PENGOLAHAN PUPUK KOMPOS DAN ECO-ENZIM SEBAGAI UPAYA
MENGATASI LIMBAH RUMAH TANGGA
Essay 4
Psikologi Lingkungan Eksperimen
Dosen Pengampu: Dr., Dra. Arundati Shinta, M.A.
Vina Anggraini Y. N. (22310410105)
Elia Putri ( 22310410111)
JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA
Sampah organik merupakan salah satu jenis sampah yang
banyak dihasilkan oleh aktivitas manusia sehari-hari. Sampah ini terdiri dari
sisa bahan organik seperti sisa makanan, daun-daun kering, dan sampah organik
lainnya. Pembuangan sampah organik menjadi semakin penting karena pesatnya
pertumbuhan penduduk dan gaya hidup modern yang menyebabkan timbulan sampah
dalam jumlah besar. Esai ini membahas tentang sampah organik dan upaya pengolahannya
untuk menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat.
Permasalahan
sampah sebagai akibat rendahnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya
pengelolaan sampah, khususnya sampah rumah tangga. Setiap hari rumah tangga
meproduksi sampah baik sampah organik dan anorganik. Sampah adalah limbah yang
bersifat padat yang terdiri dari zat organik dan zat anorganik yang dianggap
tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan dan melindungi
infestasi pembangunan berdasarkan SKSNI tahun 1990 (Subekti, 2009)
Sampah organik mempunyai dampak serius terhadap
lingkungan jika tidak dibuang dengan benar. Akumulasi sampah organik menghasilkan gas metana, gas rumah kaca yang sangat kuat yang dapat
menyebabkan perubahan iklim global. Selain itu, penguraian sampah organik juga
dapat menghasilkan cairan yang dapat mencemari tanah dan air tanah serta
menimbulkan kerusakan lingkungan yang signifikan. Oleh karena itu, pengelolaan
sampah organik menjadi kunci untuk mengurangi dampak negatif terhadap
lingkungan.
Sebagai mahasiswa Psikologi Universitas Deklarasi 45
Yogyakarta, disini kami mempelajari cara memproduksi pupuk kompos dan eco-enzim
dari pengolahan sampah organik, Tujuan dari
pembuatan pupuk kompos dan eco-enzyme adalah untuk mengurangi penggunaan pupuk yang berbahan
sintetis atau kimia. Pasalnya, pupuk jenis tersebut dapat mengganggu
keseimbangan unsur hara tanah dan
merusak ekosistem alam. Untuk itu pupuk
kompos organik ini dikembangkan untuk mendukung proses peningkatan kualitas
tanah guna meningkatkan kualitas ekosistem yang ada di alam.
Kami akan menjelaskan sedikit dari apa yang sudah kita
praktikan pada hari sabtu, 21 oktober 2023 di rumah dosen kami ibu Dr., Dra. Arundati Shinta, M.A
Ø Pupuk Kompos
Pupuk ini adalah salah satu jenis pupuk organik
yang dikenal luas oleh masyarakat, khususnya yang aktif pada kegiatan
pertanian. Pupuk kompos berasal dari penguraian sampah organik seperti
dedaunan. kompos disebut juga sebagai pupuk yang terdiri atas daun, jerami,
alang-alang, rumput, dedak padi, batang jagung, sulur, dan bahan organik lain.
Pengomposan
sebenarnya bisa terjadi secara alami. Namun ketika ada tindakan dari manusia
seperti penambahan mikroorganisme pengurai, pengomposan terjadi lebih cepat.
Kemudahan cara pembuatan dan kandungan hara yang terdapat dalam kompos membuat
banyak petani mulai tertarik menggunakan pupuk organik ini.
Kompos berguna untuk meningkatkan daya
ikat tanah terhadap air sehingga dapat menyimpan air tanah lebih lama.
