Praktek Mengolah Sampah
Organik Menjadi Kompos dan Eco Enzyme
Psikologi Lingkungan
Esai 4 – Eksperimen
Tentang Sampah
Adiya Nur Ihsan - 22310410133
Maulana Nor Ikhsan 2230410083
Dosen Pengampu : Dr.,
Dra. Arundati Shinta MA
Sampah
organik merupakan salah satu jenis sampah yang sering dihasilkan oleh aktivitas
manusia sehari-hari. Sampah ini terdiri dari sisa bahan organik seperti sisa
makanan, daun-daun kering, dan sampah organik lainnya. Pembuangan sampah
organik menjadi semakin penting karena pesatnya pertumbuhan penduduk dan gaya
hidup modern yang menghasilkan sampah dalam jumlah besar. Esai ini menguraikan
tentang sampah organik dan upaya pengolahannya untuk menciptakan lingkungan
yang bersih dan sehat.
Permasalahan
sampah tersebut diakibatkan oleh rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya
pengelolaan sampah, khususnya sampah rumah tangga. Rumah tangga menghasilkan
sampah organik dan anorganik setiap hari. Sampah adalah sampah padat yang
terdiri dari bahan-bahan organik dan
anorganik yang menurut SKSNI 1990
(Subekti, 2009) yang dianggap sudah tidak berguna lagi, diolah sedemikian rupa
sehingga tidak menimbulkan bahaya bagi penyebarannya terhadap pembangunan.
Penumpukan
sampah organik menimbulkan berbagai permasalahan baru bagi masyarakat setempat.
Namun meski rembesan sampah organik
dapat mencemari air tanah, namun masyarakat masih mengabaikannya karena
menganggap sampah organik tidak membahayakan lingkungan. Selain itu, sampah
organik melepaskan gas metana ke atmosfer, yang berbahaya bagi organisme hidup
dan lingkungan. Oleh karena itu, pengelolaan sampah yang baik sangat penting
untuk mengurangi dampak pencemaran lingkungan.
Pada hari
Sabtu tanggal 21 Oktober, kami mahasiswa SP psikologi Universitas Proklik 45 Yogyakarta
berkesempatan belajar di asrama dosen
kami Bapak Arundhati Shinta dan melakukan percobaan limbah. Kegiatan ini
bertujuan untuk mengembangkan metode
pengelolaan sampah yang inovatif dan kreatif untuk mengubah sampah
menjadi barang yang berguna dan dapat didaur
ulang. Kami melakukan eksperimen seperti cara membuat kompos, eco-enzyme
(produk buatan Ibu sudah SNI), dan cara membuat tas hantaran dari kertas bekas.
Ibu Shinta juga menunjukkan kepada kami cara mengolah sisa minyak goreng menjadi deterjen piring.
Kegiatan percobaan pertama adalah produksi kompos.
Kompos
adalah pupuk organik yang dihasilkan dari
penguraian bahan organik secara alami oleh mikroorganisme. Proses ini
disebut pengomposan. Bahan yang digunakan dalam pembuatan kompos adalah:
daun-daun berguguran, tetes tebu, kapur pertanian, dedak, pakan bakteri EM4,
bahan antijamur, air, abu, cangkang telur yang dihancurkan dan disaring,
serta sampah dapur.
Untuk
langkah pembuatan kompos adalah sebagai berikut :
1.
Bahan sampah dedaunan dirajang sampai halus
2.
Setelahnya dedaunan yang sudah halus dicampur bahan kapur tani, dedak,
abu, dan bubuk cangkang telur lalu dimasukkan ke wadah besar dan diaduk hingga
tercampur rata
3. Tambahkan
molase, anti jamur, serta cairan EM4 dan air sesuai takaran lalu aduk rata
kembali
4.
Siapkan potongan kardus yang dibalut dengan jaring yang sudah dianyam,
kemudian bahan-bahan tadi dimasukkan ke dalamnya.
5. Tuangkan
campuran kompos dan tutup rapat.
Untuk
proses inkubasi sampai kompos siap digunakan estimasinya sekitar 2 mingguan.
Setelahnya kompos siap digunakan untuk memupuk dan menyuburkan tanaman.
