Oleh:
Chelsea
Oktavia Anjani (22310410031 SP)
Dosen
Pengampu : Dr. Dra. Arundati Shinta, M.A
Fakultas
Psikologi
Universitas
Proklamasi 45 Yogyakarta
Bank sampah Apel merupakan salah satu dari banyaknya lembaga swasta yang menjadikan sampah sebagai kerajinan dan mereka olah dengan tepat. Bank sampah Apel terletak di Jl. Cempaka. No.143 b, Gempol, Condongcatur, Kec. Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Lokasinya yang berada di tengah-tengah desa membuatnya lebih mudah mengajak masyarakat sekitar untuk ikut berpartisipasi dalam pengelolaan sampah.
Bank Sampah Apel ini merupakan inisiatif lokal yang berfokus pada pengelolaan sampah di daerah tertentu. Tujuan pendirian Bank Sampah Apel adalah untuk mengurangi volume sampah yang dihasilkan oleh masyarakat dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya pengelolaan sampah yang berkelanjutan. Bank Sampah Apel memainkan peran penting dalam pengurangan volume sampah dan pemanfaatan kembali barang bekas. Dengan melibatkan masyarakat dalam proses pengumpulan dan pemilahan sampah, bank sampah ini dapat meningkatkan kesadaran untuk menjaga lingkungan dan mendorong praktik daur ulang serta penggunaan kembali barang bekas.
Kehadiran komunitas bank sampah APEL dilandasi oleh permasalahan bahwa masyarakat kurang mencintai lingkungan serta tidak adanya kemampuan dan keinginan untuk mengelola sampah. Permasalahan utama yang pertama terkait masyarakat tidak mencintai lingkungan ini dipicu oleh beberapa faktor. Pertama, masyarakat sudah terbiasa untuk tidak perlu berurusan dengan kesehatan lingkungan. Hal ini didukung karena kurangnya sosialisasi dari pemerintah akan pentingnya menjaga kesehatan alam dan kurangnya atau bahkan tidak ada tempat-tempat pembuangan sampah yang ada di jalan-jalan sekitaran trotoar sehingga masyarakat cenderung membuang sampah sembarangan. Kedua, sedikitnya empati masyarakat atau adanya sikap acuh tak acuh oleh masyarakat karena menganggap bahwa pelestarian alam adalah tugas dari pemerintah. Oleh sebab itu, dari permasalahan utama pertama tentang masyarakat tidak mencintai lingkungan ini menimbulkan berbagai dampak pula bagi diri sendiri maupun kita sebagai masyarakat.
Saya berkunjung ke Bank Sampah Apel untuk menabung sampah. Sampah yang saya bawa berupa botol plastik kemasan minuman atau biasa disebut sebagai sampah bodong. Ketika Saya sampai, Saya disambut dengan baik oleh pengelola Bank Sampah tersebut. Setelah itu, sampah yang saya bawa ditimbang dan hasilnya mendapat berat 0,70 gram. Setelah itu saya berkeliling masuk ke dalam ruang yang dimana untuk menaruh sampah yang akan disetorkan ke pengepul. Saya juga mendapat buku Tabungan dari manabung di Bank Sampah Apel tersebut.
0 komentar:
Posting Komentar