Ketersediaan air di dalam tanah dapat mencegah lapisan kering pada tanah, serta
memperbaiki struktur tanah yang semula padat menjadi lebih gembur. Penggunaan
kompos juga bermanfaat untuk menjaga kesehatan akar serta membuat akar tanaman
mudah tumbuh. Selain itu, kompos mengandung humus yang sangat dibutuhkan
untuk peningkatan hara makro dan mikro pada tanah dan meningkatkan aktivitas
mikroba tanah.
Cara Pembuatannya :
1. Kelompokan terlebih dahulu kulit lemper/arem
arem yang ada lalu bersihkan kemudian dipotong kecil-kecil menggunakan alat
yang sudah disiapkan sebelumnya.
2. Campurkan juga potongan
kulit lemper/arem-arem yang sudah disiapkan tadi dengan dedak, kapur tani,
limbah dapur, cangkang telur dan abu kayu yang telah diayak terlebih dahulu,
campurkan bahan-bahan tersebut hingga benar-benar merata.
3. Setelah semua bahan tadi
telah dicampur sampai benar-benar merata kemudian kita bisa menambahkan EM4,
cairan molase, serta bubuk anti jamur serta air secukupnya sesuai takaran. Aduk
lagi campuran tersebut sampai tercampur merata semuanya.
4. Lalu siapkan bantalan
filter yang terdiri dari koran serta potongan kardus yang kemudian dibungkus
lagi dengan jaring yang sudah dijait sebelumnya. Komponen tersebut nanti akan
menjadi dasaran bagi media kompos yang dimasukkan kedalam gentong yang terbuat
dari tanah liat/plastic.
5. Kemudian siapkan gentong
sebagai tempat pembuatan kompos dan bersihkan terlebih dahulu bagian dalam
gentong dengan dicuci dan dilap hingga bersih. Letakkan bantalan filter/dasaran
filter yang telah kita persiapkan sebelumnya.
6. Terakhir tuangkan
campuran kompos yang sudah kita buat tadi kedalam gentong tersebut baru
kemudian kita tutup gentong itu agar terjadi proses fermentasi. Proses
penutupannya sendiri bisa berlangsung hingga 14 hari atau hingga kompos sudah
siap untuk digunakan
Ø Eco – Enzim
Prinsip
proses pembuatan eco enzyme sebenarnya mirip proses pembuatan kompos, namun
ditambah air sebagai media pertumbuhan sehingga produk akhir yang diperoleh
berupa cairan yang lebih disukai karena lebih mudah digunakan. Keistimewaan eco
enzyme ini adalah tidak memerlukan lahan yang luas untuk proses fermentasi
seperti pada pembuatan kompos, bahkan produk ini tidak memerlukan bak komposter
dengan spesifikasi tertentu. Botol-botol bekas air mineral maupun bekas produk
lain yang sudah tidak digunakan dapat dimanfaatkan kebali sebagai tangka
fermentasi. Hal ini juga mendukung konsep reuse dalam menyelamatkan lingkungan.
Eco enzyme memiliki banyak manfaat seperti dapat digunakan sebagai growth
factor tanaman, campuran deterjen pembersih lantai, pembersih sisa pestisida,
pembersih kerak dan penurunan suhu radiator mobil (Astuti et al., n.d., 2020)
Ø
Pembuatan Eco Enzym
v
Bahan bahan yang dibutuhkan
Bahan yang dibutuhkan untuk proses pembuatan eco
enzyme yaitu 10x Air matang, 1x Gula, 3x Sisa Sayuran/buah-buahan yang sudah
dipotong-potong terlebih dahulu menjadi potongan kecil-kecil. Dalam proses
pembuatannya, semakin banyak jumlah/kuantitas masing-masing bahan yang
digunakan maka eco enzyme yang dihasilkan pun juga akan semakin bertambah.
v Cara pembuatannya
·
Langkah
pertama yaitu kita terlebih dahulu membersihkan wadah yang ingin digunakan dari adanya sisa sabun ataupun bahan kimia lainnya yang mungkin saja
menempel didalam wadah. Wadah yang digunakan harus merupakan wadah dengan tutup yang lebar, ukuran wadahnya bisa besar maupun yang tidak terlalu besar, berbahan plastik, selain itu wadah yang digunakan jangan yang bermulut sempit
karena wadah tersebut akan rentan
meledak, serta tidak boleh menggunkan wadah dengan bahan dasar kaca karena kaca sendiri termasuk bahan yang rentan pecah.
