik yang dihasilkan dari  penguraian bahan organik secara alami oleh mikroorganisme. Proses ini disebut pengomposan. Bahan yang digunakan dalam pembuatan kompos adalah: daun-daun berguguran, tetes tebu, kapur pertanian, dedak, pakan bakteri EM4, bahan antijamur, air, abu, cangkang telur yang dihancurkan dan disaring, serta  sampah dapur.

Untuk langkah pembuatan kompos adalah sebagai berikut :

1.   Bahan sampah dedaunan dirajang sampai halus

2.   Setelahnya dedaunan yang sudah halus dicampur bahan kapur tani, dedak, abu, dan bubuk cangkang telur lalu dimasukkan ke wadah besar dan diaduk hingga tercampur rata

3.    Tambahkan molase, anti jamur, serta cairan EM4 dan air sesuai takaran lalu aduk rata kembali

4.   Siapkan potongan kardus yang dibalut dengan jaring yang sudah dianyam, kemudian bahan-bahan tadi dimasukkan ke dalamnya.

5.    Tuangkan campuran kompos dan tutup rapat.

Untuk proses inkubasi sampai kompos siap digunakan estimasinya sekitar 2 mingguan. Setelahnya kompos siap digunakan untuk memupuk dan menyuburkan tanaman.

Untuk kegiatan kedua adalah pembuatan eco enzymeEco enzyme atau biasa disebut cairan serbaguna organik adalah cairan alami hasil dari fermentasi limbah dapur organik. Sampah organik yang digunakan bisa dari sisa sayuran atau buah ataupun kulitnya. Untuk menghasilkan eco enzyme yang baik, sampah sayur ataupun buah yang digunakan haruslah sampah organik yang masih segar. Untuk bahan yang digunakan adalah gula, ampas atau sisa sampah sayur/buah dan air. Untuk hasil yang optimal air yang digunakan adalah air matang. Perbandingan bahannya  adalah 1:3:10. Untuk kegiatan eksperimen yang kami lakukan kami memakai takaran 90 gram gula : 270 gram ampas kulit buah (yang sudah diiris halus) : 900 gram air matang.

Untuk proses pembutannya sendiri cukup mudah kita tinggal menyiapkan wadah bersih untuk mencampur gula yang sudah direbus, irisan sampah kulit buah (jeruk, apel, dsb) lalu ditambahkan air matang. Bahan-bahan tersebut kita campur lalu kita masukkan ke wadah yang kedap udara dan diletakkan di tempat yang sejuk dan tidak terkena sinar matahari selama kurang lebih 3 bulan. Setelah 3 bulan eco enzyme ini bisa dipanen dan hasilnya berwarna kecoklatan dan berbau asam khas fermentasi. Eco enzyme yang dipanen bisa disaring untuk memisahkan air sari dan ampasnya. Setelahnya bisa digunakan sebagai pembersih lantai, penghilang bau, campuran cairan cuci piring,  pupuk tanaman dan masih banyak manfaat  lainnya lagi.

Dua kegiatan eksperimen di atas sungguh pengalaman yang sangat berharga untuk kami. Berkesempatan belajar langsung dari Ibu Shinta yang memang sudah  lama bergelut dengan dunia pengelolaan sampah. Bekal ilmu tentang pengelolaan sampah organik yang bisa kami sebarkan pada masyarakat sekitar. Pulangnya pun kami  masih mendapat bonus buah tangan kompos dan sabun cair dengan tas parcel buatan sendiri.

Kesimpulan

Karena pertumbuhan penduduk yang pesat dan gaya hidup modern yang menghasilkan sampah dalam jumlah besar, maka pengolahan sampah organik menjadi semakin penting. Esai ini menguraikan tentang sampah organik dan upaya pengolahannya untuk menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat. Rumah tangga menghasilkan sampah organik dan anorganik setiap hari. Penumpukan sampah organik menghasilkan gas metana,  gas rumah kaca yang sangat kuat yang dapat menyebabkan perubahan iklim global. Selain itu, penguraian sampah organik juga dapat menghasilkan cairan yang dapat mencemari tanah dan air tanah serta menimbulkan kerusakan lingkungan yang signifikan. Oleh karena itu, pengelolaan sampah organik menjadi kunci untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. Untuk itu, untuk meningkatkan kualitas ekosistem alam, dikembangkan pupuk kompos organik yang mendukung proses peningkatan kualitas tanah.

Namun, pengomposan terjadi lebih cepat jika ada campur tangan manusia, seperti penambahan mikroorganisme pembusuk. Banyak petani yang  tertarik menggunakan pupuk organik ini karena kemudahan produksinya dan unsur hara yang terkandung dalam kompos. Prinsip proses produksi eco-enzyme sebenarnya mirip dengan proses produksi kompos, namun karena ditambahkan air sebagai media tanam, produk akhir yang diperoleh dalam bentuk cair lebih disukai karena  mudah digunakan. Anda bisa memanfaatkan kembali botol bekas seperti botol air mineral  yang sudah tidak digunakan lagi sebagai wadah fermentasi.

Daftar Pustaka

Astuti, A. P., Tri, E., Maharani, W., (2020) Semarang, U. M., Semarang, U. M., Semarang, U. M., & Gula, V. (n.d.). Pengaruh Variasi Gula Terhadap Produksi Ekoenzim Menggunakan Limbah Buah Dan Sayur. 470–479

Subekti S. (2009). Pengelolaan sampah rumah tangga 3R berbasis masyarakat. Fakultas Teknik, Teknik Lingkungan Universitas Pandanaran Semarang. http://jurnal.unpand.ac.id

 

Related Posts:

0 komentar:

Posting Komentar