Untuk
kegiatan kedua adalah pembuatan eco enzyme. Eco enzyme atau
biasa disebut cairan serbaguna organik adalah cairan alami hasil dari
fermentasi limbah dapur organik. Sampah organik yang digunakan bisa dari sisa
sayuran atau buah ataupun kulitnya. Untuk menghasilkan eco enzyme yang
baik, sampah sayur ataupun buah yang digunakan haruslah sampah organik yang
masih segar. Untuk bahan yang digunakan adalah gula, ampas atau sisa sampah
sayur/buah dan air. Untuk hasil yang optimal air yang digunakan adalah air
matang. Perbandingan bahannya adalah 1:3:10. Untuk kegiatan
eksperimen yang kami lakukan kami memakai takaran 90 gram gula : 270 gram ampas
kulit buah (yang sudah diiris halus) : 900 gram air matang.
Untuk
proses pembutannya sendiri cukup mudah kita tinggal menyiapkan wadah bersih
untuk mencampur gula yang sudah direbus, irisan sampah kulit buah (jeruk, apel,
dsb) lalu ditambahkan air matang. Bahan-bahan tersebut kita campur lalu kita
masukkan ke wadah yang kedap udara dan diletakkan di tempat yang sejuk dan
tidak terkena sinar matahari selama kurang lebih 3 bulan. Setelah 3 bulan eco
enzyme ini bisa dipanen dan hasilnya berwarna kecoklatan dan berbau
asam khas fermentasi. Eco enzyme yang dipanen bisa disaring
untuk memisahkan air sari dan ampasnya. Setelahnya bisa digunakan sebagai
pembersih lantai, penghilang bau, campuran cairan cuci piring, pupuk
tanaman dan masih banyak manfaat lainnya lagi.
Dua
kegiatan eksperimen di atas sungguh pengalaman yang sangat berharga untuk kami.
Berkesempatan belajar langsung dari Ibu Shinta yang memang
sudah lama bergelut dengan dunia pengelolaan sampah. Bekal ilmu
tentang pengelolaan sampah organik yang bisa kami sebarkan pada masyarakat
sekitar. Pulangnya pun kami masih mendapat bonus buah tangan kompos
dan sabun cair dengan tas parcel buatan sendiri.
Kesimpulan
Karena
pertumbuhan penduduk yang pesat dan gaya hidup modern yang menghasilkan sampah
dalam jumlah besar, maka pengolahan sampah organik menjadi semakin penting.
Esai ini menguraikan tentang sampah organik dan upaya pengolahannya untuk
menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat. Rumah tangga menghasilkan sampah
organik dan anorganik setiap hari. Penumpukan sampah organik menghasilkan gas
metana, gas rumah kaca yang sangat kuat
yang dapat menyebabkan perubahan iklim global. Selain itu, penguraian sampah organik
juga dapat menghasilkan cairan yang dapat mencemari tanah dan air tanah serta
menimbulkan kerusakan lingkungan yang signifikan. Oleh karena itu, pengelolaan
sampah organik menjadi kunci untuk mengurangi dampak negatif terhadap
lingkungan. Untuk itu, untuk meningkatkan kualitas ekosistem alam, dikembangkan
pupuk kompos organik yang mendukung proses peningkatan kualitas tanah.
Namun,
pengomposan terjadi lebih cepat jika ada campur tangan manusia, seperti
penambahan mikroorganisme pembusuk. Banyak petani yang tertarik menggunakan pupuk organik ini karena
kemudahan produksinya dan unsur hara yang terkandung dalam kompos. Prinsip
proses produksi eco-enzyme sebenarnya mirip dengan proses produksi kompos,
namun karena ditambahkan air sebagai media tanam, produk akhir yang diperoleh
dalam bentuk cair lebih disukai karena
mudah digunakan. Anda bisa memanfaatkan kembali botol bekas seperti
botol air mineral yang sudah tidak
digunakan lagi sebagai wadah fermentasi.
Daftar Pustaka
Astuti, A. P., Tri, E., Maharani,
W., (2020) Semarang, U. M., Semarang, U. M., Semarang, U. M., & Gula, V.
(n.d.). Pengaruh Variasi Gula Terhadap Produksi Ekoenzim Menggunakan Limbah
Buah Dan Sayur. 470–479
Subekti S. (2009). Pengelolaan
sampah rumah tangga 3R berbasis masyarakat. Fakultas Teknik, Teknik Lingkungan
Universitas Pandanaran Semarang. http://jurnal.unpand.ac.id
0 komentar:
Posting Komentar