Minggu, 03 Desember 2023

Esai 5 Belajar Di TPST Randu Alas Ken Gelis Widiahapsari Psikologi Lingkungan SP

  

BELAJAR KELOLA SAMPAH DI TPS RANDU ALAS

 

Mata Kuliah : Psikologi Lingkungan

Tugas : Belajar Kelola Sampah Di TPS Randu Alas ( Essay 5 )

Dosen Pengampu : Dr Dra. Arundati Shinta, MA

Di susun oleh : Ken Gelis Widiahapsari ( 22310410063 )

Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

 



Belajar kelola samlan di TPS Randu Alas, ini merupakan kegiatan kuliah lapangan Universitas Proklamasi 45 yang di adakan pada tanggal 4 November 2023, yang bertempatan di daerah Dusun Candikarang RT 03 / Rw 09 Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta. Tempat pembuangan Sampah di TPS Randu Alas sendiri sejak berdirinya menerapkan proses 3R yang merupakan sistem 3R dalam persampahan yang artinya memanfaatkan kembali sampah ( Reuse ), mendaur ulang ( Recycle ) dan terakhir mereduksi atau dengan istilah ( Reduce ).

Sejarah Berdirinya TPS Randu Alas ini di mulai pada saat semua warga masyarakat daerah setempat membuang sampah secara liar di daerah tersebut hingga sampah menjadi menumpuk dan menimbulkan bau menyengat, pada akhirnya dari pada tanah ini menjadi lahan pembuangan sampah liar oleh masyarakat maka pengurus daerah tersebut memutuskan untuk membangun TPS yang di beri nama TPS Randu Alas yang di buka pada tanggal 6 Febuari 2016. Awal pembangunan rencana penggunaan atau kapasitas yang akan menggunakan jasa pengelolaan TPS 3R ini mampu melayani dengan baik sekitar 200 KK.



Semua perjalanan dan proses yang tidak mudah untuk bekerja di dalam bidang persampahan dimana tempat yang sangat kotor, banyak makanan basi,lalat, bau yang menyengat dan kemungkinan terjadi penyakit kulit akibat bakteri atau kuman yang berasal dari sampan. Beberapa hal yang paling sering menjadi kendala para pemilah sampah yang mungkin merugikan dan melukai yaitu pecahan kaca ataupun beling yang di jadi satukan dengan sampah organik lainnya tidak hanya itu barang barang tajam seperti tusuk sate dan perabotan rumah tangga yang hancur yang terdapat di dalam sampah. Kemudian hal lain yang menjadi kendala dalam proses pengolahan sampah yaitu popok bayi dan pembalut, para pekerja mengeluh karna sering menemukan popok bayi dan pembalut yang masih kotor alias belum di cuci ataupun di bersihkan serta bahan yang memiliki butiran gel yang sangat susah untuk diolah.

Beberapa kejadian diatas sangat di sayangkan dan menjadi permasalahan terhadap pengepul dan para pekerja lainnya, kejadian ini di nilai menjadi tindakan yang menyepelekan petugas dan para pekerja,walaupun mereka telah membayar untuk uang sampah tetap saja keselamatan para pekerja adalah hal yang utama, masyarakat sebenarnya juga bisa untuk memilihkan sampah sampah organik dengan anorganik atau sampah yang berbahaya seperti pecahan kaca. Namun hal ini kebanyakan masyarakat tidak memperhatikan dan menyepelekan.

Penghasilan para pekerja yang bekerja di TPS ini mendapatkan gaji yang bisa mencapai sebesar 1.500.00 rupiah dan mungkin lebih besar dari itu, kemudian juga mendapatkan pelayanan biaya BPJS yang di cover oleh pengurus TPS serta LH. Hal ini cukup sebanding dengan jasa para pekerja di TPS yang memiliki banyak tantangan dan harus bergelut dengan sampah di setiap harinya.



Di TPS Randu Alas ini sendiri juga membudidayakan Magot, yang merupakan anakan dari Lalat hitam, fungsi magot yaitu menguraikan makanan mulai dari makanan sisa,sampah organik,kulit buah,feses ayam dan lain sebagainya ( omnivora ) atau pemakan segala tidak hanya itu magot juga bisa di jadikan sebagai pakan ikan seperti lele,mujair,nila dan lain sebagainya. Kemudian feses dari magot disebut dengan kasgot, kasgot ini berfungsi sebagai pupuk karna kandungan yang sangat baik yang di perlukan oleh tanaman. Selain magot TPS Randu Alas ini juga memproduksi seperti pupuk kompos, ecoenzim, eco Lindi dan lain sebagainya yang kemudian akan di setorkan ke pada Dinas Lingkungan Hidup di daerah Yogyakarta.

 



Pesan yang kami ambil setelah kuliah lapangan pada kali ini yaitu betapa pentingnya menjaga kebersihan lingkungan terutama dalam hal tanggap sampah, karena sampah sampah anorganik dari bahan plastik dapat terurai dalam waktu kurang lebih 30 tahun lamanya. Jika kemungkinan dari kota tidak bisa mengelola secara keseluruhan setidaknya dengan membuang sampah,kita harus memilah menjadi 2 bagian antara organik dan an organik semudah itu dan sesimpel itu namun masyarakat masih banyak yang enggan melakukannya. Dan satu lagi jika ada sampah yang kemungkinan menyebabkan luka atau sampah berbahaya seperti pecahan piring, gelas atau bahkan kaca seenggak juga di beri tanda kemudian di pisahkam juga dari sampan organik maupun an organik, karena masih ada para pekerja di sana yang juga harus juga kita lindungi.

 

 

 

 

Related Posts:

  • DULU DI-bully, KINI BERPRESTASI DULU DI-bully, KINI BERPRESTASI RESENSI ARTIKEL Windha Nurhidayati Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 YOGYAKARTA Ketidak senangan Elisa dibully oleh guru dan teman temannya dikelas. Karena Elisa lamba… Read More
  • RUMAH WARGA AMBRUK WALI KOTA LANGSUNG BERI BANTUAN RUMAH WARGA AMBRUK WALI KOTA LANGSUNG BERI BANTUAN RESENSI ARTIKEL Windha Nurhidayati Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 YOGYAKARTA Ambruknya rumah warga yang tidak disebabkan oleh bencana alam seperti hu… Read More
  • Semarak Pemilihan Umum 2019 SEMARAK PEMILIHAN UMUM 2019 Hesmi Nurhidayatun Psikologi Sosial Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi Yogyakarta Pada tanggal 17 april 2019 lalu seluruh masyarakat Indonesia serentak melakukan pemilihan um… Read More
  • KENAKALAN REMAJA Normal 0 false false false EN-US X-NONE X-NONE … Read More
  • Membandingkan Diri Menyebabkan Iri Hati Meysella Al Firdha Hanim Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta “Kak, usia saya 19 tahun merasa saya tidak mengenal diri saya dengan baik. Kadang saya cerewet kadang di lain tempat saya pendiam, kada… Read More

0 komentar:

Posting Komentar