·
Kemudian
kita harus mengukur volume dari wadah yang akan digunakan.
·
Selanjutnya
masukkan air
bersih sebanyak kurang lebih 60% dari
volume wadah yang sudah kita ukur
sebelumnya.
·
Setelah itu
masukkan gula
sebanyak kurang lebih 10% dari total banyaknya air yang kita gunakan.
·
Selanjutnya
kita masukkan
potongan sisa buah dan sayur yang sudah
disiapkan tadi sebanyak kurang
lebih 30% dari volume air, lalu kita aduk sampai tercampur rata.
·
Jika sudah,
tutup rapat wadah tadi lalu beri label yang memuat tanggal proses pembuatan eco enzyme dan tanggal perkiraan kita dapat melakukan panen eco enzyme yang sudah kita buat.
·
Lalu setelah 1 minggu pertama dari proses kita
melakukan pembuatan eco enzym, jangan lupa tugas kita selanjutnya untuk membuka tutup wadah untuk membuang gas yang dihasilkan dari aadanya proses fermentasi agar wadahnya tidak meledak
dikemudian hari..
·
Selain itu pada hari
ke-7, hari ke-30, dan hari ke-90 jangan lupa
juga untuk mengaduk-aduk lagi adonan bahan pembuatan eco enzyme agar semakin
tercampur rata.
Kesimpulan
Pembuangan sampah organik
menjadi semakin penting karena pesatnya pertumbuhan penduduk dan
gaya hidup modern yang menyebabkan timbulan sampah dalam jumlah besar. Esai ini
membahas tentang sampah organik dan upaya pengolahannya untuk menciptakan
lingkungan yang bersih dan sehat. Setiap hari rumah tangga meproduksi sampah
baik sampah organik dan anorganik. Akumulasi sampah organik
menghasilkan gas metana,
gas rumah kaca yang sangat kuat yang dapat menyebabkan perubahan iklim global.
Selain itu, penguraian sampah organik juga dapat menghasilkan cairan yang dapat
mencemari tanah dan air tanah serta menimbulkan kerusakan lingkungan yang
signifikan. Oleh karena itu, pengelolaan sampah organik menjadi kunci untuk
mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. Untuk itu pupuk kompos organik
ini dikembangkan untuk mendukung proses peningkatan kualitas tanah guna
meningkatkan kualitas ekosistem yang ada di alam
Namun ketika ada tindakan dari manusia seperti
penambahan mikroorganisme pengurai, pengomposan terjadi lebih cepat. Kemudahan
cara pembuatan dan kandungan hara yang terdapat dalam kompos membuat banyak
petani mulai tertarik menggunakan pupuk organik ini. Prinsip proses pembuatan
eco enzyme sebenarnya mirip proses pembuatan kompos, namun ditambah air sebagai
media pertumbuhan sehingga produk akhir yang diperoleh berupa cairan yang lebih
disukai karena lebih mudah digunakan. Botol-botol bekas air mineral maupun
bekas produk lain yang sudah tidak digunakan dapat dimanfaatkan kebali sebagai
tangka fermentasi.
Daftar Pustaka
Astuti, A. P., Tri, E., Maharani, W., (2020) Semarang, U. M.,
Semarang, U. M., Semarang, U. M., & Gula, V. (n.d.). Pengaruh Variasi Gula
Terhadap Produksi Ekoenzim Menggunakan Limbah Buah Dan Sayur. 470–479
Subekti S. (2009). Pengelolaan sampah rumah tangga 3R berbasis
masyarakat. Fakultas Teknik, Teknik Lingkungan Universitas Pandanaran Semarang.
http://jurnal.unpand.ac.id
0 komentar:
Posting Komentar