BELAJAR
KELOLA SAMPAH DI TPS RANDU ALAS
Mata
Kuliah : Psikologi Lingkungan
Tugas
: Belajar Kelola Sampah Di TPS Randu Alas ( Essay 5 )
Dosen
Pengampu : Dr Dra. Arundati Shinta, MA
Di
susun oleh : Ken Gelis Widiahapsari ( 22310410063 )
Fakultas
Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Belajar
kelola samlan di TPS Randu Alas, ini merupakan kegiatan kuliah lapangan
Universitas Proklamasi 45 yang di adakan pada tanggal 4 November 2023, yang
bertempatan di daerah Dusun Candikarang RT 03 / Rw 09 Sardonoharjo, Ngaglik,
Sleman, Yogyakarta. Tempat pembuangan Sampah di TPS Randu Alas sendiri sejak
berdirinya menerapkan proses 3R yang merupakan sistem 3R dalam persampahan yang
artinya memanfaatkan kembali sampah ( Reuse ), mendaur ulang ( Recycle ) dan
terakhir mereduksi atau dengan istilah ( Reduce ).
Sejarah
Berdirinya TPS Randu Alas ini di mulai pada saat semua warga masyarakat daerah
setempat membuang sampah secara liar di daerah tersebut hingga sampah menjadi
menumpuk dan menimbulkan bau menyengat, pada akhirnya dari pada tanah ini
menjadi lahan pembuangan sampah liar oleh masyarakat maka pengurus daerah
tersebut memutuskan untuk membangun TPS yang di beri nama TPS Randu Alas yang
di buka pada tanggal 6 Febuari 2016. Awal pembangunan rencana penggunaan atau
kapasitas yang akan menggunakan jasa pengelolaan TPS 3R ini mampu melayani
dengan baik sekitar 200 KK.
Semua
perjalanan dan proses yang tidak mudah untuk bekerja di dalam bidang
persampahan dimana tempat yang sangat kotor, banyak makanan basi,lalat, bau
yang menyengat dan kemungkinan terjadi penyakit kulit akibat bakteri atau kuman
yang berasal dari sampan. Beberapa hal yang paling sering menjadi kendala para
pemilah sampah yang mungkin merugikan dan melukai yaitu pecahan kaca ataupun
beling yang di jadi satukan dengan sampah organik lainnya tidak hanya itu
barang barang tajam seperti tusuk sate dan perabotan rumah tangga yang hancur
yang terdapat di dalam sampah. Kemudian hal lain yang menjadi kendala dalam
proses pengolahan sampah yaitu popok bayi dan pembalut, para pekerja mengeluh
karna sering menemukan popok bayi dan pembalut yang masih kotor alias belum di
cuci ataupun di bersihkan serta bahan yang memiliki butiran gel yang sangat
susah untuk diolah.
Beberapa
kejadian diatas sangat di sayangkan dan menjadi permasalahan terhadap pengepul
dan para pekerja lainnya, kejadian ini di nilai menjadi tindakan yang
menyepelekan petugas dan para pekerja,walaupun mereka telah membayar untuk uang
sampah tetap saja keselamatan para pekerja adalah hal yang utama, masyarakat
sebenarnya juga bisa untuk memilihkan sampah sampah organik dengan anorganik
atau sampah yang berbahaya seperti pecahan kaca. Namun hal ini kebanyakan
masyarakat tidak memperhatikan dan menyepelekan.
Penghasilan
para pekerja yang bekerja di TPS ini mendapatkan gaji yang bisa mencapai
sebesar 1.500.00 rupiah dan mungkin lebih besar dari itu, kemudian juga
mendapatkan pelayanan biaya BPJS yang di cover oleh pengurus TPS serta LH. Hal
ini cukup sebanding dengan jasa para pekerja di TPS yang memiliki banyak
tantangan dan harus bergelut dengan sampah di setiap harinya.
Di
TPS Randu Alas ini sendiri juga membudidayakan Magot, yang merupakan anakan
dari Lalat hitam, fungsi magot yaitu menguraikan makanan mulai dari makanan
sisa,sampah organik,kulit buah,feses ayam dan lain sebagainya ( omnivora ) atau
pemakan segala tidak hanya itu magot juga bisa di jadikan sebagai pakan ikan
seperti lele,mujair,nila dan lain sebagainya. Kemudian feses dari magot disebut
dengan kasgot, kasgot ini berfungsi sebagai pupuk karna kandungan yang sangat
baik yang di perlukan oleh tanaman. Selain magot TPS Randu Alas ini juga
memproduksi seperti pupuk kompos, ecoenzim, eco Lindi dan lain sebagainya yang
kemudian akan di setorkan ke pada Dinas Lingkungan Hidup di daerah Yogyakarta.
Pesan
yang kami ambil setelah kuliah lapangan pada kali ini yaitu betapa pentingnya
menjaga kebersihan lingkungan terutama dalam hal tanggap sampah, karena sampah
sampah anorganik dari bahan plastik dapat terurai dalam waktu kurang lebih 30
tahun lamanya. Jika kemungkinan dari kota tidak bisa mengelola secara
keseluruhan setidaknya dengan membuang sampah,kita harus memilah menjadi 2
bagian antara organik dan an organik semudah itu dan sesimpel itu namun
masyarakat masih banyak yang enggan melakukannya. Dan satu lagi jika ada sampah
yang kemungkinan menyebabkan luka atau sampah berbahaya seperti pecahan piring,
gelas atau bahkan kaca seenggak juga di beri tanda kemudian di pisahkam juga
dari sampan organik maupun an organik, karena masih ada para pekerja di sana
yang juga harus juga kita lindungi.
0 komentar:
Posting Komentar